Pagi ini Ara terbangun lumayan lambat dari sebelum nya, dengan mata yang bengkak, ia segera turun dari kasur nya dan berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar nya.
"Aduu mata aku jadi bengkak gini."ucap ara.
setelah membasuh wajah nya ia kembali berjalan ke arah kasur nya dan melihat ponsel nya yang terletak di atas kasur dengan keadaan mati.
ia segera mencharger nya dan setelah itu Ara berjalan turun kebawah mencari sosok yang membuat mata nya menjadi bengkak.
Meski kejadian tadi malam tidak membuat Ara untuk pantang mundur berbicara dengan papa nya. Dari dulu ia sangat merindukan suasana ia di antar oleh papa nya ke sekolah, berbincang bersama papa nya dan di bacakan dongeng sebelum tidur.
Ketika mengingat nya membuat air mata Ara ingin terus keluar mengalir sederas mungkin.
Ara duduk di kursi meja makan,ia mengingat kembali semua suasana saat mama nya masih ada.
"Mah,Ara kangen mama. Ara pengen peluk mama,Ara rindu banget sama mama." ucap ara sambil terisak.
"mah,papa berubah semenjak mama udah gak ada. Papa kasar sama Ara mah,papa udah gak sayang sama Ara mah semenjak mama gak ada."
"Mah,Ara capek mah,Ara butuh mama." ucap ara dengan isakan yang semakin kuat.
"Mah Ara kangen banget sama mama."
Ara mengusap air mata nya namun alangkah kaget nya ia saat melihat ada darah di tangan nya,yang ternyata darah itu berasal dari hidung nya.
Darah mengalir deras dari hidung Ara membuat Ara panik dan kaget,ia segera berdiri mengambil tissue yang berada di atas meja makan nya kemudian mengelap darah yang mulai mengenai meja makan itu.
"Mah,hidung Ara berdarah mah." Ucap ara sambil terisak.
"Mah darah nya gak bisa berhenti."
Ara kembali mengambil beberapa lembar tissue dan kembali mengelap nya sebelum suara ketukan dan bel terdengar di depan pintu nya.
tok
tok
tok
Ara tak menyahuti nya ia sangat bingung sekarang dan otak nya seperti berhenti untuk berfungsi.
Ara menjatuhkan tissue yang penuh dengan darah itu kemudian mengambil tissue yang baru untuk ia gunakan menghentikan darah keluar dari hidung nya.
"Mah,hiks Ara harus apa mah." ucap ara kembali menangis.
Ara terus memanggil mama nya sambil menangis dan mengelap darah yang tak kunjung berhenti keluar dari hidung nya hingga isakan Ara berhenti saat mendengar suara seseorang.
"Ra kamu kenapa." ucap seseorang membuat Ara langsung saja berbalik.
"Ugoo tolong ar__." belum selesai bicara tubuh Ara langsung saja ambruk di atas marmer yang di atas nya terdapat darah.
Hugo yang melihat nya pun segera berlari menghampiri ara dan langsung saja menggendong nya keluar dari rumah Ara.
Untung saja Hugo membawa mobil,ia langsung menggendong Ara masuk ke dalam mobil nya dan membawa Ara menuju rumah sakit.
"Raa plis jangan gini." Ucap Hugo dengan suara yang mulai getir.
Ia sesekali berbalik untuk melihat keadaan gadis nya dan menggenggam tangan Ara menggunakan satu tangan nya dan satu nya lagi ia gunakan untuk menyetir.
"Raa bangun plis jangan buat aku khawatir Ra,aku takut kamu kenapa Napa Ra."
Hugo semakin menaikkan kecepatan mobil nya ia sangat takut jika sedikit pun ia terlambat sesuatu yang buruk akan berdampak kepada Ara.
Hingga 15 menit Hugo tiba di depan sebuah rumah sakit dan langsung saja menggendong Ara keluar dari mobil nya dan membawa Ara gw IGD.
Saat menggendong Ara ke IGD sangat kebetulan 2 orang perawat sedang mendorong brankar yang kosong membuat Hugo langsung meletakkan Ara di atas brankar itu dan kedua perawat tersebut juga langsung membantu Hugo mendorong Ara.
Ara segera di periksa saat tiba di IGD membuat Hugo harus menunggu di luar.
Hugo terduduk dengan tubuh yang lemas dan darah di tangan nya.
Ia mengangkat tangan nya yang di lumuri darah Ara membuat air mata nya keluar.
"sayang,kamu harus kuat." ucap Hugo sambil menatap tangan nya yang di lumuri darah Ara.
Hingga ponsel nya berdering membuat Hugo segera mengangkat nya.
"Halo go,Lo dimana." ucap orang tersebut.
"Gw di RS." ucap Hugo.
"Lo sakit apa,Lo kok gak bilang kita kita sih."
"bukan gw,tapi Ara."
"ha Ara sakit apa?"
"udah Lo gak usah banyak nanya,Lo sekarang ke sini aja,nanti gw kirim alamat nya."
"iya go,gw sama yang lain kesitu. Lo harus sabar ya, jangan gegabah Lo harus kuat buat Ara." ucap nya sebelum telepon tersebut terputus.
Hugo meletakkan ponsel nya di atas kursi besi yang ia duduki kemudian menatap lantai rumah sakit itu.
"Raa,kuat. Kamu harus kuat Ra,aku yakin kamu pasti bisa.aku di sini kok Ra temenin kamu,kamu gak sendiri,kuat ya queen nya ugo." monolog Hugo dalam hati nya.
Hugo sangat sakit melihat keadaan Ara sekarang,jika bisa Hugo bersedia menggantikan posisi Ara sekarang juga.
Terdengar dering ponsel Hugo lagi membuat nya segera mengangkat dengan malas tanpa melihat nama si penelepon.
"halo Hugo." ucap seseorang dari seberang sana.
"hmm." balas Hugo dengan deheman dia terlalu malas untuk meladeni si penelepon.
"kamu lagi di mana sekarang? kita bisa ketemu gak? aku kangen banget sama kamu." ucap nya.
"Lo siapa?"
"ish Hugo kamu apa apaan sih,masa lupa sama aku. iya sih kita emang udah putus tapi kan aku yakin kamu pasti masih sayang kan sama aku,aku juga kok masih sayang sama kamu. iya aku ngerti kamu gini pasti karena pacar kamu yang bocah itu kan, aku ngerti kamu kok,aku juga mau kok kalau kita sembunyiin lagi hubungan kita,biar gak ketahuan sama pacar bocah kamu itu iya kan say___." belum sempat ia menyelesaikan bicara nya Hugo lebih dulu mematikan sambungan telepon tersebut kemudian memblokir nya.
"Sialan." ucap Hugo.
Hugo kembali teringat semua yang ia lakukan di belakang Ara,rasa bersalah kembali menyerang hati nya.
Hugo membuka room chat wa nya kemudian memblokir beberapa kontak cewek yang memang pernah ia temani dekat dan yah selingkuh di belakang Ara.
"raa maaf. maafin aku Ra, tapi kamu harus tau kalau ada gak seserius itu sama mereka,kamu harus tau Ra cuman kamu yang ada di hati aku Ra,cuman kamu yang bisa buat aku se kacau dan se hancur ini Ra." ucap Hugo lagi hingga pintu di depan nya terbuka menampilkan seorang dokter dan suster.
"keluarga pasien?" tanya dokter tersebut.
"iya dok." Ucap Hugo cepat.
"Pasien hanya kelelahan saja,dan terlalu banyak pikiran yang membuat pasien menjadi stres. Dan seperti nya pasien lambat makan yang membuat mag nya kambuh,pasien hanya butuh istirahat saja namun untuk lebih baik nya lagi harus di rawat inap beberapa hari untuk memastikan tidak ada penyakit lain,atau lebih buruk nya terjadi komplikasi." jelas dokter tersebut membuat Hugo mengangguk pelan dengan tubuh lemas.
"Kalau begitu saya pergi dulu,nanti pasien akan di pindahkan ke ruangan nya." ucap dokter itu lagi.
"Terima kasih." ucap Hugo membuat dokter tersebut mengangguk kemudian pergi di ikuti kedua perawat.
Hugo segera masuk dan menghampiri ara yang terbaring di atas brankar dengan selang infus di tangan nya kembali membuat hati Hugo serasa di himpit batu yang sangat keras.
Hugo mengambil satu lagi tangan Ara yang tidak di infus kemudian menggenggam tangan kecil itu sangat erat.
"Sayangg maaf." ucap Hugo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does love make me stupid?
Teen FictionSeorang gadis yang selalu di juluki bulol oleh sahabat nya sendiri ;)