➳༻❀✿❀༺➳
Satu hal yang akhirnya mampu Haruka pelajari, bahwasanya setiap insan tercipta demi menghiasi buana fana ini pasti memiliki satu rahasia atau bait aksara guna mengikat perasaan disimpan secara tersembunyi. Bukan karena mereka enggan menyampaikan isi hati atau takut diabaikan, melainkan secercah percaya pun telah hirap terganti kecewa sehingga sulit untuk sekadar mencurahkan.
Memilih untuk tetap memendam sendirian. Memakai topeng sejuta wajah penuh senyuman. Memanipulasi setiap pasang mata menuntut tanya. Menunjukkan jika diri baik-baik saja meski disertai bualan tentunya.
Semula, Haruka kerap berpikir mengapa hanya dirinya sendiri yang terlahir candala tanpa memiliki sedikit pun asa. Selalu di caci maki sebab reputasi terlampau sering dipandang sebelah mata, mungkin pula Tuhan sangat menyesal telah menciptakan umat sepertinya. Arkian eksistensi kini tidak seburuk masa lampau dan masyarakat bisa merangkul tanpa diminta, ia masih berasumsi buruk bilamana kota Makochi suatu hari akan membuangnya juga.
Tidak mau menerima lagi. Tidak membutuhkan dirinya lagi.
Namun, tatkala sang bidadari yang sejak awal berjumpa dianggap sempurna oleh Haruka memilih untuk membuka kotak pandora miliknya, pandangan kelabu pun tercerahkan dan berhasil membuatnya tak lagi buta akan segala fakta. Tidak ada satu pun manusia selalu hidup dipenuhi bahagia, meski hanya setitik mereka pasti menyimpan kepedihan bahkan sebuah luka. Begitu pula gadis pujaan setia menebar afirmasi, siapa bisa menyangka bahwa di balik paras terlukis keceriaan itu justru menyimpan banyak sekali lara hati sulit terobati?
Katakanlah, [Fullname] terlalu piawai dalam bermain peran ketika di atas panggung kehidupan. Lengkungan kurva menawan itu terlihat sungguh meyakinkan, tak mungkin satu orang pun menyadari jika semua dilakukan demi menutupi segelas air mata kesedihan. Binar dipenuhi sejuta harsa tanpa untaian kesakitan, tidak pernah sedetik pun menyiratkan kidung lirih yang membuat gamang berkepanjangan. Dan seluruh sandiwara ini didukung begitu apik oleh Suo Hayato selaku kakak tercinta, kerap melakon sebagai tameng terdepan juga benteng menjaganya.
Saudara berbeda ibu. Namun mereka memiliki usia hanya terpaut beberapa bulan berlalu. [Name] yang mau tak mau harus memberi jarak agar tidak terkena amukan sosok pria dewasa sepantasnya dipanggil 'Ayah' hanya disebabkan kehadiran kakak lelaki itu ternyata tak pernah diinginkan, pun Hayato yang selalu suka rela melindungi bila pukulan melayang itu mendarat di pipi adik perempuan susah payah ia jaga tanpa batasan. Korban keegoisan orang tua juga kekerasan rumah tangga, mengapa Haruka baru menyadari ini semua?
[Name] dan Hayato, mereka hanya tertawa demi menutupi goresan nestapa.
"Sepertinya, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu, Sakura-kun. Sering membawa belanjaan, sepedaku diperbaiki sampai selesai tanpa kesalahan, dan sekarang ... kau juga mau mendengarkan."
Netra berkilau itu menatap sendu pada indahnya gemintang di langit malam, membiarkan embusan angin menyapa mereka berdua kini duduk berdampingan di pelataran. Sebenarnya [Name] juga ingin berkata gamblang pada Haruka perihal merepotkannya mendengar tentang cerita hidup terlampau pilu, namun sepertinya sang taruna sudah lebih dulu enggan membahas sebab gerak tubuh terlihat memberi isyarat ia tidak keberatan dengan hal itu.
"Sudah menjadi tanggung jawabku," tuturnya. Haruka perlahan melirik sang gadis menggunakan ujung mata. "Karena, sepeda ini pun rusak disebabkan kau datang menyelamatkanku."
"Bukankah memang harus seperti itu? Lagi pula, membantu orang lain selalu membuatku merasa lebih bahagia, jadi bukan sepenuhnya salahmu."
"Kalau begitu, berhenti mengatakan jika kau merepotkanku." Iris heterochromia melirik ke sembarang arah, sang taruna lantas memalingkan wajah yang dihiasi semburat merah. "Hanya membawa belanjaan dan memperbaiki sepeda saja, i-itu jelas bukan apa-apa."
"Kau memang sangat baik, Sakura-kun. Terima kasih."
Haruka refleks menahan napas, kedua tangan sudah terkepal kuat bersamaan dengan durja kian memanas. Melihat segaris senyum manis yang akhirnya kembali mengembang, pastilah akan semalaman terus terbayang.
"S-serahkan padaku jika kau membutuhkan sesuatu."
"Umm, itu semakin terdengar merepot---"
"Aku senang direpotkan olehmu."
Tidak berdusta, kenyataannya Haruka memang merasa jika berada di sisi [Name] selalu membuat hidup lebih indah dari sebelumnya. Ia banyak sekali mendapat kehangatan menjalar memenuhi lakuna dalam dada, bahkan semakin bersemangat meraih puncak sebab sang bidadari setia mendukungnya tak kenal jeda.
Seandainya bisa, kerlipan bintang di angkasa akan Haruka rangkai menjadi nama mereka berdua agar semesta mengetahui sebesar apa rasa menggelora. Sampai kini ia mengetahui realitas pun sanubari seolah berbisik ingin selalu terjaga untuk melindunginya, dan setelah berkata terbuka namun tak mendapat respon jelas membuatnya gelagapan lantas seketika melirik; ternyata gadis impian sudah lebih dulu menatapnya begitu lekat di sana hingga jantung nyaris melompat keluar karena pandangan bersatu di dalam lingkaran romantika.
"Aku juga senang karena Sakura-kun yang selalu ada untukku," ucapnya pelan. Netra berkilau sang bidadari terlihat lebih bercahaya, dan Haruka tidak bisa jika tidak terbuai olehnya. "Jadi, aku pun berharap, semoga kau adalah sosok yang akan selalu berada di sampingku."
Entahlah. Tetapi rasanya ... Haruka ingin menghentikan waktu meski hanya sesaat saja. Membiarkan lebih lama bagi iris keduanya saling bertemu, kemudian menikmati keindahan di setiap inci paras memesona sang bidadari tak kenal jemu. Memperhatikan bagaimana netra itu berbinar lebih indah dari sahmura, helaian rambut lembutnya terayun mengagumkan terkena embusan lembut anila. Kedua pipi terukir begitu menggemaskan, bahkan labium ranum yang kerap menunjukkan senyum membawa sejuta kedamaian.
Salahkah bila Haruka semakin menginginkannya?
"Tanpa perlu susah payah berharap---"
Tak peduli sepanas apa rona menjalar menghiasi durja. Tak peduli bilamana rembulan akan menertawakannya yang terlampau amatir dalam menguntai kisah cinta. Sebelah tangannya sudah terulur begitu saja, perlahan bergerak lembut menyapu jemari sang idaman kemudian menautkannya erat bersamaan degup jantung menjadi irama pelengkap di antara keduanya.
"---aku akan senang hati melakukan itu. Untukmu."
➳༻❀✿❀༺➳
KAMU SEDANG MEMBACA
AFEKSI : Sakura Haruka
Fanfiction【 AFEKSI 】━━ ❝Sebab hati telah terbuka, mana mungkin ia abai begitu saja.❞ © WIND BREAKER, SATORU NII © COVER FANART BY ME! © DACHAAAN, 2024