05 | Heat

1.4K 202 33
                                    

05

"Gak mau. Gak jadi."

Seperti omega hamil pada umumnya, mereka memiliki mood yang sangat mudah berubah. Jaemin pun begitu. Pemuda itu menolak saat mereka akan pergi ke Jepang sesuai keinginannya. Tetapi, mendadak Jaemin tidak ingin.

"Kenapa?" tanya Haechan. Dia tidak lelah, sungguh. Pria itu sudah belajar untuk memiliki banyak kesabaran menghadapi Jaemin.

"Tidak ingin." Jaemin melengos. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku jaketnya, "Bukan salahku, okay! Dia yang membuatku tidak menginginkannya."

Haechan menatap wajah Jaemin. Pipinya sedikit memerah. Dan Haechan tidak tau kenapa Jaemin bisa merasa malu seperti itu?

"Okay, kita pulang."

Bukannya Jaemin tidak ingin pergi ke Jepang. Dia ingin. Kapan lagi liburan gratis? Tapi, Jaemin lebih menginginkan untuk 'membuang' uang Haechan begitu saja. Jadi, lebih baik dia melakukan itu saja.

Ada rasa puas yang Jaemin rasakan.

Di perjalanan pulang, Jaemin hanya diam. Menatap bangunan-bangunan di pinggir jalan yang mereka lewati. Menyangga kepalanya dengan tangan kiri.

"Ada yang ingin kau beli sebelum sampai rumah?"

Jaemin menatap pantulan tubuh Haechan yang ada di kaca pintu mobil. Dia menggeleng. "Aku tidak ingin apapun."

"Benar? Tidak ingin kue atau apa?"

Jaemin menghela napas. Dia menatap Haechan. Ingin rasanya Jaemin mengatakan kalau dia tidak mau melihat Alpha itu. Tetapi, sesuatu yang hidup di perutnya itu ingin Jaemin terus melihatnya.

"Tidak," jawab Jaemin pelan, "Aku tidak ingin apapun."

Haechan akhirnya mengangguk. Lebih baik dia membeli sesuatu yang mungkin bisa Jaemin makan. Pemuda itu mungkin akan banyak tingkah kalau tidak ada makanan.

Saat sampai rumah, Jaemin masuk ke dalam rumah lebih dulu. Langsung pergi ke dapur untuk mengecek isi kulkas yang sekarang beragam. Jaemin benar-benar berniat merampok uang Haechan.

"Jaemin, tadi aku pesan makan. Nanti kalau datang, langsung terima saja. Aku akan kembali ke kantor sekarang."

Jaemin menatapnya. Tanpa kata, dia hanya mengangguk. Sedikit tidak terima, tapi Jaemin tidak tahan kalau seharian bersama Haechan. Ada rasa kesal yang masih terkumpul di hatinya.

Bayinya ingin bersama Haechan, tapi Jaemin tidak mau bersama Haechan. Dan karena Jaemin lebih mencintai dirinya sendiri, jadi lebih baik dia tidak melihat Haechan sampai malam nanti.

Tapi, apa yang akan Jaemin lakukan setelah ini?

"Aku pergi dulu, baik-baik di rumah." Haechan tersenyum, tidak lupa tangannya yang mengusak rambut Jaemin.

"Apasih?!" Jaemin menepis tangan Haechan yang mengusak rambutnya. "Jangan pegang-pegang."

"Kenapa?" tanya Haechan. Sebelah alisnya sedikit naik, "Aku ingin menyentuhmu."

"Kau tidak dapat izin dariku."

"Loh? Memangnya aku harus dapat izin darimu untuk bisa menyentuhmu?"

Jaemin berdecak. Ingin rasanya Jaemin melempar Haechan sejauh mungkin. Apa Alpha semenyebalkan ini? Oh benar juga. Semua Alpha memang menyebalkan.

Mendadak Jaemin terdiam. Pemuda itu menyentuh perutnya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menutup mulutnya sendiri.

"Kenapa?" tanya Haechan. Dia tidak repot-repot untuk menyembunyikan rasa khawatirnya.

RENJANA [HYUCKNA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang