Bencana

41 5 3
                                    

Rencana freya jadi sedikit berubah dari apa yang ia harapkan, ah, tidak sedikit tapi mungkin cukup untuk disebut banyak. Melihat bertambahnya dua orang asing dan satu pembuat onar di meja yang seharusnya sunyi ini.

"Baiklah, ini pesanan kalian." Ucap Sebastian ramah sebelum beralih menatap Relian dan,

"Kau! Lain kali jika ada yang penting sebaiknya telpon saja aku, kau pikir aku sedang apa disini? Aku kan harus bekerja bukan nya melihat ponsel 24 jam." Lalu berlalu pergi.

Relian mendengus mendengar tian mengomel padanya dan yang lain hanya menahan tawa. Melihat dua orang asing di depan nya menahan tawa Relian naik darah, "Kalian..."

Freya mengusap dada Relian sambil berkata pelan, "sudah, sudah"

"Tapi mereka kan..." ucap Relian dan akhirnya memaksa freya untuk menatap nya marah. Melihat freya yang menautkan alisnya, Relian kembali mendengus kesal.

Freya POV

Astaga Relian lucu sekali, seperti anak anak yang kesal karena tidak dibelikan mainan.

Baiklah sepertinya hari ini aku sudah cukup memberinya pelajaran, mana tega jika lebih buruk dari ini.

Relian mengusap punggung tanganku sebelum berkata, "kau tidak ingin makan siang disini saja? Aku tahu kau pasti belum makan dirumah."

"Ah kalian ingin makan berat ya?." Kata perempuan di samping pria toko buku.

Relian memutarkan matanya seolah berkata 'aku tidak bicara denganmu' lalu menatapku dengan mata berbinar tapi tetap sipit, menunggu jawaban.

"Bagaimana freya? Kau ingin pesan makanan?" Ucap pria toko buku, kali ini tidak mungkin salah dengar. Pria itu benar-benar tahu namaku.

"Ah, namamu freya bukan? Dari tadi dia terus menyebut namamu." Sambungnya sambil menunjuk ke arah Relian.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk, kalian juga tahu kan kalau aku tidak mungkin berkata panjang lebar pada orang asing.

"Namaku Nara dan dia Rionard. Omong-omong siapa nama pria ketus itu freya?"

Perempuan bernama Nara itu tampak tidak canggung dengan orang baru, aku harap aku juga bisa seperti itu. Tapi untung lah dia bertanya lebih dulu, setidaknya disini hanya aku yang sulit bergaul.

"Aku juga tidak kenal dia." Ucapku sambil tersenyum pada mereka. Mungkin tidak apa jika kukerjai Relian sekali lagi.

"Freyaaa" melas Relian.

Pria bernama Rionard tertawa mendengar gurauan ku yang sebenarnya tidak lucu. Kemudian berdiri dan, "ayo aku temani, kebetulan aku lupa meminta gula cair tambahan untuk matcha latte Nara. Tinggalkan saja pria tidak dikenal ini."

Ku gigit bibir bawahku menahan tawa, meninggalkan Relian yang cemberut dimeja. "Ayo" ucapku pada Rionard.

...
..
.

Author POV

Bandara sedang padat, mungkin karna ini hari
Weekend. Suara roda koper, ketukan sepatu heels, ricuh suara-suara dari orang yang sibuk berlalu lalang. Yah, mungkin mereka semua mengejar waktu untuk berbisnis.

Tidak seperti pria yang menggunakan kaca mata hitam dan coat panjang yang bersiul dengan santai. Mengangkat tangan nya pada seorang driver yang ia lihat secara acak.

Driver itu mengangguk dan mempersilahkan nya masuk, setelah membantunya mengangkat koper. driver itu bertanya tujuan pria itu.

Pria itu tersenyum dan menjawab, "Museum seni Edith."

We dont knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang