07.GALUNA

6 1 0
                                    

:
:
:
:
_
G
A
L
U
N
A
_
[ Happy Reading ]

07.Accident

Luna memandang kosong botol  kecil yang ada digenggamnya. Argara baru saja mengantarnya pulang, dan Dion juga belum kembali.

Awalnya Argara kekuh ingin menemani Luna di sini, tapi jika Luna sudah dalam mode ngambek, Makah Argara ta berani melawan.

Tubuh Luna rasah lelah, ingin istirahat sejenak dari semua masalah yang menimpah dirinya.

"Huft" Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan. Seragam sekolah masih menempel di badannya,  Tampa berniat ingin mengganti baju, Luna masih duduk dengan pandangan kosong kedepan.

"Luna?" Panggil Dion dari ambang pintu, buru-buru Gadis itu membuang botol kecil itu di dalam selimutnya.

Dion berjalan mendekati Luna, duduk di samping adiknya lalu menempelkan punggung tangannya ke kening Luna." Argara bilang kamu pingsan di sekolah. Makanya Abang langsung pulang, kamu masih sakit?, mau ke dokter aja?" Cercak cowo itu dengan nada khawatir.

Mendengar itu justru Luna tertawa kecil. "Abang itu apa-apaan sih, Luna cuman kepanasan gara-gara di hukum pak Bagas di lapangan, salah Luna juga sih tadi belum sarapan," alibi gadis itu sambil tersenyum.

"Ko bisa di hukum? Kamu nggak ngerjain tugas?" Tanya Dion bingung, pasal adiknya ini sangat protektif terhadap tugas, jika ada pekerjaan rumah maka ia akan mengerjakannya di awal waktu.

"Hehe, Luna lupa," cengengea gadis itu.

Dion menghembuskan nafasnya, mengusap rambut sang adik penuh kasih sayang." Abang ngak mau kamu sampai sakit, karena-"

Dion tak melanjutkan ucapannya, lidahnya terasa Kelu saat  ingin menjelaskan ini.
"Kenapa bang?" Desak Luna tak sabar.

"Karena Abang dapat pekerjaan yang lebih bagus di luar kota, Lun. Abang harus tinggalin kamu sendiri di sini," balas cowo itu sambil menunduk.

Luna terkesipa, disaat abangnya mempunyai peluang yang bagus, kenapa dia harus menghawatirkan Luna?

"Oh ya? selamat ya bang, Luna ikut senang," sahut Luna terlihat antusias.

"Abang ngak mungkin ninggalin kamu, lun. Abang cuman punya kamu," ucap Dion membuang pandangannya, tak inginluna melihat dirinya nya lemah.

Luna tersenyum tipis, mengusap bahu sang Abang lembut," bang,Luna bukan anak kecil yang harus Abang temenin tiap hari. Besok entah kapan nanti, pasti Abang juga bakal ninggalin Luna. Abang harus mulai kehidupan baru dengan keluarga abnag sendiri, Luna ngak mungkin bergantung terus sama Abang kan?"

"Lagian ini peluang bagus buat Abang. Luna yakin, Abang pasti bisa," Ucapnya menenangkan Dion.

"Abang harus pergi hari ini untuk mengurus beberapa hal di sana, Lun. Tapi lihat kondisi kamu yang seperti ini, Abang ngak tega," balas Dion terdengar khawatir.

"Ck, Luna kan bisa panggil Ganeza sama Ratu ke sini, lagian cuman sebentar kan?" Ucap Luna yang mulai mendongkol.

Arion menghembuskan nafasnya, mengangguk samar menyetujui ucapan sang adik." Yasudah Abang siap-siap dulu, turun ya, Abang udah beliin kamu makanan,'' balas Dion yang dibalas acungan jempol oleh Luna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang