Chapter 9

255 21 0
                                    

-
-

-

-Austin's Point of View-

Sebentar lagi aku akan naik ke tingkatan ke empat, ah cepat sekali waktu berlalu. Aku sedang menikmati liburanku di Bahamas bersama Jack, Sam dan beberapa teman sekelas lainnya. Ini adalah liburan kami yang ketiga, dan disini cukup menyenangkan, namun menyenangkan yang kurasakan tak lengkap rasanya. Entahlah, sejak kemarin aku selalu memikirkan tentang Ashley. Bagimana ia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Aku jadi ingin cepat-cepat kembali ke sekolah dan bertemu dengannya, mengajarkannya beberapa cara mengkomposisikan musik ataupun makan di kantin bersamanya. Aku benar-benar merindukannya, di samping itu, aku juga sangat mengkawatirkan dirinya, ini semua gara-gara Fanny. Aku turut menyesal dengan kelakukan sepupu sialan itu, ingin sekali aku menceritakan semuanya pada Ashley. Tapi aku tidak punya bukti yang kuat untuk itu, dan aku sangat kecewa jika nantinya akan hanya ada kesalahpahaman antara aku dan Justin.

Aku menenguk segelas juice alpukat dingin yang kupesan lima menit yang lalu, aku menarik nafas pelan ketika menikmati terik matahari yang membakar kulitku yang mulai berubah warna jadi sedikit lebih coklat. Aku tau, Justin pasti akan menjaga Ashley selama liburan ini, jadi harusnya aku tak perlu kuatir. Tapi, aku akan tetap berjanji pada diriku sendiri untuk tetap berusaha membuktikan kebenaran. Aku akan mencari cara agar perbuatan Fanny terbongkar. Aku tau, dia di balik semua ini. Meskipun jujur aku merasa tidak enak karena secara langsung aku juga akan menjatuhkan sepupuku sendiri, namun ini semua demi kebenaran.

Aku mendesah pelan ketika gumpalan awan di langit hawai seakan membentuk wajah seorang gadis yang tersenyum malu. Angan-anganku langsung melayang pada seorang gadis bermata hijau ke abu-abuan yang ku kenal beberapa bulan lalu melalui sebuah 'tabrakan' yang tidak disengaja. Kupikir ini semua adalah takdir Tuhan, yang telah mempertemukanku dengan gadis yang mampu membuatku terdiam kaku, seorang gadis yang memiliki senyum termanis, seorang yang bisa membuat duniaku mendadak hening, dan dia adalah seorang gadis yang kusukai. Aku menarik sebuah senyuman kecil ketika aku mengingat bagaimana ia tersenyum, pipi mungilnya yang berwarna merah jambu pudar selalu membuat gemas. Namun aku kembali menarik nafas keputus asaan, ketika mengingat bahwa ia sudah menjadi milik orang lain, milik seorang pria yang tentunya jauh di atasku. Dan dia terlihat begitu bahagia dengan Justin. Itu bukan masalah, bisa dekat dengan Ashley saja aku sudah cukup senang.

-Author's Point of View-

Gadis polos itu akhirnya menarik sebuah senyuman pertamanya setelah seharian menangisi nasibnya. Senyuman yang cukup lebar, dan tak ada hal lain yang mampu membuat gadis itu tersenyum selain Justin, yaa- siapa lagi? Siapa yang tidak tersenyum jika pria yang dicintai seharian duduk di samping ranjang kasur gadisnya, sambil membuat beberapa lelucon yang begitu lucu. Ashley akhirnya tertawa ketika melihat wajah Justin yang di buat konyol, Justin mendekatkan dirinya pada Ashley sambil menatap intens kedua bola mata Ashley, Justin menyanyikan potongan lirik Be Alright yang membuat Ashley menjadi merinding dan melontarkan pujian dalam hati.

"don't you worry, cause everything gonna be alright......"

Jarak wajah Justin begitu dekat dengan Ashley tersenyum lebar sambil yang menular pada Justin. Mereka berdua bertemu dalam satu pandangan yang begitu damai. Jarak mereka begitu dekat, Ashley mendekatkan wajahnya, menghapus jarak diantara mereka, tatapan itu semakin intens, semakin dalam sampai pada akhirnya Ashley mendaratkan bibir lembabnya pada bibir Justin. Justin terkejut dalam hati, ia tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan semanis ini dari Ashley. Biasanya Ashley hanya berani mencium pipinya. Justin memejamkan matanya, ia bahkan tak menolak sentuhan itu. Sentuan yang begitu lembab dan mampu memberikan sensasi yang gila bagi keduanya. Justin mulai membuka mulutnya seraya memperdalam ciumannya dan itu direspon dengan baik oleh Ashley. Meskipun Ashley juga tengah memejamkan mata, tapi ia tahu bahwa Justin tengah tersenyum disela-sela ciuman mereka.

The Star (By Asa Bellia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang