03 | Rumah Haechan

1.7K 229 32
                                    

03

"Kau itu omega! Seharusnya kau tau harus berbuat apa untuk membantu keluarga. Jangan hanya makan dan tidur!"

Jaemin meringis saat rambutnya ditarik dengan keras oleh sang Ayah. Pemuda 15 tahun itu tidak melawan. Percuma saja karena Jaemin tidak akan menang melawan Ayahnya yang seorang alpha.

"Bodoh! Kau bisa menggunakan tubuhmu untuk mendapatkan uang banyak."

Tubuh Jaemin didorong kasar sampai pelipisnya mengenai pinggiran meja. Kedua tangannya terkepal kuat. Tidak peduli kalau darah mengalir ke pipinya.

"Di mana wanita itu?!"

Mendengar kalau Ayahnya akan mencari sang ibu, Jaemin buru-buru bangkit. Menahan Ayahnya yang akan pergi ke kamar ibunya.

"Jangan mengganggunya!" Jaemin berdiri di depan pintu. Membuat pertahanan terakhir. Walaupun Jaemin ragu dengan kekuatannya sendiri.

"Menyingkir!"

"Tidak! Kau yang seharusnya pergi dari sini!"

Keributan kembali terjadi. Jaemin jelas kalah melawan pria dewasa yang juga seorang alpha itu. Sudah jelas, dia yang omega, tidak akan pernah menang melawan alpha. Tetapi, Jaemin tidak ingin pasrah kalau Ayahnya itu mencoba menyakiti ibunya.

Sebuah vas Jaemin ambil. Dia menghantamkannya dengan keras ke kepala Ayahnya. Pria itu berteriak.

"Pergi! Kalau kau hanya ingin menyakiti ibu, jangan pernah kembali ke rumah. Aku dan ibu, tidak membutuhkan sampah sepertimu!"

Kejadian itu memancing tetangga untuk datang. Ayah Jaemin mau tidak mau memutuskan pergi dengan sumpah serapah yang dia katakan dengan jelas.

Napas Jaemin memburu karena kesal. Remaja itu mendapatkan banyak pertanyaan dari para tetangganya. Mereka bertanya, apakah Jaemin baik-baik saja atau tidak. Ada juga nenek yang membantu Jaemin untuk mengobati lukanya.

"Tidak apa, jangan khawatir. Aku yakin, ada kehidupan baik yang menunggumu."

Kalau diingat, Jaemin memang tidak memiliki pengalaman menyenangkan selama hidup bersama orang tuanya. Bersama ibunya, dia senang walaupun harus mengurusnya yang tengah sakit. Tapi, itu jauh lebih baik daripada ada ayahnya di rumah.

Jaemin menoleh. Melihat kucing miliknya tengah duduk di atas nakas. Menjilati kakinya sendiri.

"Rey, aku masih menunggu kehidupan baik itu aku dapatkan." Jaemin bergumam, menatap Rey—nama kucingnya, dengan intens. "Bagaimana kalau aku menipu Haechan saja?"

Kucing itu mengeong. Dia melompat naik ke atas ranjang yang sama dengan Jaemin. Jaemin segera mengelus bulunya yang lembut. "Bagaimana kalau setelah aku melahirkan, aku meminta uang padanya? Apa 100 juta cukup? Atau lebih saja?"

Balasan hanya berupa meongan. Jaemin tertawa. Dia segera memeluk kucingnya. "Kalau aku keluar dari sini, aku akan membawa Rey juga. Aku tidak akan meninggalkan Rey di sini."

Yah, sepertinya, Jaemin jauh lebih baik berteman dengan hewan. Karena Jaemin merasa, hewan tidak akan menyakitinya tanpa sengaja kalau Jaemin tidak memberikan sinyal bahaya pada mereka.

"Aish! Sudahlah. Aku akan menunggu persik yang akan Haechan bawakan saja."

~

RENJANA [HYUCKNA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang