BAB VI jangan ganggu Nada Ares

14 4 3
                                    

"Nada, lo di sini?" tanya Ares saat melihat Nada di tengah jalan.
Nada sangat terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu Ares di tempat seperti ini. Nada pura-pura tidak menghiraukan Ares, ia memalingkan pandangannya ke tempat lain, dan Ares mengerti bahwa Nada sengaja tidak menghiraukannya.
Ares pun duduk di samping Nada, membuat Nada menjadi sedikit kikuk.
"Kenapa sih nih orang selalu mengikuti aku, apa dia tidak punya kerjaan lain?" omel Nada di dalam hatinya.
"Ternyata lo masih sama ya kayak dulu ya! Kalau disuruh lari itu susahnya minta ampun," ujar Ares lagi.
Nada tidak sedikit pun menggubris ucapan Ares. Ia hanya menatap jalanan yang sepi dari kendaraan umum, mungkin mereka semua tengah tertidur di hari liburnya.
"Mau kemana?" tanya Ares yang melihat Nada berdiri.
"Mau pulang," ketus Nada yang terus berjalan tanpa melihat Ares di belakangnya.
Ares mengikuti Nada, membuat Nada semakin merasa tidak nyaman. Ia sangat kesal melihat Ares yang selalu mengikutinya.
"Kamu kenapa sih ngikutin aku mulu?" tanya Nada kesal.
"Siapa yang mau ngikutin lo, cie yang ingin diikutin cowok ganteng," ujar Ares yang menggoda Nada, membuat pipi merah Nada menjadi merah.
Nada melanjutkan perjalanan yang tertunda, ia sekali menengok ke belakang melihat Ares yang masih mengikutinya.
Nada membiarkannya, tidak mau menanggung malu lagi.
"Nih orang rumahnya mana sih, kok belum sampai-sampai," gumam Nada merasa kesal.
Ares tersenyum, seolah ia bisa membaca pikiran Nada.
"Nada, kamu bisa menghindari aku, tapi hatimu tidak akan bisa menghindariku," gumam Ares yang tersenyum.
Sudah satu jam lamanya mereka berada di jalanan, tapi Ares selalu mengikutinya. Entah apa yang Nada harus perbuat, jika ia protes seperti tadi, ia takut akan tambah malu.
"Rumah kamu mana sih? Kok belum sampai-sampai," tanya Nada yang sudah tidak tahan dengan perilaku Ares.
"Kenapa mau mampir tah? Ayok, rumah gua selalu terbuka lebar untuk lo," ujar Ares, membuat Nada semakin merasa kesal.
"Ogah aku mau mampir ke rumah kamu, emang aku gak ada kerjaan apa sampai harus ke rumah kamu," ucap Nada kesal.
"Ayolah, Bad, jangan sungkan-sungkan, gua tahu betul kalau hati lo itu ingin sekali mampir ke rumah gua," ucap Ares, semakin percaya diri.
"Kan lo dulu sering banget makan masakan Mama gua, pasti lo kangen banget kan ngicipin masakan nyokap gua," ujar Ares lagi, memang benar apa yang dikatakan Ares, dulu ia sering datang ke rumah Ares dan makan makanan buatan Mama Ares yang sangat enak. Tapi itu kan dulu sebelum Ares memutuskan pergi darinya.
"Sudah beberapa kali sih aku bilang, kalau kamu itu salah orang, mungkin hanya nama kita yang sama, tapi kita sama sekali tidak mirip. Tolong jangan bersikap seperti orang yang telah mengenalku lama, aku tidak suka," ucap Nada lagi. Sebenarnya, Nada ingin sekali bertanya kepada Ares tentang itu, tapi Nada membatalkan karena tidak ingin mengenang kembali masa-masa yang ingin ia tinggalkan.
"Mata gua tidak akan pernah salah mengenal orang, Nada, apalagi hati ini tetap sama seperti dulu, Ares cinta Nada," gumam Ares yang tak mau menyerah.
Entah kenapa mata Nada langsung berkaca-kaca mendengar ucapan Ares.
"Kamu jangan mudah terpedaya, Nada, ingat perjuangan kamu selama ini untuk melupakannya. Kini kamu sudah memiliki Aidil yang sangat mencintaimu. Ingat, jangan korbankan seseorang karena datangnya masa lalu," gumam Nada pada diri sendiri.
"Aku bukan orang yang kamu maksud. Tolong jangan bersikap seperti orang yang telah mengenalku lama, karena kamu sama sekali tidak pernah mengenalku," bentak Nada yang berlari jauh dari Ares. Ia sama sekali tidak menoleh ke belakang, tidak peduli apakah Ares masih mengikutinya atau tidak. Yang dipikirkannya hanya satu, rasa sakit yang ia rasakan selama bertahun-tahun.
Nada segera masuk ke kamarnya tanpa mempedulikan Mamanya yang terlihat cemas karena Nada.
Nada membaringkan dirinya di kasurnya sambil melilitkan selimut bermotif batik ke seluruh tubuhnya. Ia ingin menenangkan hatinya yang terluka.
"Kamu kenapa muncul lagi setelah sekian lama pergi dari kehidupanku? Apa kau masih kurang yang mau menyakitiku? Apa belum cukup bagimu melihatku menderita? Sudah cukup, Ares, aku tak mau lagi masuk ke lubang yang sama, aku tak mau masuk ke kehidupanmu lagi meski hatiku sangat ingin. Sudah cukup kamu membuat hatiku terluka," gumam Nada yang terisak dalam balutan selimut yang hangat.
Mentari sudah tidak memancarkan sinarnya, kini sinar yang cerah itu berganti dengan senja yang singkat dan bermakna.
Nada melihat senja yang terlihat jelas di kaca kamarnya, meski terlihat samar, tapi itu sudah cukup membuat hatinya merasa puas dan kembali membaik.
Nada menyiapkan buku diary dan mulai menulis sesuatu di dalamnya.
Jakarta, 2021
Entah apa yang takdir inginkan kepadaku, entah kenapa Tuhan mempertemukan aku dengannya lagi. Aku tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan. Tapi yang aku inginkan, semoga dia tidak akan mengganggu kehidupanku lagi, karena aku tidak pernah menyukainya.
Nada Anindya Roshnia Lovee.
Nada kembali menutup buku diary itu dan kembali menatap sinar senja yang mulai meredup dari pandangannya.
Nada tidak tahu apa kisah cinta Ares dengan senja yang sangat menghangatkan. Walau singkat, tapi sangat bermakna. Ares adalah cinta pertama Nada, dan Ares pula yang mematahkan hatinya. Entah apa yang harus Nada simpulkan dari hal yang terjadi padanya, yang pasti bagi Nada, ia ingin menjauh dari kehidupan Ares.
Adzan Maghrib berkumandang dengan merdunya. Nada keluar dari kamarnya, dan bergegas mengambil wudhu untuk melakukan ibadah shalat Maghrib.
Nada merasa sangat berdosa karena telah lalai dengan tugasnya sebagai seorang muslimah. Nada merasa sudah sangat jauh dari Tuhannya. Ia ingin memperbaiki kesalahannya dengan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Ia tidak ingin terus-terusan dihantui oleh dosanya sendiri. Nada ingin bertobat, semoga Allah mempermudah semua jalan Nada yang menuju ke jalan yang lebih baik. Semoga Allah akan mempermudah semua urusannya.
Melihat sikap Nada yang aneh, Mama Aisyah dan Papa Arnold mereka berdua saling menatap. Ada perasaan bahagia yang terlihat dari wajah mereka berdua.
"Pa, Mama, nggak salah lihatkan ini?"
"Ini beneran Nada, anak kita kan?" tanya Mama Aisyah merasa ragu dan tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Iya, Ma, ini beneran Putri kita Nada," jawab Papa Arnold merasa terharu. Ia senang melihat Putri kesayangannya yang semakin terlihat dewasa.
"Semoga Allah mempermudah segala urusanmu, Nak," gumam Mama Aisyah yang melihat Nada yang berubah.
Ada pancaran bahagia yang terlihat di wajahnya, ia tak percaya melihat putri yang mendapatkan hidayah secepat itu.
Nada segera masuk ke kamarnya setelah selesai berwudhu. Ia memasang mukenah yang sangat jarang ia gunakan, saking jarangnya, mukenah yang sudah dua tahun ia beli masih terasa baru dan wangi.
Nada segera memasang mukenah dan langsung melakukan ibadah sholat Maghrib dengan sangat khusyuk, menghadap ke kiblat.
Tiga raka'at sudah ia lakukan dengan sempurna. Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa senang. Mungkin ini yang dinamakan mukjizat sholat.
"Alhamdulillah," gumam Nada sambil menyentuhkan tangannya ke wajahnya sebagai tanda syukur.
"Semoga Allah selalu mempermudah jalanku menuju ke jalan yang lebih baik lagi," gumam Nada setelah melepas mukenahnya.


LOVE BLOSSOMAD AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang