part 7

10 6 0
                                    

____________happy reading ___________

Asya POV

Aku tidak salah, mataku tidak mungkin salah lihat, itu papa, itu bener-bener papa. Seseorang bertudung hitam yang sedang berdiri di samping warung itu adalah papa, apa yang dia lakukan di sana?.

"Papa" gumamku lalu bangkit berlari ke arah ayah berdiri, namun dia malah lari menjauh. Tentu saja aku mengejar nya, aku sangat ingin bertemu dengannya.

"PAPAAA TUNGGU!!!"

kucoba berteriak memanggil nya tapi dia hanya menoleh sebentar dan tetap melanjutkan larinya hingga ke pinggir jalan yang sepi. Aku terus mengejar Tampa henti, dan dia memasuki sebuah gang sepi dan sempit. Namun aku tetap bisa mengejar nya, walau aku hampir muntah mencium bau menyengat seperti bau sampah di sekitar sana.

Hingga akhirnya dia menjumpai jalan buntu, dia tidak bisa kemana-mana lagi aku sudah berada di belakang nya.
Dia Masi membelakangi ku, aku tidak akan takut, aku yakin itu papa. Orang yang sangat berarti bagiku dan yang selama ini aku rindukan. Kemudian dia berbalik dan akhirnya aku bisa melihat nya, dia membuka tudung jaketnya. aku benar-benar tidak salah lihat.

Dia merentang kan tangan, dengan senyum cerah di bibirnya. "Nasya skylana, papa merindukanmu"

Air mataku menetes begitu saja, aku berlari ke pelukan hangat nya melepaskan rindu yang selama ini aku simpan selama satu tahun lebih. Akhirnya aku bisa melihat super Hero ku kembali.

"Papa asya kangen, papa selama ini di mana? Kenapa papa tidak pernah menghubungiku?" Ucapku menangis di pelukan nya. Tak bisa ku tahan lagi, tangisan ku tumpah.

"Maafkan papa sayang, papa juga kangen banget sama asya. Makanya papa temuin kamu. Papa gak bisa hubungi karna kamu tau kan keadaan papa sekarang tidak sebebas dulu lagi. Papa Masi buronan polisi sekarang".

Aku melepas pelukan nya, menatap wajahnya yang Masi sama terakhir aku melihat nya. Hanya ada kerutan sedikit pertanda penuaan. "Tatap aja, papa Masi bisa hubungi aku diam-diam aku tidak akan kasi tau polisi, aku gak bakal biarin mereka tangkap papa"

"Apa kamu Masi percaya sama papa?, Apa kamu tidak kecewa?, Padahal papa merasa udah mempermalukan kamu karna masalah itu" ucap papa mengelus rambut ku dengan tatapan bersalah.

Aku menggeleng, aku sama sekali tidak pernah marah atau kecewa dengan nya. "Iya asya percaya Sama papa, aku gak perna kecewa sekali pun karna aku percaya gak mungkin papa ngelakuin itu semua. Papa orang baik" ucapku sangat yakin.

"Terimakasih sayang, tidak mengapa bila semua orang membenci dan tidak percaya sama papa asalkan kamu tetap berpihak sama papa. Papa akan selesaikan semuanya lalu kembali, dan kita akan seperti dulu lagi".

Aku menggeleng, lebih baik aku ikut dengannya saja. "Gak pa, bawa aku pergi juga. Lebih baik aku ikut papa kemana pun itu asalkan bersama papa".

"Hei kenapa begitu?, Apa kamu mau meninggalkan mama kamu?".

"Mama tidak menyayangiku pa, mama gak pernah kasi aku kebebasan. dia mengatur dan mengekang aku seenaknya. Dan mama melarang ku bermain musik, padahal aku sangat ingin menjadi penyanyi" ucapku, aku tidak bisa berkata bohong mengenai sikap mama selama ini. Memang untuk apa aku menyembunyikan nya.

Dia memegang bahuku, "Lihat papa, mama kamu tidak melarang Tampa alasan. Itu semua karna trauma di masa lalu. Jika kamu mengira mama kamu tidak menyayangimu maka itu salah, justru dia sangat sayang kamu, mama kamu hanya tidak ingin kehilangan lagi. Yang kamu harus lakukan hanya meyakinkan nya bahwa semua yang di pikirkan itu tidak akan terulang kembali".

"Apa maksud papa? Aku gak ngerti, trauma apa? Dan apa yang tidak akan terulang kembali?", tanyaku beruntun. jujur aku tidak mengerti apa maksudnya.

"Kamu akan tau semuanya, jika berhasil membuka ruangan yang berpintu abu-abu itu. Semuanya ada di sana".

Mousikos [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang