SL 02

836 134 11
                                    

"Kamu mau kan jadi pacarku?"

Arayya menekuk kedua lututnya berlutut sambil menyodorkan sebuket bunga yang besar pada wanita berparas cantik di hadapannya, wajah manis Arayya mendongak kedua matanya penuh antisipasi, takut jika wanita cantik yang dia sukai itu menolaknya.

Mata Anchika berkedip beberapa kali, dia terkejut namun jauh di dalam hatinya suara letupan cinta terdengar nyaring.

Senyum Anchika merekah, sama seperti Arayya dia juga berlutut dan merogoh saku jaketnya mengeluarkan kotak cincin hangat, bukti jika selama perjalanan ke taman dia sering menggenggam kotak cincin itu.

Arayya bingung dengan tindakan Anchika, sekarang tinggi mereka berdua sejajar karena berlutut.

"Aku juga mau ngomong ini. Arayya kamu mau kan jadi pacarku?" Anchika membuka kotak cincin memperlihatkan cincin sederhana tapi diselimuti cinta.

Keduanya diam berpandangan beberapa detik sebelum sama-sama mengangguk.

Arayya menerima cincin pemberian Anchika dan begitupun Anchika dia menerima buket bunga pemberian Arayya. Sorot mata keduanya berbinar.

Tidak ingin Anchika berlutut lebih lama, Arayya bangkit dan membantu Anchika berdiri.

Tubuh Arayya bergerak memeluk pinggang Anchika, dia dengan sengaja bergerak maju menyatukan kening mereka.

"Sejak kapan?" Tanya Arayya lembut, kedua tangannya bertengger di pinggir Anchika.

"Sejak kamu minjemin aku jaket ini" Jawab Anchika sambil tersenyum manis, mata cokelatnya menyipit membuat pipi Arayya merah.

"Kamu sejak kapan?" Tanya Anchika balik, tangannya memegang lengan Arayya takut jika wanita berparas manis itu enggan menjawabnya.

"Dari dulu...."

Bibir Anchika maju, kebiasaan ini lagi, dia membencinya!

Arayya memang terbiasa memberi jawaban abu-abu kepada Anchika atau siapapun orang yang bertanya padanya.

Cuph~~

Sebuah kecupan singkat hinggap di bibir semerah cerry Anchika, mata cokelatnya melotot karena terkejut.

"Araaa~~~"

"Kenapa? Gak terima? Kamu bisa balas kok" Mata Arayya berbentuk bulan sabit karena senyumnya, dia berpura-pura menutup mata dan memajukan bibirnya.

Anchika meringis, tatapannya menatap sekeliling taman kota yang sepi, takut jika tindakan berani Arayya dilihat orang lain. Beruntung, sore itu tidak ada siapapun di sana.

"Kenapa?" Tanya Arayya.

"Takut, nanti kita dilihat--mmpphhh"

Kedua tangan Anchika mencengkram erat lengan Arayya ketika bibirnya di lumat dan dihisap dengan kuat oleh Arayya.

Arayya memainkan bibirnya dalam di bibir Anchika. Ini adalah ciuman pertamanya begitupun dengan Anchika, jadi dia ingin memberi kesan yang mendalam untuk itu.

Wajah Anchika miring kekanan, matanya terpejam menikmati lumatan Arayya. Lidah hangat Arayya terus bermain dibibirnya sebelum menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya.

Tidak ingin kalah, Anchika ikut menggerakkan lidahnya.

Sekarang, lidah keduanya saling membelit dan bergerak. Cukup lama keduanya berciuman, dimulai dari langit yang berwarna jingga hingga akhirnya berubah gelap.

Nafas Anchika tersengal, dengan terpaksa dia mendorong wajah Arayya agar menjauh dan melepaskan ciuman mereka.

Wajah keduanya merah padam.

SUGAR LOVE (ArayyaXAnchika)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang