JYT 02

2 1 0
                                    

"Bumi luas sekali, tapi untung nya kita bertemu"
- 3726 mdpl
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.

Kedua nya kini berjalan beriringan menuju kelas, semua orang yang berada di kelas tampak heran dengan tingkah Aca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua nya kini berjalan beriringan menuju kelas, semua orang yang berada di kelas tampak heran dengan tingkah Aca. Sejak kapan ia mau membawa tumpukan buku itu bersama Arzel, dan juga sejak kapan gadis itu akrab dengan Arzel.

Semua murid di sana bertanya-tanya, sejak kapan?

"Yakult, gue duduk bareng lu aja boleh engga" pinta Ara dengan sedikit nada memaksa, namun Arzel tampak heran dengan situasi yang ia hadapi.

"Tapi kan, kamu duduk nya sama Bumi. Kok tiba-tiba, mau duduk sama aku?"

"Lupain aja deh, buruan dong itu suruh temen sebangku lu pindah!!" suruhnya. Dengan berat hati Arzel meminta Reyna untuk pindah duduk disebelah Bumi, dengan senang hati Reyna menerimanya. Satu kelas tampak bingung dengan kelakuan Aca yang tiba-tiba berubah 180 derajat dari sebelumnya, bahkan ia meminta bertukar posisi duduk.

Shafa,Nana dan Mita juga ikut serta bingung, ada apa dengan Aca?

"Mulai sekarang gue harus jauh-jauh sama orang-orang engga waras seperti Icha dan Bumi itu, pokoknya gue harus menjauh sebisa mungkin. Amit-amit berurusan sama mereka" batin Ara dengan melirik Bumi yang kini menatap nya lebih dahulu, ia juga sempat melirik ke arah Icha yang tampak bingung itu.

Ara menatap Bumi sinis, sebelum akhirnya Ara memutuskan tatapan itu dan memilih untuk menatap wajah Arzel yang asik melihat guru didepan.

"Jelek" ucap Ara pelan, membuat Arzel menoleh ke arah dirinya, tatapan mereka bertemu. "Kamu ngomongin siapa?" tanya Arzel.

"Kacamata lu, jelek banget, engga cocok!" sambungnya lagi.

(Sekarang kita panggil Ara itu Aca yah, biar engga ribet)

"Tapi—kalau aku engga pake kacamata, aku engga bisa lihat apa-apa, Ca" jawabnya dengan sedikit nada lirih diakhir. "Kan ada lensa kontak, engga perlu kacamata lagi"

"Aku engga mampu buat beli, Ca" jawab Arzel lagi.

Sebenarnya Arzel mampu, Arzel itu anak orang kaya. Cuman, sengaja aja pura-pura kismin, karena dia engga mau mencolok dan dia juga mau lihat siapa yang mau temenan sama dia dengan tulus tanpa pandang harta. Dan ternyata, sejauh ini tidak ada yang mau berteman dengannya. Maka nya Arzel kaget waktu Aca tiba-tiba akrab dengan dirinya, ada rasa curiga juga sebenernya sih.

"Gue beliin deh"

"Engga usah Ca, ngerepotin" tolaknya. Namun, Aca tetap bersikeras untuk membelikan Arzel. Jadi, mau tidak mau Arzel menurut saja, dari pada harus debat. "Kalau begitu, pulang sekolah kita ke dokter mata" kata Aca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIWA YANG TERTUKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang