Gracia menghentikan laju kendaraannya setibanya di bangunan apartemen Anchika.
"Sekarang apa?" Tanya Arayya.
"Benar aku lupa!" Gracia meraih sebotol minuman beralkohol yang tersembunyi di dashboard dan meraihnya, dengan setengah tenaga dia membuka tutup botol.
"Minum sedikit!" Perintahnya pada Arayya.
Arayya menurut, dia minum beberapa teguk. Setelah itu Gracia memercikkan minuman tersebut ke pakaian Arayya.
Hanya dalam hitungan detik Arayya sudah berbau minuman beralkohol. Kedua alis Arayya terjalin karena tidak suka.
"Sudah? Aku ingin turun dan naik"
"Sabar dulu, itu belum selesai. Sekarang tatap mataku"
Arayya sekali lagi menuruti perintah Gracia, mata hitamnya fokus menatap Gracia.
Plak!
Plak!
Mata Arayya berkunang-kunang ketika tamparan mendarat di kedua pipinya dengan keras dan meninggalkan bekas merah.
"GRE! KAMU MAU MATI!" Teriak Arayya bersiap mencekik Gracia.
"Hey! Itu memang harus begini, lihat dicermin kamu seperti orang mabuk"
Meski marah besar dan merasa sakit Arayya tetap melirik kearah cermin dan memandangi wajahnya yang merah.
"Ayo turun aku akan mengantarmu" Gracia membuka pintu mobil disampingnya.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri"
"Bodoh! Jika kamu naik sendiri, Chika tidak akan percaya kamu mabuk berat. Jadi aku akan mengantarmu naik sambil memapahmu"
Arayya mengangguk setuju, mereka berdua lalu turun dari mobil bersama dan menuju ke lantai atas di mana apartemen Anchika berada.
Di apartemen.
Anchika tengah berbicara dengan sang mama di telefon. Senyumnya merekah lebar.
Ting!
Tong!
Bel pintu yang berbunyi membuat percakapan Anchika dan mamanya terputus. Dia meletakkan ponselnya di meja kemudian berjalan kearah pintu dan membukanya.
"Ara? Kamu kenapa!?" Anchika memasang wajah panik saat melihat Arayya datang dengan dipapah Gracia serta wajahnya yang merah padam.
"Ceritanya panjang, ayo bantu aku membawanya masuk" Kata Gracia.
Anchika mengangguk, dia bergerak kesamping dan membantu Gracia memapah Arayya langsung ke kamar tidur.
Tubuh ringkih Arayya terbaring diatas kasur yang empuk, sesekali terdengar racauan tidak jelas Arayya di telinga Anchika.
"Ara mabuk?" Tanya Anchika memastikan.
"Hemm, sedikit"
"Sedikit? Tidak sadarkan diri seperti ini sedikit?" Anchika menatap Gracia kesal.
"Aduhhh, itu bukan salahku. Sudah malam aku harus pulang, beritahu Ara jika dia ingin pindah kesini agar aku bisa membawa Shani pindah ke apartemen kami"
Anchika mengunci pintu apartemennya sepeninggal Gracia, karena tubuh Arayya lengket akibat minuman dia dengan penuh inisiatif membawa sebaskom air hangat dan handuk lembut.
Arayya bergerak kecil ketika Anchika dengan gerakan hati-hati menyeka wajahnya.
Anchika dengan fokusnya mengusap wajah Arayya yang memerah, setelah wajah Arayya bersih dia menggerakkan tangannya ke leher.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR LOVE (ArayyaXAnchika)
FantasyDokter Arayya yang dicampakkan oleh kekasihnya, Anchika Willson berubah 180° menjadi pendiam dan suka menyendiri.