➳༻❀✿❀༺➳
Sejatinya, Haruka tidak bisa mengerti apa-apa selain baku hantam juga memberi bogem mentah pada siapa saja berani mengusiknya. Terlampau sering dirundung sebelah pihak membuatnya sulit percaya bahwa masih tersedia secercah nuraga, terjebak dalam gulita dijejali malapetaka memicu diri enggan meyakini segala hal berada di sekitarnya.
Sang taruna terdistorsi oleh para insan titisan penghuni neraka, menjeratnya bersama melankolia, hingga diri terbuai arus sarayu nan lara.
Kendatipun gelabah menguasai jiwa raga ia tetap berusaha menutupi agar tidak ada satu pun bisa menyadari, Haruka jelas tak ingin dipandang lemah hanya karena ucapan bahkan jari telunjuk ditujukan padanya dipenuhi kalimat menyayat nurani. Maka membangun dinding pertahanan setinggi mungkin adalah cara yang dilakoni, mengandalkan tenaga hingga kekerasan baginya jalan terbaik demi menyelamatkan kewarasan dari caci maki.
Semua orang yang menatap selalu dianggapnya mengajak berkelahi. Semua orang yang menyapa kerap dipikirnya mengirim sinyal ingin mati.
Muak akan selaksa peristiwa menggores relung dada, Haruka sampai kesulitan memahami bagaimana remaja seharusnya mampu memiliki banyak teman guna berbagi canda juga tertawa bahagia. Dilabeli sebagai sosok candala sejak lama menjadikannya terbelenggu gamang tak kenal jeda, berusaha sadrah atas ribuan persepsi pun sesungguhnya hati bagian terdalam masih inginkan filantropi walau setitik saja.
Tetapi, setelah berpijak pada kota menjadi tempat tinggalnya kini ia seolah dirotasi. Seluruh harsa tak lagi menjadi angan, sebab mereka begitu mudah menerima serta memberi rangkulan. Bahkan bukan hanya orang-orang berada di sekolah atau warga mengenalinya saja, melainkan ... sosok bidadari itu pun sejak awal jumpa sudah sangat peduli padanya.
Berdiri tanpa rasa takut tatkala membelanya yang terinjak begitu nista. Berani mengulurkan tangan meski ia bisa melihat penampilan terlampau berantakan setelah dirisak karena dianggap sebagai gorilya. Sang anindya datang seperti pahlawan dipenuhi binar keajaiban, bila Haruka mulai membuka sedikit celah pengharapan akankah semua tetap baik-baik saja dan tidak menemukan ketaksaan?
Ada getaran lain seolah menghangatkan kekosongan diri, menjalar perlahan dan mulai menyentuh sanubari belum disadari. Namun satu hal yang pasti, Haruka jadi terus kepikiran tanpa henti.
"Sakura-san, wajahmu terlihat mengerikan!"
"Kutebak, kau pasti kesulitan tidur semalam?"
Labium setia terkatup rapat pun mengerang pelan, kedua tangan masuk ke dalam saku ketika mendengar sebuah pertanyaan. Paras dilengkapi kantong mata berlipat refleks ditekuk karena ragu menanggapi, tak mungkin Haruka menjawab jujur jika ia benar kesulitan melanjutkan tidur setelah bayangan sang pemilik nayanika tiba-tiba hadir menghiasi mimpi.
Lagi pula, seburuk apa air wajahnya saat ini?
Kenapa dua orang yang setia berjalan di sisi kanan dan kirinya sampai mengomentari?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFEKSI : Sakura Haruka
Fanfiction【 AFEKSI 】━━ ❝Sebab hati telah terbuka, mana mungkin ia abai begitu saja.❞ © WIND BREAKER, SATORU NII © COVER FANART BY ME! © DACHAAAN, 2024