*⁠.⁠✧37✧.*

6.6K 1K 145
                                    

Berbanding terbalik dengan rasa damai Cleaire yang tengah melakukan perjalanannya menuju Frizton, Sang Duke malah menghadapi masalah genting. Dibantu para pelayan, Matthias mengenakan seragam militannya dengan rapi. Baju yang ia pakai adalah seragam khas tentara kerjaan Berg dengan jaket tebal berwarna hijau zaitun yang dipasangi kancing emas berkilau. Peringkat letnan yang tersemat di bahunya menunjukkan statusnya sebagai seorang prajurit yang dihormati, ditambah celana panjang disesuaikan dengan sepatu bot hitam mengkilap. Semakin membuat aura wibawanya terpancar.

Setelah memastikan jaketnya terpasang sempurna, salah satu pelayan menyerahkan topi militer berwarna hijau zaitun dengan lambang kerajaan yang terbuat dari emas. Matthias memasang topinya dengan cermat, menyesuaikan letaknya sehingga pas di kepala dan menambah kesan gagah pada penampilannya.

Matthias mempersilahkan para pelayan untuk mengundurkan diri kala selesai memakaikan pakaian, kemudian ia berjalan keluar dari kamarnya bersama sekertarisnya Hesse yang selalu mengikuti dari belakang, menjelaskan beberapa detail penting dalam rapat darurat terkait pergerakan prajurit dari kerajaan Lovita menuju perbatasan yang akan dilaksanakan di markas militer pusat di ibu kota.

Duke muda hanya mengangguk singkat sebagai tanda bahwa ia mengerti situasinya. Pikirannya sejenak melayang memikirkan keselamatan orang-orang terdekatnya, terutama Cleaire yang kini selalu hadir di pikirannya.

Kakinya berjalan lebar di sepanjang lorong besar mengarah ke ruang teh yang biasanya Ibu dan Neneknya sering datangi kala sore untuk berpamitan, langkahnya mantap membuat suara bergema di dinding batu dingin di rumah besar keluarga Herdhardt yang megah.

Saat ia semakin mendekati ruang teh, Matthias mendengar suara percakapan yang sayup-sayup terdengar. Ia mengenali suara neneknya berbicara penuh wibawa, dan suara ibunya yang lembut. Namun, ada satu suara lain yang menarik perhatiannya—suara seorang gadis yang Matthias kenal. Layla Llywellyn.

"Saya mohon maaf Nyonya Norma, saudara saya tidak bisa menemani anda untuk merangkai bunga lagi, dikarenakan saudara saya sedang dalam perjalanan kembali menuju Kerajaan Frizton dan baru tiba esok hari. Ada urusan yang perlu diselesaikan." kata Layla dengan sopan.

Nyonya Norma menjawab dengan nada penuh perhatian, "Sayang sekali, padahal saya senang ada yang menemani merangkai bunga, ngomong-ngomong apakah Nona Cornelian akan kembali lagi setelah urusannya selesai?"

Layla tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Saya kurang tahu apakah saudara saya akan kembali lagi atau tidak Nyonya, mengingat di Kerajaan Frizton, saudara saya memiliki urusan yang sangat penting."

Suara si gadis berambut pirang ikal keemasan itu terdengar jelas di telinga Matthias, membuatnya menghentikan langkah di ujung lorong tertegun mendengar berita tersebut.

Cleairenya pergi, tanpa memberi tahu?

Astaga gadis itu..

Matthias menghela napasnya pelan, merasa kekasihnya ini selalu membuat gebrakan baru yang tentunya mengejutkan Sang Duke. Kurvanya terbit menjadi kekehan kecil menyadari sesuatu terkait kenapa Cleaire pergi tanpa pamit. Tentunya terkait pelelangan hotel yang pria itu tahu dari surat yang dibukanya tempo hari tanpa izin, Cleaire sepertinya memilih untuk kembali ke negara asalnya untuk mengurus itu.

Adapun alasan lainnya mungkin dikarenakan apa yang dilakukan Matthias di Annex beberapa hari yang lalu, sehingga membuat pujaan hatinya kabur. Jika memang demikian, Matthias merasa perlu untuk menangkap 'kucing' yang kabur itu kembali. Gadis ini memang selalu berhasil membuatnya gemas, seakan tindakannya ini seperti menantangnya untuk bermain kejar-kejaran. Dan tentu saja Matthias akan dengan senang hati menerima tantangan itu.

Lagi pula menangkap seekor kucing liar oleh pemburu handal sepertinya cukup mudah bukan?

Seharusnya Cleaire memberitahunya, supaya Matthias bisa menemaninya memberikan perjalanan yang nyaman digerbong kereta elit miliknya, tiga hari di dalam kereta pastilah membosankan Matthias bisa menghiburnya. Namun tampaknya gadisnya ini lebih suka berpergian sendiri, dan membuatnya khawatir serta gemas disaat bersamaan.

Sementara disisi lain, Hesse menatap Matthias bingung mengapa langkah tuan mudanya terhenti dan malah tersenyum-senyum sendiri. Alisnya semakin mengkerut kala pikiran konyol muncul di otaknya.

Apakah dia kerasukan? Tapi mana mungkin Sang Duke kerasukan, hantu saja takut dengannya apalagi Hesse sendiri.

Namun, pria tua berkacamata itu segera memahami situasinya ketika Matthias memberikan perintah tegas, "Hesse." kata Matthias dengan suara tegas.

"Ya Tuan Muda?"

"Hubungi salah satu informan kita di Arvis dan kirim ke kerajaan Frizton. Pastikan mereka mengawasi Nona Cornelian selama di sana dan laporkan segala hal yang mencurigakan serta pastikan dia aman. Selain itu, siapkan gerbong kereta Herdhardt dan kosongkan semua jadwal pertemuan maupun rapat minggu depan. Saya akan menyusulnya ke Frizton setelah urusan di ibu kota selesai."

Hesse mengangguk dengan serius, "Baik Tuan muda, saya akan segera mengatur semuanya." Matthias mengangguk lalu melanjutkan langkahnya masuk ke ruang teh untuk berpamitan dengan nenek dan ibunya.

Ketika ia masuk ke ruang teh, Nyonya Elysse dan Nyonya Norma menoleh dan menyambutnya dengan senyum ramah. Sementara itu, Layla yang tengah membawa vas ditangannya izin mengundurkan diri untuk melanjutkan pekerjaannya ditempat lain.

"Selamat sore Matthias." sapa kedua Nyonya besar Herdhardt itu dengan lembut.

"Selamat sore Ibu, Nenek." jawab Matthias sambil mengambil tempat duduk di dekat mereka, "Aku hanya ingin berpamitan sebelum berangkat ke ibu kota. Ada rapat darurat mengenai situasi di perbatasan."

Kedua wanita itu saling berpandangan dengan wajah terkejut, "Situasi di perbatasan? Apakah ada masalah?" tanya Nyonya Elysse khawatir.

"Iya ibu." jawab Matthias dengan nada serius, "Kerajaan Lovita telah mengirim pasukan ke perbatasan kita dan menyerang warga sipil. Kami perlu mengambil tindakan segera untuk memastikan keamanan kerajaan."

Nyonya Norma mengangguk dengan bijaksana, "Berhati-hatilah Matthias, semoga semua berjalan lancar."

"Terima kasih, Nenek, Ibu." kata Matthias dengan nada lembut, "Aku juga ingin memberitahukan bahwa setelah rapat selesai aku akan pergi ke kerajaan lain untuk mengunjungi salah satu keluarga bisnis yang aku bicarakan tempo hari untuk mengajukan proposal lamaran"

Nyonya Norma tersenyum sumringah mendengar kabar tersebut, "Itu kabar baik Matthias. Ngomong-ngomong siapa keluarga bisnis yang beruntung akan kamu datangi?"

"Keluarga Spencer di kerajaan Frizton Nenek."

Kedua wanita itu saling berpandangan dengan sedikit keheranan, "Keluarga Spencer? Aku tidak begitu familiar dengan mereka," kata Nyonya Elysse.

"Keluarga Spencer adalah salah satu keluarga terpandang di Frizton. Mereka memiliki jaringan bisnis yang luas dan reputasi yang baik. Aku telah mengenal salah satu anggota keluarganya dengan baik dan berniat mengajukan proposal lamaran padanya." jelas Matthias.

Nenek Matthias mengangguk, "Baiklah aku serahkan semua urusan itu padamu, semoga kunjunganmu membuahkan hasil."

Ibunya menambahkan dengan senyum kecil, "Pastikan semuanya berjalan lancar dan hati-hati di perjalanan."

"Tentu Ibu. Aku akan memastikan semuanya aman dan teratur," jawab Matthias dengan lembut.

Setelah berpamitan, Matthias kembali melangkah keluar dari ruang teh, para pelayan menunduk hormat saat ia lewat memberikan ruang bagi Matthias untuk melangkah keluar dengan tenang. Dengan langkah mantap, Matthias bergegas menuju ibu kota untuk menghadiri rapat darurat sebelum akhirnya menyusul Gadisnya ke Frizton.
______________________________________

Update!

Btw aku mau up chapter ini kemarin malem cuman aku rombak ulang lagi soalnya ngak nyambung sama chapter selanjutnya yang bakal aku up nanti :')

Jangan lupa Vote dan Comment!

See ya!

Duke's GripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang