6

262 37 18
                                    

Ji-hoon tengah asyik bermain sepak bola dengan Jungkook di halaman luas rumahnya, bocah mungil itu terlihat bahagia ketika bersama Jungkook. Setiap hari ingin di sisi pria tegap itu, ia pun sama halnya sangat bahagia dan bersyukur karena Ji-hoon langsung dekat dengannya walau tanpa di bujuk. namun satu hal yang membuat Jungkook sedih adalah Jimin yang masih belum mau menerimanya, Jimin yang masih ketus padanya dan setiap hari jika ada kesempatan pria cantik itu tak segan untuk mengusir Jungkook dari rumahnya

Pria dengan wajah cantik itu diam-diam memantau putranya dari balik pintu, berdiri dengan kedua tangannya yang melipat di dada. Ia tersenyum tipis saat melihat betapa bahagia putranya saat bermain dengan Jungkook namun jujur, ia pun sangat begitu marah ketika melihat wajah Jungkook. Wajar bukan ? Karena Jimin adalah manusia biasa, butuh waktu untuk bisa memaafkan pria yang dulu merusak mental dan fisiknya

Lama ia tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga ia tak menyadari kedatangan putranya yang langsung saja menghamburkan badan mungilnya di antara kakinya

"Mimiiii ..." Ucapnya dengan riang dan wajah penuh keringat

Otomatis Jimin pun berjongkok dan langsung memeluk bocah mungil kesayangannya itu

"Mimi tidak ikut bermain ? Selluuu sekalii aku bermain bola dengan ahjushi"

Jimin melihat mata bulat itu berbinar penuh kebahagiaan, sungguh gemas putranya itu jika bicara nadanya selalu lucu

"Ji-ji tidak capek ?"

"No. Ji-ji kuat .... sangaaat kuat. Tapi aku haus Mimiiii" ujarnya dengan bibir mencebik

"Mau Mimi ambilkan minum ?"

"No. Ji-ji bisa ambil sendiri. Ji-ji kan sudah besaall"

"Anak pintar ..."

Sesuai ajaran Jimin, Ji-hoon di usia yang masih balita itu sudah terbiasa mandiri. Bahkan ia sudah terbiasa makan tanpa di suapi

Seusai kepergian Ji-hoon yang mengambil minum, Jungkook pun menghampiri Jimin dan yang di hampiri pun terlihat enggan untuk menatap bahkan untuk berbicara sekalipun

"Jimin ak..."

"Sampai kapan kamu disini ? Bukankah sudah ku bilang selesaikan urusanmu dan cepat pergi dari sini, aku sudah muak melihat wajahmu. Apalagi jika kau terlalu dekat dengan Ji-hoon aku sangat tidak menyukai itu. Jadi aku mohon, cepat pergi dari sini"

"Jimin ..."

"Pulanglah ... aku mohon Jungkook !!"

"Tapi ..."

"Kau tahu betapa susah payahnya aku dalam melupakan semua kenangan buruk yang kau lakukan padaku sampai-sampai aku di bawa Appa ku pindah ke Jepang ?! itu sangat menyakitkan Jungkook. Aku hampir seperti orang gila apalagi saat mendengar bahwa aku bisa hamil. Bahkan aku sering menyakiti diriku sendiri, aku bisa menggores pergelangan tanganku hingga menembus nadi tanpa rasa sakit, bahkan aku pernah meminum racun dengan perasaan bahagia .... namun lagi-lagi gagal karena ketahuan oleh Appa ku. Aku berharap aku bisa mati saat itu juga tapi Appa, hiks .... Appa selalu menguatkan ku. Kau tidak tahu betapa menderitanya aku di masalalu Jungkook dan kau disini saat ini datang mencoba untuk berdamai denganku ? KAU TAHU JUNGKOOK AKU SAKIIIT .... SAKIIT HIKS !!" 

Runtuh juga pertahanan Jimin untuk berusaha tidak menangis di hadapan Jungkook. Karena rasa kesal dan sakit hatinya di masa lalu dan kemarahan besar yang ia pendam selama ini membuat ia begitu rapuh apalagi saat ini ia di pertemukan kembali dengan orang yang menyakitinya di masa lalu

Jungkook langsung memeluk Jimin yang sedang menangis menggebu-gebu meskipun Jimin berkali-kali meronta dalam pelukannya ia tetap memeluk pria kecil itu. Ia rela dadanya sakit karena pukulan Jimin asalkan Jimin tetap dalam pelukannya, ia pun menangis dalam diam menyesalkan dirinya di masalalu yang begitu arogan dan tak berperasaan

It's Hurt  ( Short Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang