➤┇03. sang bidadari.

327 85 17
                                    

➳༻❀✿❀༺➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳༻❀✿❀༺➳

Tatkala suratan takdir tanpa aba-aba datang menghampiri, sang taruna pun berhasil dibuat gelagapan apalagi sosok bidadari kini terasa nyata berada di ruang lingkup terlampau dekat nyaris tak memiliki sekat berarti.

Helaian rambutnya yang terikat asal itu ternyata tetap berkilau sangat mengagumkan saat terkena sinar mentari pagi, suara lembutnya bahkan terus mengalun merdu menyapa rungu seolah memanjakan diri. Obrolan ringan dijadikan sebagai pilihan agar tidak merasa canggung ketika berjalan bersama perlahan membawa keduanya mulai saling mengenal lebih dalam lagi, apa semesta mengizinkan sebuah benang merah terbentang di antara mereka semisal Haruka merasa terbuai akan nirmala kini menjerat seluruh atensi?

[Fullname] adalah manifestasi kesempurnaan yang diciptakan Tuhan saat tersenyum. Karena larik hingga untaian mewujudkannya begitu menakjubkan tanpa kekurangan formula satu pun.

Terasa berbanding terbalik dengan Haruka si lokawigna kerap dibenci semua orang sekitarnya, sejak memutuskan melangkah berdua dilengkapi banyak kantong belanjaan saja nyatanya tidak ada warga kota yang acuh dan selalu melambaikan tangan padanya seolah bertegur sapa mampu membawa sejuta keberuntungan hingga akhir masa. Memanggil namanya. Menebar senyum juga memujinya. Tak jarang ada pula para lansia berterima kasih karena daftar belanjaan selalu diantar tepat waktu olehnya, [Name] jelas menjadi idaman semua usia sebab dirinya terlampau indah berselimut baswara.

Lantas, apakah dewi nirwana pujaan setiap umat diperbolehkan bersanding dengan orang rendahan sepertinya?

"Sakura-kun, maaf jadi merepotkanmu begini. Kantong-kantong berisi sayuran itu pasti berat, kan?"

"Tidak. A-aku tidak keberatan."

"Kau sangat kuat, ya! Meski begitu, seharusnya bisa beristirahat dibandingkan membantuku. Jadi, bagaimana dengan lukanya? Apa sekarang sudah baik-baik saja?"

"Umm, iya. Itu juga 'kan ... berkatmu."

"Tetapi, kelihatannya lebam itu jadi bertambah. Apa kau ikut dengan Hayato-kun menemui anak-anak Shishitoren kemarin?"

"B-begitulah."

"Dia memang tidak berubah."

Iris heterochromia pun refleks melirik untuk mencuri pandang ketika lagi-lagi dipenuhi tanya, apa sebenarnya hubungan mereka?

Walau dilihat dari mana pun Hayato mungkin lebih baik darinya, namun entah mengapa ... ia tidak suka nama itu ada untuk mengisi setiap celah pembicaraan bersama sosok anindita berjalan di sampingnya.

Kendatipun setiap bait aksara menuliskan tentang pertemuan pertama antara Sakura Haruka dan [Fullname] itu tidak ada sedikit saja rasa manis-manisnya. Akan tetapi, bolehkah ia merajut kisah selanjutnya dengan baik juga berusaha menjadi sosok pelengkap dalam gantungan asa?

Memang, berbeda jauh sekali dengan kisah manga romansa biasa dinikmati wanodya di mana peran utama pria akan digambarkan tak sengaja bertabrakan hingga menjatuhkan buku si peran utama wanita, atau dekat karena insiden salah kirim pesan kemudian naik ke tahap selanjutnya. Saling tatap seolah bersatu dalam asmaraloka hingga kedua pipi dipenuhi rona, mendengarkan alunan musik di bawah pohon rindang lalu saling bersandar seakan buana hanya milik mereka berdua.

Sayangnya, dalam kisah Haruka sama sekali tidak ada itu semua.

Sebab, awal mula sang taruna bisa melihat sosok bidadari justru ketika cakrawala melukis redum nyaris menumpahkan presipitasi menambah keruh suasana, semakin mendukung kondisi dirinya sedang menjadi sasaran empuk warga perbatasan kota tatkala ditunjuk sebagai pelaku pencurian sampai langsung dikeroyok tanpa jeda. Dicaci maki bahkan dilayangkan pukulan juga tendangan, saat itu penampilannya pun terlihat super mengenaskan hanya karena ia enggan membalas dan memilih menerima sejuta amukan.

Surai dwiwarnanya sangat berantakan, kelopak mata membercak rudira terkesan mengerikan. Kedua pipi dipenuhi lebam tak bisa disembunyikan. Pakaian kusut pun menyisakan banyak bekas injakan. Mirip anak buangan. Menyedihkan.

Tetapi, dirinya yang tiba-tiba muncul bak pelita di antara temaram pun berhasil menghentikan segala diperdom menenggelamkan raga nyaris tak bisa menemukan pijakan meski fana. Membelanya. Tidak segan merengkuh menggunakan kedua tangan tatkala menyadarkan kembali pandangan semula buram dan hanya mampu menangkap ricuh juga hinaan terus memenuhi indra pendengarannya.

Tidak peduli jika ia sendiri akan diperlakukan serupa, menjadi buah bibir mereka yang menganggapnya gila hanya karena melindungi personifikasi kutukan sepanjang masa. Haruka bahkan bisa mengingat seluruh kantong belanjaan yang seharusnya dikirim untuk pelanggan ikut hancur tak bersisa, begitu pula sepeda sebagai media pengantar sukses melengkapi objek perisakan begitu saja.

[Name] yang berjalan kesulitan membawa banyak belanjaan hari ini artinya disebabkan oleh Haruka juga.

Kala itu, sosoknya begitu mengagumkan dilengkapi binar dari iris yang saling bersirobok sangat indah seperti berlian. Memicu candu memenuhi perasaan. Membangkitkan satu getaran belum pernah ia kenal sebelumnya karena larut dalam kesendirian. Dan saat ini, setiap lengkungan kurva menghiasi labium ranum miliknya semakin menambah kecantikan yang terpatri. Jika diperbolehkan, Haruka ingin bisa selalu menikmati enggan menyudahi.

Segala hal tentang [Fullname] sejak pertama berjumpa sukses membuatnya kesulitan tidur di setiap malam, eksistensi kirana seakan mengisi lakuna sampai ligar tanpa jeda terus memenuhi pikiran.

"Akhirnya, kita sampai! Selamat datang di toko milik keluargaku, Sakura-kun! Ayo masuk dulu, kau pasti lelah, kan?"

"T-tidak perlu," ucapnya nyaris berbisik, "aku akan ... langsung ke sekolah saja."

"Ah, tunggu!"

[Name] segera melangkah masuk setelah menyimpan beberapa kantong dalam genggamannya semula, ia terlihat mengambil banyak sekali bungkusan kudapan di etalase toko dengan hiasan pita merah dan memasukkannya ke paperbag secara tersusun sempurna. Diikuti kedua mata sang taruna yang tidak berkedip saat memperhatikan setiap geraknya, gadis itu kemudian mengambil satu bungkusan kudapan berbeda dengan hiasan pita biru dan dikemas menggunakan paperbag berbeda pula.

"Untukmu, sebagai ucapan terima kasih dariku," tuturnya, "lalu, bolehkah aku menitip yang ini juga? Untuk Hayato-kun."

Enggan berspekulasi lebih jauh atas hal diterima, kaki jenjang pun langsung melangkah pergi setelahnya.

Meski sejujurnya kini Haruka dibuat terjebak dalam labirin bahwa memiliki [Name] merupakan sebuah lengkara, masih pantaskah ia melayarkan pilau untuk menjemput sang pemilik singgasana istimewa?

➳༻❀✿❀༺➳

➳༻❀✿❀༺➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AFEKSI : Sakura HarukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang