CALVARY 1

143 15 24
                                    

Langit musim semi menggelap tanpa bintang, tertutupi awan tebal dengan ratusan guntur yang menggelegar bersautan dalam waktu satu detik. Ribuan manusia berlari ke arah Barat, berlawanan dengan hutan yang kini dipenuhi oleh kepulan asap dari ledakan maupun debu tanah yang terguncang kaki monster.

Dua mata biru menyala dalam gelap, raungan ngeri menerjang angin yang kencang dari napas monster raksasa itu. Ketinggian dua puluh kaki, mampu memporak-porandakan satu kota hanya dengan raungannya. Setiap injakan empat kaki itu di tanah, menimbulkan gempa hingga seluruh kota hancur. Bahkan monster itu belum mengeluarkan kekuatannya, setengah kota sudah rata oleh tanah.

"A-aku tidak tahan lagi! Kita tidak akan bisa menghentikan monster itu!"

Seruan putus asa dari pasukan cahaya semakin mendesak mereka untuk mundur. Garda terdepan itu tidak ada kesempatan untuk menyerang, setiap senjata yang mereka gunakan tidak mempan terhadapnya. Jika terus menyerang, itu hanya akan terlihat seperti menumbalkan diri. Sebagian besar pasukan kekaisaran itu sudah diremukkan dalam satu terkaman. Mereka bukan pasukan master, mereka hanya dijadikan sebagai tameng agar pasukan master mampu mengevakuasi warga ke pegunungan.

"Tidak! Jangan menyerah! Kita harus menahannya untuk melindungi warga! Tunggu perintah Kaisar!"

Pemimpin pasukan bisa saja bicara dengan penuh kegigihan, hanya saja, anak buahnya sudah tidak mampu menahan rasa takut. Pemimpin mereka saja terluka parah, mengarahkan mereka dengan kondisi 'tak' utuh. Tangan dan satu matanya sudah cacat. Namun, mau tidak mau, rela atau tak rela, maju atau mundur, semuanya tidak berguna!

"Mati sebagai pahlawan atau mati sebagai pecundang! Terus serang!"

Seruan itu membangkitkan perasaan menggebu-gebu dan pembalasan dendam. Kaki mereka menapak kokoh di tanah, dalam satu kedipan melompat tinggi dengan hembusan angin di bawah kaki mereka hingga menjulang tinggi, menerjang monster itu, berteriak nyaring, membuat raungan monster itu menerpa tubuh mereka yang menggemakan pekikan pengabdian.

Mata biru tosca seseorang menatap tajam dari atas menara jam. Angin menerpa dari timur, tempat monster itu menghancurkan segalanya. Batu mana terlarang sudah di genggaman, gumaman mantra sejenak membuat aura sihirnya menyala-nyala setinggi tujuh meter di udara.

Dia adalah seorang petinggi, tangan kanan Kaisar, disebut sebagai Master Swozard IV kekaisaran. Claude Kendrick.

***

Empat belas tahun berlalu.

"BERHENTI KAU, BOCAH!"

Derap langkah cepat mengisi lorong akademi Crystal lantai dua. Jam istirahat lagi-lagi terisi oleh permainan kejar-kejaran antara Profesor Anavel dan si pembuat onar akademi. Sedangkan murid-murid di lorong itu cukup ramai, mereka menerjang begitu saja tanpa memperlambat langkah mereka. Sedangkan pula sang empu yang dikejarnya nyengir ceria, tak segan menerobos melewati kolong meja yang tengah di angkat dua orang murid untuk dibawa ke kelas baru.

Ember cat di tangannya bergoyang, memercikkan cairan cat warna putih di sepanjang lorong tempatnya berlari. Tumpah kemana-mana. Profesor Anavel sempat tersandung kakinya sendiri, atau hampir jatuh tersungkur karena tergelincir cat itu.

"Profesor Anavel yang lajang dari lahir sudah tua, moya!" Ia berseru dengan tawa mengejek. Gadis 16 tahun itu benar-benar nakal bukan main. Dinding menara jam akademi yang awalnya berwarna abu-abu dari susunan batu prasasti, menjadi cetakan putih bertuliskan 'Idiot' yang ditujukan kepada satu orang, yaitu pria bersurai hijau dengan satu kacamata di sebelah kanan, ya, Anavel Wondere—si profesor penyihir tingkat A di Crystal Academy.

Profesor Anavel menggeram, merogoh saku bagian dalam jubah penyihirnya untuk menggenggam tongkat berbentuk kapsul, yang panjangnya 13 sentimeter. Tongkat itu bercahaya hijau, memanjang membentuk tongkat sihir seperti dalam dongengnya.

Antagonist on BellatrixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang