07 | Kesal

1.2K 179 39
                                    

07

"Keluargamu terasa menyenangkan."

Sekarang keduanya hanya saling menatap. Jaemin yang hanya asal berbicara dan Haechan yang bingung harus membalas apa. Karena pria itu tau betul bagaimana kondisi keluarga Jaemin tanpa pemuda itu beritahu.

Kalau boleh Haechan katakan, keluarga Jaemin sangat kacau. Apalagi Jaemin juga ditinggalkan hutang yang bisa dibilang sangat banyak untuk Jaemin.

"Tidak juga," balas Haechan, "Tidak seperti apa yang ada di otakmu itu."

Jaemin mengernyit. Dia memakan keripik kentangnya. Sedikit bingung kenapa keluarga Haechan tidak menyenangkan. Jaemin jadi yakin kalau Haechan berbohong.

"Aku punya 2 Ayah."

"Dua ayah?"

Haechan mengangguk, "Iya. Yang benar-benar Ayah. Tadi yang menelepon itu Papa. Jadi, bisa kau simpulkan sendiri, 'kan?"

Jaemin tidak langsung menjawab. Jadi, maksud Haechan di sini, dia memiliki 2 orang Ayah sebagai pasangan Papa dia? Atau bagaimana?

"Aku bungsu dari 3 bersaudara. Dan hanya aku yang bermarga Lee."

Mendengar itu, Jaemin sedikitnya tidak percaya. Jaemin kira semua keluarga Haechan itu berharga Lee. Tidak ada yang lain.

"Kenapa aku harus tau?"

"Aku hanya merasa kau harus mengetahuinya."

"Tapi aku tidak ingin."

"Bukan masalah." Haechan tersenyum kecil, "Biar gak kaget aja, sih."

Jaemin menggerutu. Pemuda itu memilih tidak peduli. Memandang layar televisinya kembali.

"Udah cek rekening belum?"

Mendengar itu, Jaemin kembali menatap Haechan. "Apa?"

"Coba cek aja."

Jaemin menuruti apa kata Haechan. Dan benar, ada sejumlah uang di sana. Ini pasti ulah Haechan. Secara semalam mereka baru saja melakukan kegiatan dewasa. Haechan sudah berjanji kalau pria itu akan membayarnya setelah melakukan itu.

Sejujurnya Jaemin tau, kalau Haechan itu baik. Hanya saja Jaemin selalu merasa kesal dengannya. Tidak tau kenapa. Yang pasti, sih, setelah Jaemin mengetahui dia hamil karena Alpha yang dia kenal di bar.

Memang salah Jaemin juga karena percaya pada pria yang datang ke bar. Seharusnya dia seperti biasa saja, mengabaikan mereka. Tapi, sekarang, nasi sudah menjadi bubur. Jaemin tidak bisa melakukan apapun selain menjalani hidupnya dengan damai.

"Kalau kurang, kau bisa mengatakannya padaku. Aku akan mengirimnya lagi."

"Yah, memang nyaris semuanya hanya mampir sebentar."

Kekehan Haechan terdengar. Dia ikut duduk di sofa setelah menyelesaikan pekerjaannya membuat pizza. Hanya tinggal menunggu pizza itu matang dari dalam oven.

"Mau lagi?"

Jaemin meliriknya. Jelas tau maksud dari ucapan Haechan. Dan tentu saja, Jaemin mau. Sudah dikatakan sejak awal, Jaemin itu cinta uang. Katakan saja matre atau apapun itu. Jaemin tidak mau pusing memikirkan tanggapan orang lain tentang dirinya. Soalnya Jaemin sudah kelewat pusing memikirkan dirinya sendiri dan Jaemin tidak berniat menambah beban hidup.

"Simpan ini. Kau boleh membeli apapun dengan kartu itu."

"Ini sama dengan yang tadi?"

"Itu 2 hal yang berbeda."

Jaemin mengernyit. Berbeda?

Terlalu lama berpikir, Jaemin tidak sadar saat Haechan sudah ada di sebelahnya. Menyentuh tengkuknya dengan lembut. Jaemin yang kaget, tidak bisa mendorong kepalanya menjauh karena Haechan menahannya.

RENJANA [HYUCKNA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang