*⁠.⁠✧46✧.*

11K 981 156
                                    

.*°|His Mind and Her Game|°*.

Udara musim gugur di mansion Spencer terasa sejuk dengan aroma asin khas laut yang datang dari arah pantai. Laut yang berada tak jauh dari mansion berbisik lembut, ombaknya menabrak karang dengan ritme yang menenangkan. Daun-daun kuning dan merah dari pepohonan di sekitar mansion berjatuhan dengan angin sepoi-sepoi, menciptakan suasana yang damai dan indah. Cahaya matahari pagi memancar lembut melalui jendela-jendela besar, menembus kaca berwarna dan memberikan kilauan emas pada segala sesuatu yang disentuhnya. Suasana yang digambarkan pada pagi hari ini seakan mempresentasikan apik suasana hati sang Duke.

Awalan baru bersama gadisnya, benar-benar membuatnya merasakan sesuatu yang lama asing kini mulai terasa familiar, Bahagia. Langkahnya pun terasa ringan namun tegas dan penuh wibawa melalui lorong-lorong panjang mansion. Ketukan sepatu Duke terdengar jelas di lantai marmer, menggema di ruang-ruang sunyi.

Seorang pelayan mengikuti di belakangnya dengan penuh hormat, memastikan tidak ada yang kurang untuk sang tamu kehormatan. Setiap pintu yang dilalui Matthias dibuka dengan sopan, menunjukkan rasa hormat yang mendalam dari pelayan tersebut. Lorong-lorong mansion yang megah, dihiasi dengan lukisan dan permadani antik, terasa hidup dengan kehadiran Duke Herhardt yang penuh karisma.

Saat berjalan, pikiran Matthias melayang pada peristiwa di paviliun kemarin. Ia mengenang Cleaire bermain-main dengannya, cara si gadis menyambutnya ramah, meskipun Matthias tahu ada perasaan lain yang tersembunyi di balik senyum manis itu. Bagaimana bibir Semerah apelnya menciuminya sensual hingga kini Matthias masih merasakan sensasinya di bibirnya. Dan sentuhan menggoda dari tubuh Cleaire membuat Duke ingin mengagahinya disaat itu juga, menghujani kekasihnya dengan banyak cairan cinta miliknya, sampai Cleaire mengandung anak mereka berdua.

Namun selayaknya kucing lincah  menghindari berbagai jeratan pemburu, gadisnya selalu memiliki rencana, memikirkan langkah-langkahnya cermat untuk menolak halus ajakan bercintanya, mengalihkannya kembali pada pembicaraan mereka berdua dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita cerdas dan berani seperti dirinya. Dan Duke membaca  situasinya mudah, mengikuti alur permainan Cleaire seakan-akan menguji batas kesabarannya. Menambah ketegangan pada malam itu.

Semakin mulut manisnya berbicara, Matthias merasakan campuran emosi yang kuat di dalam dirinya—antara kekaguman, frustrasi, obsesi dan menantang yang kian tumbuh tiap detiknya. Membuat Duke makin dalam memahami isi pikiran Cleaire sebenarnya. Gadis itu penuh kejutan, dan Matthias seakan tengah memainkan permainan catur yang rumit, di mana setiap gerakan bisa menjadi penentu kemenangan atau kekalahan.

Namun Matthias, yang tak pernah mundur dari tantangan, kini semakin terdorong oleh hasrat untuk memiliki Cleaire sepenuhnya. Dia tahu kekasihnya ini sangatlah cermat untuk menghindari tangkapannya, namun sepintar-pintarnya Nona Cornelian, Duke Herhardt lebih licik lagi. Jadi saat gadisnya tidak memberikan penjelasan bahwa Matthias harus memenangkannya dari para kandidat lain dengan cara adil. Duke akan melakukan taktik apapun demi mendapatkan pujaan hatinya seutuhnya. Termasuk membuat rencana jahat yang hanya ia ketahui jika memang Cleaire terus lolos dari genggamannya.

"Tuan Duke, silahkan masuk." Ujar pelayan itu membuka pintu ruang makan.

Matthias mengangguk kecil sebagai balasan, jelaganya mulai melihat pemandangan ruangan tempat keluarga Spencer menyantap makanan. Begitu luas dan elegan, dihiasi dengan meja makan besar yang dipenuhi berbagai hidangan sarapan. Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela besar, menerangi ruangan dengan kehangatannya. Keluarga Spencer sudah berkumpul di sana, menikmati sarapan mereka dengan suasana yang ceria dan penuh keakraban.

Matthias memasuki ruangan dengan senyum tipis, merasakan inilah saatnya dia kembali masuk dalam Medan perang dalam permainan yang dibuat gadisnya. Dia menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda penghormatan. Kakek Besset sebagai kepala keluarga Spencer, mendapati tamu istimewanya telah datang segera mempersilakan Duke untuk duduk, "Duke Herhardt, selamat pagi. Silakan duduk dan nikmati sarapan bersama kami." ujarnya dengan ramah, senyum lembut terpancar di wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duke's GripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang