09
Tengah malam, Jaemin terbangun. Udara dingin mendadak terasa menusuk kulitnya, membuatnya menggigil kedinginan. Selimut yang membungkus tubuhnya tidak memberikan dampak apapun. Jaemin tetap merasa dingin.
Yang bahkan, pelukan Haechan saja tidak ada gunanya.
Lampu sudah menyala dan seisi rumah terang karena sebelumnya memang tidak dimatikan oleh Haechan.
Jaemin bangkit perlahan. Telapak kakinya menyentuh karpet di ruang keluarga. Haechan tidak repot-repot untuk memindahkannya ke kamar. Pria itu hanya membersihkan tubuhnya lalu ikut tidur di sofa yang sama dengan Jaemin.
"Mau ke mana?" Pertanyaan dengan nada khas orang baru bangun terdengar di telinga Jaemin. Oh, ternyata Haechan bangun walaupun Jaemin bergerak sepelan mungkin.
"Aku haus," jawab Jaemin, "Dan mau pindah ke kamar. Di sini sangat dingin."
Haechan bangkit duduk. Dia mengucek matanya sendiri. Melirik Jaemin yang sudah berada di dapur. Mengambil minum sampai gelas penuh padahal Jaemin hanya meminumnya setengah.
Kenapa begitu?
Pria Lee itu bangkit dari posisi duduknya. Dia berjalan menyusul Jaemin dengan sedikit sempoyongan. Masih sangat mengantuk. Ingin kembali tidur dan memeluk Jaemin lagi.
Karena demi apapun, rasanya nyaman sekali.
Tapi, baru juga sampai pintu kamar Jaemin, pemuda itu menghentikannya. Dia menatap Haechan datar yang dibalas tatapan penuh tanya.
"Aku gak mau tidur sama-sama."
Tepat setelah mengatakan itu, Jaemin menutup pintu kamarnya di depan wajah Haechan. Menguncinya agar Haechan tidak bisa masuk.
Haechan menghela napas. Dia mengusap tengkuknya pelan. "Sudah galak lagi," gumam Haechan. Dia merenggangkan tubuhnya, "Bayinya gak mau diajak kerja sama."
Baru membuka pintu kamarnya sendiri, Jaemin tiba-tiba memanggil. Pemuda itu berdiri tidak jauh dengannya. Memainkan ujung kaus yang dia kenakan.
"Kenapa?" tanya Haechan bingung. Perasaan tadi Jaemin seperti tidak mau melihat wajahnya sama sekali.
"Ingin cookies, bisa buatkan?"
"Hah?"
Jaemin berdecak pelan. Ini Haechan yang pura-pura tidak mendengar atau pria itu tidak menyangka dengan permintaan Jaemin?
"Anakmu ingin cookies, tolong buatkan!"
Haechan mengerjap mendengar Jaemin setengah berteriak. Dia tersenyum kecil. "Kalau tidak ada bahannya bagaimana?"
"Kau pergi belanja."
"Yang tinggal buat gak papa?"
"Gak papa."
Kepala Haechan mengangguk mengerti. Dia pergi ke dapur dengan Jaemin yang mengekori. Mendadak rasa kantuk mereka menghilang. Haechan juga terlihat tidak masalah sama sekali, pria itu santai seolah menikmatinya.
"Tidak ada ternyata," gumam Haechan setelah dia mencari bahan-bahan untuk membuat cookies. "Aku akan ke minimarket dulu. Bisa kau tunggu?"
Jaemin mengangguk. Tidak apa karena dia benar-benar ingin cookies. Kalau tidak, dia akan dengan senang hati tidur dan meminta pada pekerja rumah Haechan siang nanti.
Setelah mengambil kunci mobilnya dan juga dompet, Haechan mendekati Jaemin yang sepertinya akan menonton tv. "Di sini saja, okay? Kalau kau mengantuk, langsung tidur saja. Jangan dipaksa."
"Iya, aku tau."
Haechan menepuk puncak kepala Jaemin dengan pelan. Dan dia benar-benar pergi untuk mencari minimarket yang masih buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA [HYUCKNA]
FanfictionPokoknya Jaemin suka uang. Udah, gitu aja. HYUCKNA ABO HYUCK! Alpha JAEM! Omega