friendzone 02

242 21 0
                                    

Hari pertama bekerja di perusahaan Jung dijalani dengan baik. Tidak ada kendala sama sekali. Rupanya, meski masih sangat awam dalam dunia pekerjaan, namun kedua anak remaja itu cukup mudah menangkap semua arahan dari pembimbing. Mereka mampu berkerja dengan sangat baik.

Sekarang, keduanya sedang menyantap makan siang di Kantin Perusahaan. Dengan duduk saling berhadapan di kursi yang tersedia.

"Jaemin, Bos kita kemana ya? Kok Aku gak ada liat dia." tanya Renjun mendadak disela makan siangnya.

"Ya mana gue tau, Ren. Mungkin belum dateng kali."

"Ah masa sih, males banget dong ya, kalo jam segini belum dateng ke Kantor."

"Ya suka-suka dia lah, lagian ini kantor kan punya dia, jadi ngapain juga dia harus repot berangkat tepat waktu." Jaemin melanjutkan kembali makan siangnya.

Mendengar ucapan dari sahabatnya, Renjun langsung berhenti makan. Ia lalu menumpu wajahnya dengan sebelah tangan dan melamun membayangkan suatu hal.

"Andai aja aku jadi istrinya si Bos. Pasti enak ya, kerjaannya tinggal jaga rumah, urus suami, terus belanja di Mall." celetuk Renjun kemudian.

.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.

Seluruh karyawan baru disuruh berkumpul di sebuah ruangan. Presdir baru saja sampai, mereka diminta untuk memperkenalkan diri satu persatu.

Dari ratusan karyawan baru, tibalah saatnya Renjun memperkenalkan diri. Renjun gugup setengah mati, di depan sana, Renjun kebanyakan senyum-senyum sambil sesekali menjawab pertanyaan yang terlontar dari rekan kerjanya yang bertanya.

"Renjun, kamu ke ruangan Saya." Baru saja Renjun ingin kembali ke barisan, mendadak suara dari Presdir Jung terdengar.

"Baik Presdir."

Renjun mengikuti langkah atasannya yang bernama lengkap Jung Jehan itu. Hingga tibalah mereka di sebuah ruangan yang diyakini itu ruangan sang atasan.

"Jabatan kamu saya naikkan, menjadi Sekretaris saya."

Sontak Renjun langsung membelalakkan mata mendengar penuturan dari atasannya itu. Apa ini benar? Ataukah hanya mimpi? Itulah yang ada di pikiran Renjun saat ini.

"Kenapa? Kamu tidak mau?"

"Hah? M-maaf Presdir, tapi apakah Bapak tidak salah berucap?" Sesopan mungkin Renjun harus mempertanyakan alasan dari Atasannya, mengapa ia yang harus menjadi Sekretaris atasannya? padahal oranglain banyak yang lebih memumpuni.

Kedua sudut bibir Jung Jehan pun sontak terangkat, ia merasa sangat tertarik dengan sosok manusia mungil nan lugu di hadapannya.

Ya, tentu saja bukan tanpa alasan Jehan melakukan kenaikan jabatan secara tiba-tiba kepada Renjun. Sepertinya ia merasa sangat tertarik dengan Renjun dan ingin mengenal lebih jauh tentangnya.

"Saya tidak salah berucap sama sekali. Semua sudah saya pikirkan matang-matang. Dan kebetulan, posisi Sekretaris memang sedang kosong, jadi saya perlu kamu untuk mengisi kekosongan itu." Jehan terus menjelaskan alasannya, dengan sepasang mata yang tak beralih dari wajah orang dihadapannya.

"Tapi mengapa harus saya, Presdir. Kan yang lain masih banyak yang lebih berpengalaman dibanding saya.." ucap Renjun hampir melirih.

Jehan yang melihat ekspresi itu tentu saja dibuat kewalahan. Ia merasa tidak sanggup melihat keluguan manusia dihadapannya. Jangan sampai Jehan malah terobsesi dengan Renjun.

"Kamu yang cocok, Renjun. Kalau kamu tidak mau yasudah, saya cari yang lain."

"Eh Presdir! Jangan! Iya, iya! Renjun mau!" jawab Renjun dengan heboh. Ia sampai bangun dari kursi yang ia diduki.

Tidak sanggup. Jehan meloloskan tawanya melihat tingkat menggemaskan dari Renjun.

"Yasudah, kamu besok pindah ruangan, di sebelah ruangan saya."

"Baik Presdir."

.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.

Jaemin masih terdiam. Penuturan Renjun yang terus berbicara tentang kebaikan sang atasan membuat Jaemin merasa jengkel. Tidak biasanya Renjun berbicara mengenai oranglain jika mereka sedang berdua. Kali ini yang pertama, dan Jaemin begitu merasakan kesal dalam dirinya.

"Jaemin, kenapa diem aja?" tanya Renjun begitu menyadari keterdiaman sang sahabat.

Jaemin melirik. "Gue gakpapa."

Dan ini kali pertama juga bagi Renjun mendengar ucapan ketus dari Jaemin. Jaemin kenapa? Pikirnya.

"Jaemin kenapa? Apa Renjun ada buat salah sama Jaemin?" Hati Renjun begitu lembut, didiami oleh Jaemin saja, dia mulai berkaca-kaca menahan tangis.

Jaemin menghela nafas dalam, perlahan ia hembuskan. Kemudian Jaemin kembali menatap sahabatnya setelah sekian lama ia membuang muka.

"Ren, Gue gak bermaksud larang Lo. Tapi saran Gue, Lo jangan mau disuruh jadi Sekretaris Jung Jehan." ucap Jaemin dengan kedua tangannya yang berada di bahu sempit Renjun.

"Kenapa Jaemin bilang gitu?" Renjun menatap Jaemin dengan wajah polosnya.

"Dia cuman modus, Gue tau akal-akalan Dia."

Sepersekian detik, ekspresi wajah Renjun berubah menjadi kernyitan. Renjun menatap Jaemin dengan alisnya yang mengernyit.

"Maksud Jaemin apa? Jaemin nuduh Presdir Jung tukang modus?"

"Renjun, bukan gitu. Tapi coba pikir aja pake otak, mana ada seorang atasan yg rela naikin jabatan karyawan baru jadi Sekretaris, bahkan kita belum ada kerja satu minggu Ren."

"Ya mungkin aja Presdir Je emang lagi butuh banget posisi Sekretaris."

"Iya Gue tau Ren, tapi masalahnya kalo emang Dia butuh banget Sekretaris, gak mungkin Lo yg dipilih."

"Dia cuman mau modus sama Lo." sambung Jaemin.

"Jaemin! Jangan nuduh orang sembarangan. Presdir Je itu orang yg baik, dia juga orang Profesional. Mana mungkin dia mau modusin Aku."

"Renjun bisa aja, secara Lo kan-

"Jaemin, Aku kecewa sama Jaemin."

"Renjun, dengerin dulu, maksud Gue bukan begitu Renjun.."

Jaemin berusaha menjelaskan, namun Renjun memilih pergi dari Jaemin.

~~~~

Friendzone [JaemRen]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang