➤┇05. larik aksara senja.

337 75 27
                                    

➳༻❀✿❀༺➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳༻❀✿❀༺➳

"Menjadi ketua kelas? Hebatnya!"

Atensi sosok dahayu sepenuhnya berpusat pada sang taruna, sedangkan yang ditatap sudah melipat labium ke dalam berusaha mengatur air wajah karena lagi-lagi degup jantung terdengar menggila sampai telinga. Entah hal apa bisa membuat kaki jenjang mengambil langkah sendiri lalu terhenti di tempat berpijaknya kini, dibandingkan rumah Haruka justru pergi ke toko milik keluarga [Name] setelah pulang sekolah padahal ia tidak berniat membeli apa pun di sini.

Bisa saja semuanya terjadi karena seluruh isi kepala setiap sekon berlalu hanyalah dipenuhi oleh paras rupawan gadis idaman, dan itu membuatnya tak sadar akan mengantarkan diri tandang tanpa sedikit pun persiapan. Terlebih, toko ini seharusnya mampu menurunkan suhu dari ujung rambut sampai kaki sebab dilengkapi pendingin dinyalakan cukup tinggi, namun kenyataan justru membuat Haruka kepanasan sampai wajahnya memerah tidak disadari.

Iris heterochromia berusaha sekuat tenaga mengalihkan arah pandangan, tetapi tetap saja kembali pada satu keindahan tersaji di hadapan. Bagaimana mungkin Haruka bisa berpaling dari sosok bidadari setia menatapnya dengan penuh afsun juga segaris senyum menawan, jika diizinkan pun ia ingin terus menikmati pahatan sempurna dari tangan sang Pencipta tanpa adanya gangguan.

[Name] terlalu indah untuk sekadar dilewatkan. Haruka tak bisa sedetik pun mengabaikan.

"B-biasa saja."

"Itu sebuah pencapaian!" [Name] menatap Haruka semakin lekat. "Harus kita rayakan!"

Gadis itu segera menepuk kedua tangannya sesaat pada apron hijau yang digunakan, kemudian melangkah menuju etalase dan mengambil beberapa bungkus kudapan juga minuman. Lantas kembali menghampiri sang taruna kini terlihat mengusap tengkuknya salah tingkah, disebabkan setiap langkah dilakukan [Name] ketika semakin mengikis jarak rasanya sudah seperti Matahari kian mendekat pada Bumi seolah siap meleburkannya di sana.

"Sementara, anggap saja ini hadiah untuk jabatan ketua kelas baru. Jika kau ingin mengambil yang lain juga tidak masalah, semuanya gratis!" ucap [Name] mengacungkan ibu jari.

Lalu, bagaimana jika yang kuingin adalah mengambil hatimu?

"I-ini sudah cukup." Haruka melirik sesaat. Ia berdeham singkat. "Lagi pula, kau terlihat masih sibuk."

"Hanya mengantar pesanan ke rumah Nenek Sato. Setelah itu pekerjaanku selesai. Jadi, ayo rayakan dengan makan es krim!"

"Kalau begitu ... mau kubantu?"

"Tentu saja mau!"

Sudut bibir berkedut pelan, susah payah Haruka menahan senyum juga menahan durja dari rona yang kini sudah menjalar sampai telinga bahkan leher tanpa peringatan. Jawaban [Name] memang terdengar sangat sederhana sekali, namun semua itu nyaris membuatnya melompat kegirangan disertai teriakkan antusias semisal tidak ditahan setengah mati.

AFEKSI : Sakura HarukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang