Selamat membaca, semoga suka 🙌🏻.
•
[ Carly pov ]
Bicara soal keluarga, aku memang anak paling beruntung didunia jika aku bisa. Tapi aku tidak mau mengakuinya, karena aku tidak merasa bahagia dengan keluarga yang kudapat. Jika bisa memutar waktu dan kembali, aku tidak mau berada dikeluarga ini.
Mungkin bagi mereka menjadi orang kaya dan banyak uang itu menyenangkan, nyatanya tidak. Tidak semua bisa dibeli dengan uang. Aku sangat tersiksa dengan semua ini. Mengingat aku yang sedari kecil dirawat dengan asisten rumah tangga yang orang tuaku bayar. Sedangkan mereka berdua sibuk bekerja untuk uang, uang dan uang.
Pernah aku muak dengan semua ini, namun aku menemukan beberapa temanku yang dapat mendukungku disaat-saat susah dan terpuruk. Aku senang karena Tuhan memepertemukanku dengan mereka. Dari banyaknya negeri yang kutempati, aku dapat memanfaatkan waktuku untuk berkenalan dengan orang-orang lokal disana.
Meskipun tidak lama pertemuanku dengan temanku, namun satu harapanku bersama mereka adalah bisa bergandengan tangan selamanya, selama yang kami bisa, selama yang kami mampu, bahkan nanti hingga rambut kami memutih dengan tenaga yang tak seperti awal lagi.
Selain temanku, aku juga mempunyai pendengar terbaikku. Yang terbaik dari yang ada didunia ini. Aku merasa beruntung memiliki sosok pendengar yang selalu mau mendengarkan semua keluh kesah kecilku ini.
Meskipun, aku tau hidupnya lebih berat daripada aku, aku juga menyemangatinya diam-diam. sosok yang terbaik dari yang terbaik, yang mampu membuatku bangkit dan menjadi seorang yang kuat. Pendengar, penyemangat, sekaligus kerabat jauh.
•
Terima kasih sudah membaca, berikan cinta pada cerita ini yaa, dengan vote ataupun comment. Terima kasih 🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Killing Myself
Fiksi Remaja- Sisi gelap kehidupan yang bercahaya dengan penuhnya harta. - Mengetahui sisi lain kehidupan yang penuh dengan gemerlap harta benda dunia. Disamping segala kecukupan dan kepunyaan yang bisa dipandang mata, ada beberapa kerusuhan dan rusaknya hubung...