➥ 𝟎𝟎.𝟎𝟗

231 53 6
                                    

𝑩𝒂𝒅 𝑳𝒖𝒄𝒌
Letters in the middle of silence

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➢ Author Pov

Sarang berlari, berlari sepanjang koridor menuju toilet wanita. Sesampainya di sana, Sarang membuka kran wastafel, melepaskan kacamatanya dan membasuh wajahnya dengan air mengalir. Lalu kedua tangannya yang bergetar, lalu mulutnya.

Jantungnya berdetak cukup kencang, tubuhnya gemetar hebat, sorot matanya ketakutan. Trauma masa lalu menyerbu benaknya. Sesuatu berputar di dalam perutnya, lalu dimuntahkan. Suara tertekan dan menyakitkan itu terdengar menggenggam.

Matanya kini menatap cermin yang memantulkan wujudnya, wujud rapuh jauh dari sikap tenang dan abainya. Jari jemari Sarang mengusap kaca, seperti mencoba untuk menghilangkan rasa sakit di sekujur tubuhnya karena mentalnya yang diserang.

Kran dimatikan, Sarang yang masih terbatuk berusaha untuk tidak terjatuh. Jari-jarinya memutih karena berusaha untuk menopang tubuhnya pada pinggiran wastafel. Sial, obat penenangnya ada di kelas. Kini, ia hanya bisa menunggu sampai dirinya benar-benar tenang terlebih dahulu.

Duduk di dalam bilik toilet, Sarang berusaha untuk menenangkan diri dengan menggambar di notes kecil miliknya. Yang selalu dibawa kemana-mana. Ini cara ampuh untuk mengalihkan fokusnya dari pikiran yang menyerang.

Apapun gambarnya, goreskan saja. Hatinya berucap seperti itu, berulang kali, menenangkan diri sendiri. Gulungan tisu kini menjadi targetnya.

Jari-jarinya bergerak tegas, membentuk lingkar tipis yang abu, membentuk bentuk dasar dari tisu toilet. Lalu memberinya warna dengan cukup menekan pada titik-titik bayangan pada gambar, mewujudkan sosok tisu putih yang nyata. Tepat berada di depan matanya.

Tangannya yang gemetar mulai tenang, jantungnya juga terpompa dengan baik sekarang, nafasnya tak memburu dan akhirnya ia berhasil keluar dari serangan paniknya. Hanya dilakukan sendirian, tanpa penanganan orang lain.

Ini berkat sebuah sketsa, fokusnya, dan kepercayaan pada dirinya sendiri. Sarang melaluinya dengan baik, seperti yang dikatakan psikolog tersebut. Ketenangan adalah kunci kedamaian.

Helaan napas pelan Sarang keluarkan saat dirinya mulai merasa lebih baik. Walaupun sudah lebih tenang, Sarang masih fokus melakukan arsir pada objek gambar miliknya. Padahal hanya tisu, tapi kenapa harus terlihat seserius itu?

Yah, orang-orang akan menanyakan hal tersebut. Berulang kali, tidak mengerti namun penasaran. Orang-orang seperti mereka, tidak akan mengerti nilai kecil dari suatu sudut buta yang terlihat tak menarik. Tapi terkadang, membutuhkannya.

Dan Sarang, adalah wujud nyata dari semua sudut terabaikan itu. Menurutnya, tidak masalah baginya terkucilkan. Karena saat ia terkucilkan, tidak ada seorangpun yang akan menaruh perhatian kepadanya. Hal-hal seperti persaingan, iri, dengki, dan hal-hal manusiawi lainnya.

𝑩𝒂𝒅 𝑳𝒖𝒄𝒌 - Operation : True Love x OC Reader'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang