CHAPTER 2.

283 24 0
                                    

Bulan menampakkan wujud dengan indah malam ini, cahaya nya yang menerangi seluruh bumi benar-benar membuat takjub ditemani udara yang tidak terlalu dingin, ini cukup menenangkan dan menjadi ketenangan tertentu. Dan malam ini pula seorang pria berpipi bulat yang dianugerahi dengan suara emas itu duduk termenung menatap indah nya bulan.

Boo Seungkwan. Seorang penyanyi yang masih cukup muda berusia 27 tahun namun sudah menjadi penyanyi yang cukup besar dan dikenali dengan baik di khalayak masyarakat pecinta musik, apalagi di negara kelahirannya ini. Seungkwan sangat senang tentunya disukai dan dipandang positif oleh banyak orang, namun terkadang dia merasa lelah juga, merindukan sosok orangtua dan saudara kandung yang tidak pernah dia tahu dimana keberadaan mereka.

Sambil menatap langit matanya berkaca-kaca dan bibir yang tersenyum pahit membayangkan jika seandainya dia memiliki orangtua atau setidaknya tahu mereka dimana dia pasti akan lebih dari senang. Bukannya tidak senang dengan kehidupan nya yang sekarang, hanya saja dia benar-benar ingin merasakan lembutnya tangan seorang ibu yang membelai rambut dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja, dan sosok ayah yang terus memberikan pedoman padanya.

"Berhenti terlihat menyedihkan begitu," mendengar ada suara seseorang yang tidak asing baginya itu Seungkwan langsung menoleh kesamping kanannya dan benar saja, Seungkwan menemukan ada Chan disamping yang tengah menatapnya.

Lee Jung Chan. Teman Seungkwan sedari masa sekolah menengah atas. Mereka mengambil jalan yang berbeda ketika lulus, jika Seungkwan memilih masuk kedunia entertaint dan menjual suaranya, maka Chan telah mengambil jurusan bisnis sesuai keinginan orang tuanya.

"Ck, kau ini. Menjauh dari ku." Seungkwan mendorong bahu Chan sambil mengelap air mata yang baru saja keluar dari matanya. "Kau berfikir kalau kau sendirian di dunia ini lagi? Kau benar-benar tidak menganggap ku Seungkwan-ah? Bagaimana jika ibu dan ayah tau ini? Si bulat kesayangan mereka bersedih di bangku taman sambil meratapi nasip? Begitu? Hmm?" Chan berkata sambil memberikan mimik wajah yang kecewa dan tersakiti, bahkan sampai menyandarkan badannya ke kursi taman yang mereka duduki.

"Jangan beritahu ayah dan ibu ya Chan, nanti mereka kepikiran. Lagi pula kau ini, sedang apa?!" Seungkwan memelas diawal namun setelah nya mendumel Chan. "Seharusnya aku yang bertanya begitu?! Apa yang kau lakukan malam-malam begini disini?! Mengada-ada saja, ayo kerumah, ayah dan ibu rindu." Setelah mengatakan itu Chan berdiri dari duduknya masih dengan mata yang tidak lepas dari si bulat.

"Benarkah? Ayah dan ibu rindu padaku? Ayo! Aku juga rindu masakan ibu!" Dengan semangat Seungkwan langsung jalan duluan meninggalkan Chan yang menatap sendu serta damba kearahnya. Sudah sejak jaman sekolah Chan menyimpan semua rasa ini, sendirian. Dia menganggap Seungkwan sebagai dambaan hati sementara Seungkwan hanya menganggapnya tidak lebih dari seorang adik dan teman. Benar-benar sialan. Chan hanya bisa tersenyum pahit memikirkan nasib percintaan nya.

....

Ruby's Bar  tempat dimana orang-orang mencari ketenangan dengan sebuah minuman dan wanita-wanita sebagai hiburan, juga pelepas penat dari pekerjaan yang merumitkan. Ruby's Bar cukup terkenal dikalangan orang-orang jutawan yang sudah pasti berdompet tebal, dan haus belaian.

Si pemilik Bar bahkan mendesain dengan terbaik tempat hiburan nya ini agar terus mendatangkan pelanggan yang menjadi penghasilan nya. Dan malam ini si pemilik Ruby's Bar sedang duduk didepan seorang bartender yang tengah asik mengocok koktail dengan lihai.

"Kau menarik perhatian mereka dengan kocokan mu, Eisa." Lee Jihoon si pemilik Ruby's Bar berkata demikian sambil meneguk air lemon nya.

Sementara Xu Minghao, atau yang lebih dikenal sebagai Eisa disini seorang bartender manis dengan tubuh kurus tinggi dan rambut yang menutupi tengkuknya itu hanya tersenyum sambil terus melanjutkan membuat koktail ditangan.

"Tidak bisa dihindari kau salah satu asetku disini, jangan coba-coba untuk keluar dengan alasan tidak masuk akal oke."

"Tentu hyung, lagipula ini adalah duniaku. Selain itu aku juga suka dengan nominal uang yang terus masuk ke rekening ku." Mereka terkekeh bersama setelah nya.

Jihoon menikmati rasa Lemon ice yang tercecap di lidah nya sambil memperhatikan Bar miliknya yang selalu ramai akan manusia ini. Tiba-tiba mata Jihoon menangkap sosok yang sudah tidak asing lagi untuk dirinya tengah berjalan kearah meja bartender ini dengan wajah menyebalkan yang ingin Jihoon cakar setiap melihat nya.

Jihoon memalingkan wajah jadi menghadap Minghao yang masih terus ramah kepada pelanggan itu, Jihoon hanya berharap manusia itu tidak menyadari keberadaan nya, berencana untuk pergi dari tempat duduknya namun terlambat karna manusia menyebalkan itu sudah tepat berada dibelakangnya sambil memesan koktail.

"Eisa berikan aku segelas yang seperti biasa."

"Alkohol yang sama? Baiklah hyung."

Yang memesan duduk tepat disamping Jihoon yang membuang muka kesisi berlawanan agar tidak sampai ditegur beliau ini.

"Tidak perlu seperti itu Jihoon-ah, kau seperti kedapatan mencuri barang. Lagipula yang kau curi bukan barang, melainkan hati ku ini." Kwon Soonyoung. Dia lah yang membuat Jihoon muak ketika sudah bertemu, sebab kata-kata yang keluar dari mulut Soonyoung benar-benar tidak berguna dan buang waktu.

Jihoon hanya mendecih lalu beranjak agar tidak berdekatan dengan siluman ini. Namun seperti dugaan, Soonyoung tidak membiarkan si ketus Jihoon pergi darinya, dengan sedikit kurang ajar Soonyoung menarik Jihoon untuk berhadapan wajah.

Jihoon menyentak ditempat dan lagi-lagi memaki si sipit kurang ajar. "Menjauh dari ku sialan!." setelah nya Jihoon pergi meninggalkan Soonyoung yang malah tersenyum-senyum menatap punggung si pucat ketus.

"Kau selalu seperti itu hyung, tidak bosan dimaki terus?," tanya Minghao setelah selesai membuatkan koktail pesanan Soonyoung dan menonton sebentar adegan kecil tadi.

"Kau tidak tau sensasi nya Eisa, aku suka yang seperti nya, seolah-olah menolak padahal ingin berat, sial manis sekali dia." Soonyoung tersenyum seperti orang gila yang benar-benar gila menurut Minghao saat ini.

****

Maaf lama banget update nya🙏🏼🙏🏼Ga sempet mikirin alur + banyak kerjaan akhir-akhir ini🙏🏼❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf lama banget update nya🙏🏼🙏🏼
Ga sempet mikirin alur + banyak kerjaan akhir-akhir ini🙏🏼❤️

Jangan lupa like komen ya🦊🦊

Love Hate Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang