➤┇04. deklarasi jatuh hati.

304 65 23
                                    

➳༻❀✿❀༺➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳༻❀✿❀༺➳

Dersik seakan menjadi pelengkap suasana sunyi malam kali ini, iris heterochromia lekat menatap langit-langit kamar tak sekali pun berkedip sedari tadi. Pikiran mengawang kembali pada sosok pelipur lara yang membiaskan cahaya lebih indah dari rembulan, meski sesaat berada di dekatnya tetapi jujur saja hal itu sukses membuat sang taruna kesulitan untuk sekadar terpejam.

Dentuman dalam dada masih saja berpacu lebih cepat tatkala mengingatnya. Aliran darah terasa bergejolak sampai wajah bahkan telinga menimbulkan rona. Semakin merekatkan buhul disertai rahsa bergelora. Salahkah apabila Haruka berharap bisa bertemu lagi di dalam mimpi untuk melihat setiap kesempurnaan yang tercipta?

Binar dari kedua matanya seolah membawa ia tenggelam dalam lautan romansa, lengkungan kurva menawan terkesan kuat membelenggu diri terjebak pada lingkaran dipenuhi dama. Presensi terlampau dekat memicu ledakan besar seperti supernova, berdiri tanpa sekat bersama dengan [Name] nyatanya mampu menghancurkan pertahanan kokoh susah payah dibangun Haruka sampai tidak bersisa.

Akan tetapi, seluruh isi kepala semula dipenuhi keindahan mendadak berubah halai-balai ketika terbesit bagaimana sosok lain kerap menjadi tembok tertinggi. Jika begini, mana mungkin ia tetap memperjuangkan sebuah hati semisal sudah ada yang lebih dulu memiliki?

"Kenapa aku terus kepikiran apa sebenarnya hubungan mereka?"

Haruka lantas terduduk diikuti kedua tangan mengacak rambutnya, ada rasa kesal melingkupi ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri jika Hayato yang biasanya hanya meminum secangkir teh justru mudah menerima kudapan dari [Name] bahkan langsung memakannya. Terlebih, teman-teman lain pun berkata bahwa rekan seperjuangannya itu adalah lelaki paling beruntung karena selalu menjadi orang pertama yang menikmati hidangan hasil tangan sang dara, bukankah artinya mereka memang sangat dekat dan semua jelas mengetahuinya?

Kecuali Haruka. Sial.

"Masa bodoh jika benar mereka sepasang kekasih!" Tubuh tegap segera bangkit kemudian mengambil jaket semula tergantung apik, memakainya dan berniat mencari angin segar di luaran sana demi mengusir galau kerap mengusik. "Tetapi ... rasanya aku sangat kesal. Apa-apaan?!"

Blam!

Bersamaan dengan pintu yang ditutup kasar, bibir itu mengerucut sesekali bergumam seolah melampiaskan seluruh emosi kian terbakar. Memilih untuk memulihkan percikan membara menyelimuti sanubari sembari menikmati suasana malam kota ini ternyata tidak buruk juga, toh, masih banyak warga memenuhi jalanan bahkan kedai makanan setia menyambut siapa saja membutuhkan pelayanannya.

Gemerlap lampu terkesan menerangi setiap langkah menjadi kepastian, aroma menggiurkan pun mulai memancing perut keroncongan diikuti pandangan refleks melirik kanan dan kiri guna mencari apa yang cocok untuk dinikmati sendirian. Mengasup diri dengan banyak hidangan sederhana sepertinya bisa menjadi pengalihan dibanding hanya berjalan tanpa tujuan, takoyaki di kedai depan sana terlihat cukup menggoda meski harus menunggu beberapa antrean.

AFEKSI : Sakura HarukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang