Pasir pantai yang basah menempel di telapak kaki Arayya, dipunggungnya Anchika menempel dengan erat.
Tidak tahu berapa lama mereka bermain dan menghabiskan waktu di pantai, hari ini Arayya benar-benar memanjakan Anchika. Dia melakukan apapun untuk membuat gummy smile Anchika terlihat.
"Kamu bahagia?" Tanya Arayya, suara ombak meleburkan tanyanya.
Anchika mengangguk cepat, dia mengecup pipi kiri Arayya sebagai jawaban. Sudut bibir Arayya terangkat, setiap kali dia dan Anchika bertindak secara intim hatinya menghangat, seolah-olah ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
"Ara, turun! Aku ingin melihat matahari terbenam!" Anchika menggerakkan kakinya, Arayya terkekeh dan dengan hati-hati menurunkan kekasihnya.
Anchika berlari lebih dekat kearah bibir pantai, Arayya yang takut dia akan terseret ombak dengan sigap mengikutinya dari arah belakang.
Sinar jingga dari matahari yang kekuningan menerpa wajah mereka. Mata keduanya cerah ketika bertabrakan dengan senja.
Sore itu, pantai tidak seramai tadi siang. Orang-orang yang punya kepentingan tersendiri memilih untuk pulang lebih awal. Arayya yang sadar akan itu perlahan menarik Anchika kearahnya dan memeluknya dari arah belakang.
Semilir angin pantai menerbangkan rambut keduanya. Mata Arayya terpejam saat menghirup aroma wangi dari tubuh Anchika.
"Ara..."
"Hmm?" Arayya membenamkan wajahnya ditengkuk Anchika, mulai mengecup kulit putih di sana.
"Aku harap cinta kita seperti ombak..." Ujar Anchika lembut.
Arayya menghentikan kecupannya mendengar itu.
"Kenapa ombak?"
"Iya, aku ingin kita seperti ombak. Sejauh apapun kamu tergulung pergi pada akhirnya bibir pantai adalah tempatmu pulang. Aku ingin jadi bibir pantainya Ara, dan kamu adalah ombak yang akan selalu pulang sejauh apapun laut membawamu pergi"
Arayya tersenyum, dia membalik tubuh Anchika agar mereka dapat bertatapan mata.
"Dan aku harap kamu juga bisa jadi batu karang----selalu kuat dan kokoh menghadapi sikapku dan cintaku"
"Ara~~~" Rengek Anchika manja.
"Kenapa?"
Anchika menggeleng, namun matanya yang berkaca-kaca sudah menyiratkan semuanya.
Entah siapa yang memulai, perlahan tapi pasti wajah keduanya maju. Suara detak jantung yang tidak beraturan terdengar diantara mereka.
Cuphhh~~~
Kecupan lembut dan penuh perasaan menyatu. Perlahan, kedua tangan Anchika melingkar dengan indah di leher Arayya, sedangkan Arayya kedua tangannya bergerak menarik pinggang Anchika untuk mempersempit jarak diantara mereka.
Ciuman mania mereka sangat bertolak belakang dengan asinnya angin pantai.
"Anya..."
Dada Anya terasa sakit, dia yang datang ke pantai untuk menenangkan diri karena mendapati putrinya tidur tanpa busana harus melihat kejadian lain lagi.
Pada mulanya, sebagai ibu yang tidak ingin kecewa dengan putrinya sendiri, dia menganggap Anchika yang tidur dengan perempuan lain sambil bertelanjang adalah hal yang biasa. Namun sekarang, semuanya berbeda.
Bram yang juga melihat kejadian di kejauhan menahan tubuh Anya, wajahnya tampak khawatir.
"Bram, aku takut putriku akan berakhir seperti pria itu---penyuka sesama jenis" Air mata terjatuh dari kedua mata cokelat Anya, kembali dia mengingat mantan suaminya yang kabur dengan pacar sesama jenisnya dan meninggalkan dirinya juga Anchika kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR LOVE (ArayyaXAnchika)
FantasyDokter Arayya yang dicampakkan oleh kekasihnya, Anchika Willson berubah 180° menjadi pendiam dan suka menyendiri.