BAB V Aidil , kekasih Nada

11 5 0
                                    

Satu minggu sudah Nada tinggal di kota Jakarta, tanpa teman, tanpa Aidil yang biasanya mengajaknya jalan-jalan. Sungguh, Nada merindukan itu.
Nada sekarang berada di kamarnya yang tak terlalu luas. Ia tengah duduk di meja belajarnya, sambil menulis sesuatu di buku diarynya.
[Dear Diary......
Hari berlalu sangat cepat ya! Sudah seminggu aku tinggal di kota ini, jauh dari kota kelahiran, teman, dan kekasih yang sangat baik kepadaku. Ini tempat tinggalku sekarang di kota Jakarta yang sering ingin aku kunjungi. Aku senang bisa tinggal di kota, seperti mimpi saja bagi diriku. Tapi aku sedih karena harus terpisah dengan teman sekolah, bahkan Aidil kekasihku, kini jauh dariku.
Aku ingin ketemu sama mereka lagi.
Aku sangat merindukan mereka.
Nada]
Nada segera menutup buku diary itu dan mulai melihat keluar jendela kamarnya. Tiba-tiba ingatannya kembali mengingat Ares yang muncul kembali dalam hidupnya.
"Apa yang aku pikirkan."
"Hushhhh, jauhkan pikiran itu, Nada,"
"Dia telah tega meninggalkanmu."
"Jangan mudah terpedaya dengan omongannya."
"Ingat, Nada, kamu sudah punya Aidil yang sangat baik kepadamu."
"Jangan sakiti perasaannya hanya karena masa lalumu muncul kembali dalam hidupmu."
"Fokus, Nada, tujuan utama pindah ke sini hanya karena pekerjaanmu, dan ingat janjimu padanya bahwa kau akan rajin belajar," ujar Nada yang menepis semua pikirannya tentang Ares.
Ia kini beralih menatap handphone yang berada di atas meja, ia membuka WhatsApp mencoba menghubungi seseorang.
[Aidil....]
[Kamu lagi apa? Sama siapa? Aku kangen!]
Nada menuliskan pesan itu dan mengirimkannya.
Sebuah panggilan video call dengan nama Aidil langsung terpampang di layar handphone-nya, membuat senyum manis Nada langsung merekah tanpa diminta.
Nada langsung menerima panggilan itu dan tersenyum.
"Hmmm, ada yang kangen nih ya!" ejek Aidil di balik handphone, membuat Nada salah tingkah.
"Kamu apa kabar di sana, Nad?" tanya Aidil.
"Alhamdulillah, Nada baik, kamu sendiri bagaimana?" kini Nada yang bertanya.
"Alhamdulillah, I'm fine," ujar Aidil lagi.
"Kapan balik ke Bandung, Nad, disini sepi, gak ada kamu," ujar Aidil, terlihat sangat sedih.
"Nada nggak tahu! Kapan Nada bisa balik ke Bandung lagi, Aidil. Kamu jangan sedih ya, Nada pasti akan balik kok, tunggu Nada ke sana ya, Nada sayang sama Aidil," ungkap Nada, ikut merasakan kesedihan. Ada rasa rindu yang amat dalam terlihat dari keduanya, rasa rindu itu kini terhalang oleh jarak yang sangat jauh. Sungguh, keduanya merasakan perasaan rindu yang sama yang tidak bisa hanya diutarakan dengan kata-kata saja.
"Aku juga sayang Nada, Nada cepat balik, aku disini akan selalu menunggu kepulangan Nada. Pintu hatiku selalu terbuka buat Nada."
"Nada tutup telepon dulu ya! Nada masih mau menyelesaikan tugas yang menumpuk, nanti setelah selesai Nada akan segera menghubungi Aidil."
"Assalamualaikum,"
ujar Nada yang langsung mematikan video call itu, dan Nada segera membuka tugas sekolah yang masih belum ia selesaikan.
"Hussss," desahnya melihat tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya.
Mentari pagi telah memancarkan sinarnya, membuat semua makhluk hidup segera bangun dari alam sadar mereka. Burung Nuri yang berkicau merdu sungguh mengalun indah di telinga, membuat semua manusia yang mendengarnya ingin ikut menari, karena saking merdunya suara burung itu.
Nada yang sudah bangun pagi, kini telah membuka jendela kamar miliknya.
Nada menghirup udara segar di pagi hari yang masih belum tercemar polusi.
"Selamat pagi Dunia......," teriak Nada di dalam kamarnya, sambil menatap langit yang kini sudah disinari oleh mentari yang mulai muncul dari arah Timur.
"Nada.....," teriak Mama Aisyah dari arah dapur yang tengah sibuk memasak makanan suami dan putrinya.
"Iya Ma!," jawab Nada yang segera menghampiri Mamanya.
"Ada apa, Ma? Pagi-pagi sudah teriak aja!" keluh Nada yang kini sudah ada di hadapan Mamanya.

"Kalau kamu gak ingin mendengar Mama teriak, pagi-pagi itu seharusnya kamu bantuin Mama masak, kan Mama jadi tertolong."
"Ih Mama, Nada itu capek semalaman, Nada ngerjain tugas dari guru yang banyak banget."
"Lihat nih Ma, tangan Nada jadi lecet karena belum diistirahatkan," ujar Nada mencari alasan agar ia tentram dari omelan sang Mama.
"Kamu banyak alasan aja, Nad."
"Sana cepat cuci tangan!"
"Makanannya sudah siap semua," ujar Mama Nada menyuruh putrinya untuk segera cuci tangan.
Nada segera melaksanakan perintah Mamanya tanpa harus protes, mengeluh, dan sebagainya. Bisa-bisa ceramah ronde kedua akan segera tiba. Itu tidak diinginkan Nada sama sekali.
Setelah cuci tangan, Nada segera menyusul Mamanya yang sudah mulai makan dengan papanya.
"Ih, kok Mama dan papa makanan duluan sih?" protes Nada yang melihat kedua orang makan pagi duluan tanpa menunggunya terlebih dahulu.
"Nada cuci tangannya lama sih," jawab Papa Arnold yang terus menelan nasi di piringnya yang hampir habis.

"Iya papamu benar, kita sudah nungguin kamu, eh, kamunya belum juga datang. Makanya Papa dan Mama memutuskan makan lebih dulu," timpal Mama Aisyah yang makanannya juga hampir habis.
"Ih Mama dan papa ngeselin!" gerutu Nada yang mulai melahap makanannya.
"Nggak mau nambah lagi Nak?" tanya Mama Aisyah yang melihat piring Nada telah kosong.
"Nggak Ma, Nada sudah kenyang," ujar Nada yang mengelus perutnya yang mulai berisi.
"Tumben biasanya kalau Mama sudah masak menu Nasi goreng, tiga piring Nasi bisa kamu habiskan."
"Hehehe, aslinya Nada masih kurang Ma, karena perut Nada sudah bilang jangan nambah, makanya Nada putuskan nggak mau nambah lagi," jawab Nada yang memperlihatkan giginya yang rapih.
Mama Aisyah hanya geleng-geleng melihat jawaban Nada yang menurutnya tidak masuk akal.
"Sudah, sudah, jangan cengar-cengir terus. Lihat nih, sudah jam berapa! Memang kamu gak mau sekolah apa?" tanya Mama Nada lagi.
"Mama lupa ya! Hari ini kan hari Minggu," ujar Nada mengingatkan Mamanya.
"Ouh iya, yaudah kamu pergi jogging sana dulu, sudah lama Mama gak lihat kamu jogging," ucap Mamanya itu menyuruh Nada pergi.
"Yah Mama, Nada kan lagi malas jogging Ma," rengek Nada tak ingin jogging.
"Kalau kamu gak mau jogging, ya udah kamu bantuin Mama beres-beres rumah, mumpung kamu libur," ucap Mamanya mencoba mengancam anaknya.
"Ya udah deh, Nada pergi jogging aja." Nada memanyunkan bibirnya kesal. Sungguh, Nada terlihat sangat kesal kepada mamanya itu.
Nada segera mengganti bajunya dengan baju olahraga sekolah lamanya.
Nada memulai acara joggingnya dengan berlari santai di jalan raya yang sepi dari kendaraan yang lalu lalang. Mungkin sebagian dari mereka tengah tertidur di rumah, menikmati hari libur yang hanya sekali dalam seminggu.
Nada berhenti di suatu tempat dengan niat membeli air mineral yang dijual di warung kecil di pinggir jalan.
Ia memberikan uang sepuluh ribu rupiah kepada ibu warung itu.
"Terima kasih, Bu!" ucap Nada segera pergi dari warung dan meminum air mineral yang baru dibelinya.
Sungguh, ia terlihat sangat haus setelah berlari jarak yang cukup jauh. Apalagi dia lupa membawa bekal air saat pergi jogging tadi, karena sempat adu argumen dengan Mamanya.
Nada beristirahat sejenak, mencoba menghilangkan rasa lelah di tubuhnya.
"Sedang jogging juga, Nada?" tanya seseorang yang tiba-tiba menyapanya.
Nada mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang bertanya.
Alangkah terkejutnya Nada saat menyadari siapa yang berbicara.
"Ares..."

LOVE BLOSSOMAD AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang