Sikap dingin

798 108 12
                                    

FREEN POV

Hari-hari terasa hampa tanpa Becky. Biasanya, tawa cerianya menggema di lorong kampus, menyapa pagi dengan canda yang menggelitik. Tapi kini, hanya sunyi yang menyapa. Kursi belakang di kelas, yang dulunya selalu diramaikan oleh kecerobohan Becky, kini kosong.

Aku teringat pemotretan itu. Saat itu, matanya berubah. Tatapannya dingin, seperti es yang mencair perlahan, meninggalkan jejak dingin di hatiku.

Keadaan ini bagaikan duri yang menusuk hatiku. Becky, yang selalu penuh energi, kini berubah menjadi bayangan dirinya sendiri. Apakah aku telah melakukan kesalahan? Apakah aku telah menyakiti hatinya tanpa sadar?

Rasa penasaran dan kekhawatiran menggerogoti pikiranku. Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Becky, apa yang membuat dirinya berubah drastis. Namun, dia seperti dinding yang kokoh, menutup diri dariku.

Aku hanya bisa berharap, suatu saat nanti, Becky akan kembali membuka hatinya dan menceritakan apa yang sedang dia rasakan.

Saat ini kami semua sedang duduk di kantin. Becky sibuk bermain game online, dia bahkan tidak memesan apapun. Lalu aku memberanikan diri untuk mengajak dia bicara lebih dulu.

"Beck, mau makan? Aku akan pesan untuk mu. Atau kau ingin minum saja?" Tawar ku.

Dia melihat ku sejenak dengan tatapan yang begitu berbeda. Lalu dia fokus lagi pada ponsel di tangannya.

"Tidak usah, aku sedang tidak lapar." Jawabnya tanpa melihat ke arah ku.

"Tapi kau tidak makan apapun sejak kita duduk di sini. Bagaimana mungkin tidak lapar?"

"Zoyy, tolong ambilkan aku air mineral saja." Perintahnya pada teman kami.

"Oke, akan ku ambil untuk mu."

Anehnya hatiku terasa sakit saat dia menolak tawaran ku tapi malah menyuruh Zoyy mengambil air mineral untuknya.

"Oh iya, teman-teman. Hari ini Flo akan pulang ke Phuket. Jadi dia ingin bertemu dengan kalian sekali lagi sebelum pulang. Dia juga punya hadiah untuk kalian." Kataku pada semuanya.

"Benarkah? Flo punya hadiah untuk kami? Dia sangat baik. Hmm tapi seharusnya dia tidak pulang secepat ini." Kata Vrey.

Aku tertawa kecil mendengar perkataan Vrey.

"Dia harus sekolah lagi, tahun depan mungkin kita akan bertemu juga dengannya di kampus ini karena dia juga akan kuliah di sini." Jawab ku.

"Tidak jadi ke Chiang Mai?" Zoyy bertanya.

"Tidak, dia sudah berubah pikiran."

****

Mobil Porsche putih itu bersinar terang di bawah terik matahari siang. Biasanya, mobil ini melaju dengan gagah, mencuri perhatian dengan warna putihnya yang mencolok dan suara mesin yang menggelegar. Tapi siang ini, mobil itu melaju dengan tenang, seperti hantu putih yang menjelajahi jalanan kota yang ramai.

Sunroof yang biasanya terbuka lebar, membiarkan Becky menikmati terpaan angin dan sinar matahari, kini tertutup rapat. Seakan menaungi kesedihan yang sedang dia rasakan, mobil itu terbungkus dalam kesunyian yang hening.

Becky yang biasanya penuh tawa dan canda, kini terdiam. Wajahnya yang biasanya ceria terlihat lesu dan pucat. Matanya yang biasanya berbinar-binar kini redup, seperti kehilangan cahaya. Tangannya yang biasanya lincah, kini menggenggam erat setir, seolah berusaha menahan beban berat yang tak terlihat.

Mobil itu melewati jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya. Tapi Becky tidak melihatnya. Matanya kosong, pikirannya melayang entah ke mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OLD LOVE OR NEW LOVE? BECKFREEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang