BAB 10

464 57 0
                                    


Di taman, itulah tempat Afan berada. Afan tengah menelepon seseorang. Setelah selesai menelepon, Afan pergi menuju ruang makan.

"Panggilkan Ser--emm, Devi!" ucap Afan kepada maid. Hampir saja ia menyebutkan kata Serly.

"Baik, Tuan,"

Maid pun memanggil Devi.

Tok! Tok!

"Nona!"

Devi keluar dengan wajah yang sudah ceria kembali.

"Ada apa?" tanya Devi.

"Tuan menyuruh anda untuk pergi ke ruang makan," ujar Maid.

"Baiklah."

Devi mengikuti Maid itu hingga sampai di ruang makan. Rasanya pergi ke ruang makan pun seperti ia pergi ke tempat yang jauh, karena mansion Afan sangat besar dan luas. Maid itu pergi setelah mengantar Devi ke hadapan Afan.

"Makanlah, kau belum makan," ucap Afan dengan tatapan mata yang dingin. Ucapannya memang biasa saja namun terkesan perhatian.

"Aku tidak lapar!"

"Kau mempunyai lambung, bagaimana jika lambungmu kambuh!"

"Bagaimana tuan tau!?"

Kaget Afan, mengapa orang ini tau bahwa ia mempunyai lambung.

"Hanya menebak," kata Afan singkat.

Akhirnya Devi mau makan setelah Afan mengancam akan menjualnya jika dia tidak menuruti perintahnya. Afan melihat Devi yang makan seperti anak kecil.

"Kau seperti anak kecil,"

Afan mengambil tissue dan membersihkan sisa makanan yang  ada di ujung bibir Devi. Sejenak pandangan mereka bertemu, namun tidak lama Devi memutuskan kontak mata mereka.

"Aku sudah kenyang," ucap Devi.

"Siapa juga yang berkata kau lapar," ketus Afan.

'Menyebalkan' batin Devi.

"Setelah ini siap-siap dan ikut aku,"

"Kemana?" tanya Devi.

"Kandang singa." Setelah mengucapkan itu, Afan beranjak pergi dari hadapan Devi.

"Kandang singa?" Devi memikirkan ucapan Afan tadi.

Devi pun ikut beranjak dari meja makan, ia pergi ke kamar untuk bersiap-siap.

Afan sudah bersiap-siap dengan celana jeans dan kaus hitam pendek, dan jangan lupakan di tangannya membawa topi berwarna hitam. Ia pergi ke kamar Devi, saat akan mengetuk pintu bersamaan dengan pintu yang terbuka.

Tuk!

"Aduh!" ringis Devi saat Afan tidak sengaja memukul dahinya.

Afan yang terkejut refleks meminta maaf.

"Maaf, apa sakit?" tanya Afan khawatir.

Afan menangkup wajah Devi dengan kedua tangannya dan meniup-niup dahi Devi. Devi hanya mengerjapkan matanya polos.

"Apakah masih sakit?" tanya Afan selesai melakukan aktivitasnya meniup dahi Devi.

Devi mengangguk dengan wajah cemberut membuat Afan gemas.

"Jangan menggodaku jika tidak ingin ku c1um," ujar Afan dingin.

Devi menatap sinis Afan, ia menggeplak lengan Bryan.

"Kau sudah berani kepadaku, hah!?" tanya Afan sangar.

Devi pun tersadar dengan apa yang ia lakukan.

"Maaf!" ucap Devi menunduk.

"Sudahlah, cepat!"

Afan menarik lengan Devi ke parkiran mobil.

---------------------------------
Mau diajak kemana ya? Siapa nih yang mau diajak Afan jalan-jalan😂.

Jangan lupa 👉🏻⭐👈🏻 and komen.

GADIS KESAYANGAN MAFIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang