SL 08

558 88 7
                                    

Ceklek.

Suara pintu dibuka mengalihkan Arayya dari layar ponselnya, ketika tahu siapa yang datang, wajah yang tadinya kusut berubah cerah.

"Chikaaaa~~~" Rengeknya manja.

Anchika menaikkan kedua alisnya dan tersenyum lebar, dia berjalan cepat kearah Arayya yang tengah merentangkan kedua tangannya meminta untuk di peluk.

Keduanya berpelukan selama beberapa saat untuk melepas rindu.

Karena sibuk mengurus mamanya yang sakit, Anchika tidak dapat melihat Arayya selama beberapa hari, membuat gadis dengan ambisi besar ingin menjadi dokter anak menatapnya protes.

"Maaf yah Ara, aku sibuk mengurus mama dan tugas kuliahku"

"Maafnya tidak di terima, aku pergi ke fakultas kamu tapi kata temen kuliah kamu cuti, kenapa tidak bilang?"

Anchika mengecup kedua pipi Arayya gemas, pupil matanya membesar karena perasaan cinta yang dirasakan.

"Sayang, aku minta maaf. Sekarang mama sudah sehat, itu artinya waktuku sekarang cuma buat Arayya saja"

"Serius? Lalu, mama kamu kemana?" Arayya bertanya bingung, itu karena Anchika pulang hanya membawa dirinya sendiri dan tidak bersama mama serta calon papa tirinya.

"Om Bram perusahaannya ada masalah, jadi mereka langsung ambil penerbangan pulang" Jawab Anchika santai, Arayya yang mendengar itu hanya mengangguk saja.

Setelah mengobrol singkat, Anchika yang merasa gerah berjalan masuk ke kamar. Satu persatu pakaiannya terlepas dan menunjukkan kulitnya yang putih bersih tanpa cacat.

Arayya, disisi lain yang ikut masuk melongo tidak percaya. Buru-buru dia mengalihkan pandangannya.

Helaan nafas berat Arayya membuat Anchika tersenyum miring, ketika melihat Arayya yang mengalihkan pandangan dari tubuh telanjangnya dia tersenyum geli.

"Mau mandi bareng Ara?" Tawar Anchika.

Arayya tergagap, tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Anchika tidak menunggu balasan Arayya, dia berjalan lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi, jari Anchika dengan telaten memutar kran dan mulai mengisi bathup hingga penuh.

Dengan gerakan sensual, Anchika menuangkan beberapa botol sabun dengan wangi yang berbeda, membuat bathup dipenuhi busa tebal.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah mendekat, meski begitu Anchika tidak menoleh sama sekali, itu karena dia tahu siapa pemilik langkah tersebut.

Arayya mengigit bibir bawahnya saat melihat tubuh langsing Anchika berjongkok sedikit untuk mematikan kran. Punggung Anchika yang seputih busa di bathup sukses membuat pipi Arayya bersemu merah.

Kaki kanan Anchika melangkah masuk ke dalam bathup dan kemudian diikuti kaki kirinya. Anchika duduk dengan penuh kehati-hatian, dia sengaja menyisakan ruang yang pas dibelakangnya untuk Arayya.

"Kenapa diam? Ayok masuk, kita berendam..."

Arayya merasa tenggorokannya gatal, dia menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum masuk ke bathup.

Perlahan tubuh telanjang Arayya menghilang tenggelam di bathup. Wajah Arayya tegang, ini adalah kedua kalinya dia melihat tubuh telanjang Anchika begitupun sebaliknya. Dia merasa gugup....

Bukan hanya Arayya yang gugup, Anchika yang duduk di depan sambil memunggunginya juga demikian, bahkan wajahnya lebih merah daripada wajah Arayya.

"Ara..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUGAR LOVE (ArayyaXAnchika)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang