CALVARY 3

31 11 2
                                    

Sang putri Duke Skylark mendongakkan kepalanya, membelalakkan mata yang sempat terpejam dan terhanyut dalam panggilannya sendiri. Suara-suara timbul dan tenggelam di sekitarnya, timbul oleh suara serpihan kaca yang berkali-kali memudarkan suara guntur di luar aula altar. Terakhir kali suara yang nyata ia dengar dari Profesor Anavel—yang sempat hendak menghentikan ujian ini.

Mona menatap pedangnya yang seolah tertelan batu kristal sakral di depannya. Empat pilar biru mengungkungnya dari luar, tidak membiarkan suara apapun masuk, tidak membiarkan Profesor Anavel menghancurkan energi kuat yang meledak dari segel kristal.

Kau pemilik ku?

Muncul suara dalam kepala Mona, menyerukan perasaan gentar untuk bergerak, tubuhnya seperti tertahan oleh belenggu tak terlihat. Cahaya menyilaukan dari bawah, atas, ataupun sekitarnya membuat pandangan seperti dalam sebuah inti ledakan.

Tampak dari luar pilar yang menutupi Mona itu seperti penjara yang menahannya. Angin mendapatkan tugas sebagai penjaga, menghempaskan siapa saja yang dekat dengan dua langkah dari altar. Cahaya mendapatkan tugas sebagai senjata, membuat ledakan yang mampu mematahkan tulang mereka.

Kau pemilik kekuatanku?

Tangan Mona menarik pedangnya, berusaha untuk lepas dari cengkeraman cahaya batu kristal yang menghimpit bilah pedangnya. Mona menegakkan tubuhnya, melawan belenggu itu, menggertakkan gigi dan menghentak satu kakinya ke atas di permukaan batu.

Gadis sepertimu? muncul suatu suara itu lagi.

Matanya terbelalak sebelum menajam seperti predator, hampir mengikis tingkah cerobohnya, menimbulkan rasa emosi menyala murka.

"Kau Tiegar? Dasar durhaka! Aku yang memanggilmu tapi kau malah mempermainkan majikanmu, moya?!" serunya jengkel. Kejengkelan itu mampu membuat urat pelipisnya membentuk akar di permukaan kulit leher saat giginya bergemeletuk.

Gadis ceroboh sepertimu? Tiegar seperti bermonolog. Sudut mata Mona berkedut lantaran emosi, kakinya menghentak ke batu kristal, menarik sekuat tenaga pedang itu agar tercabut dari sana. Namun benda itu bergeming, Mona hanya menguras energi untuk membuat pedang itu bergerak.

"Cerewet! Kucing sialan!" umpat Mona. Sikapnya membuat wujud Tiegar yang sebenarnya seperti akan meledakkan kejengkelannya pada Mona, bukan murka sang legenda harimau, ia hanya jengkel wujud kehormatannya disamakan oleh kucing.

Kau tahu akibat karena membangunkanku dari segel itu? terka Tiegar, Kau ingin menghancurkan kekaisaran ini dan membangunnya dari awal? lanjutnya.

Mona menatap ke atas, ke arah cahaya biru terang yang ia yakini itu adalah Tiegar. Lantaran ia bukan hanya melihat cahaya belaka, melainkan bentuk kepala harimau yang siap menerkamnya jika bergerak satu inci saja. Alis Mona mengerut, menggertakkan gigi, "Aku memanggilmu agar lulus ujian, moya!"

Kakinya menginjak kristal itu kembali kokoh, cengkeraman pada pedangnya kembali mengerat, menyentak tubuhnya ke belakang untuk menarik pedang itu kembali. Seberapa keras ia berusaha, pedang itu bergeming, napas Mona sampai tersengal.

Tidak mengertikah dirimu siapa aku? tanya Tiegar, tatkala kesabarannya mulai menipis, menghempaskan tubuh Mona menjauh hingga tangannya tergelincir dari pedangnya sendiri. Akulah yang kalian sebut monster, kehancuran, kegelapan, kematian umat manusia. Tidakkah kau mengerti situasimu sekarang, Nona?

"Apa—"

Asap lembut menyerbu sudut pandang Mona, tubuhnya terselimuti aliran aura yang menghipnotisnya hingga dua matanya menyala biru tak berpupil. Tubuhnya mengikuti cengkeraman Tiegar, tak membalas, justru mengikuti pikiran yang diperintahkan oleh sang harimau. Pedang yang menancap di batu kristal tergelincir begitu mudah, asap aura mengalahkan gravitasi, melayangkan pedang itu. Bilah besi biasa menjadi biru sebening kristal. Pedang legenda telah merasuk, sang legenda harimau telah bangkit kembali.

Antagonist on BellatrixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang