prolog

16 8 0
                                    

Song:Deja vu by Olivia Rodrigo

______🎶___happy reading ___🎶______

Asya POV

Aku menatap jalanan setapak di hadapan ku, dengan pohon-pohon rimbun yang berada di sekeliling ku. Semuanya gelap dan hanya ada cahaya bulan yang membantu ku melihat, walau samar.

kaki ku melangkah menyusuri jalan dengan tatapan kosong. Jiwa ku hilang entah kemana aku hanya melangkah mengikuti kemana kakiku ingin pergi.

Jauh berjalan perlahan suara keramaian terdengar di telingaku, di susul suara nyanyian merdu yang membuat ku terhipnotis. Itu berasal dari depan sana, aku melangkah lebih cepat dan suara itu pun semakin terdengar jelas. Tapi entah kenapa ini semua dejavu bagiku, aku seperti merasa sudah mengetahui apa yang ada di depan sana lalu kenapa aku tetap merasa penasaran?.

Aku melihat nya dengan jelas sekarang, di hadapan ku sebuah kerumunan orang-orang yang bernyanyi mengikuti irama lagu sang penyanyi yang berdiri di atas panggung.

Perlahan aku mendekat, dan orang-orang itu seakan memberiku jalan untuk lebih dekat ke panggung. Karna cahaya lampu yang menyilaukan aku belum bisa melihat wajah sang penyanyi bersuara merdu itu.

Cahaya menyilaukan itu perlahan hilang dan aku bisa melihat nya dengan jelas. Tubuhku kaku seketika. Aku seperti melihat diriku di atas sana, wajah kami sangat mirip. dia memakai baju yang sangat cantik dengan pernak-pernik kupu-kupu di sekelilingnya.

Seketika suara berisik orang-orang meredam lalu perlahan menghilang, menyisakan kami berdua. Dia di atas sana Masi bernyanyi sambil melihat ke arahku. Aku merasakan sebuah cairan mengalir di pipiku, itu air mata. kenapa aku malah menangis? Ada apa denganku?.

Sebuah tangan terulur di hadapan ku, dia mengulurkan tangan ke arahku dengan senyum manis yang menambah kecantikan nya. Dia memintaku naik ke atas panggung.
Aku menerima uluran itu, kemudian naik ke panggung.

Lihatlah aku seperti bercermin sekarang, hanya satu perbedaan kami, aku memiliki poni sedangkan dia tidak. Selebihnya semuanya sama dari bentuk muka maupun body.

"Siapa kau? Kenapa wajah kita sama?" Tanya ku.

Dia tersenyum, kemudian mengelus rambutku. Hatiku terasa hangat di buatnya.

"Aku Mesya" jawabnya dengan senyum manis yang tidak hilang dari bibir ranum nya. "Mau bernyanyi bersama ku?" Ajaknya kemudian memberikan mic kepadaku.

Aku hanya menatap mic itu, aku sangat ingin bernyanyi dengan bebas dan menunjukkan suara ku di hadapan semua orang, namun mamaku melarang keras keinginanku itu. Entah apa alasannya.

"Bernyanyi lah jangan hiraukan larangan dari siapa pun, kamu berhak mencapai impian mu sendiri. Bernyanyi lah dengan bebas tunjukkan pada dunia indahnya suaramu". Ujarnya

"Tapi mama melarang ku"

"Semuanya akan baik-baik saja, percaya padaku. Kalau kau berani membuka jeratan itu, suatu saat nanti kau akan bersinar di atas panggung mengalahkan sinarnya rembulan".

Aku hanya diam mencerna apa yang Mesya katakan.

"Aku akan mencoba" balasku.

"Bagus, teruslah berusaha adikku".

Aku tertegun "adik?".
Dia hanya tersenyum.

Kreekk

Aku mendengar suara benda lepas dari atas. Aku mendongak dan ternyata lampu panggung di atas kami sebentar lagi akan jatuh. Aku hendak menariknya agar menjauh dari sana, namun dia tetap diam. Tiba-tiba dia memelukku erat membuatku kaget, aku melihat ke atas lampu itu jatuh ke arah kami, aku memejamkan mataku dan mengeratkan pelukan.

"AAAAAAA, hahh hahh itu itu hanya mimpi"

Aku terbangun dari tidur ku, dengan tubuh bercucuran keringat. Kenapa mimpinya aneh begitu? Dan kenapa terasa begitu nyata?. Sudah berapa kali aku memimpikan hal yang sama setiap malam. Dan mimpi itu pasti datang saat hujan turun malam hari. Terlalu sering hingga aku bisa menghafal nya. Mimpi yang datang berulang-ulang.

Tok tok tok

Seorang mengetuk pintu kamarku. "Non, non asya udah bangun?"
Itu BI Sumi pembantu di rumahku.

"Ekhem, iya bi asya udah bangun" balasku.

"Owhh yaudah non saya tunggu di bawah yah".

Kemudian hanya terdengar langkah kaki yang menjauh. Bodohnya aku sempat berpikir itu mama, jelas itu tidak mungkin.

Aku bangkit untuk bersiap mandi dan berangkat sekolah.

Tidak lama kemudian aku sudah siap dengan seragam sekolah ku, aku berdiri di depan cermin full body mengikat rambut ku seperti ekor kuda dan menyisakan sedikit helaian rambut di depan. Lalu menyisirnya agar rapi. Lagi-lagi aku teringat wanita bernama Mesya yang selalu hadir dalam mimpiku, dia mengatakan aku adiknya namun mama tidak perna mengatakan aku mempunyai Kaka atau kembaran bernama Mesya, atau mungkin belum? Apa aku harus mulai berani menanyakan nya?.

Aku menuruni tangga menuju lantai bawah kemudian menuju ruang makan. Aku berhenti di depan pintu abu-abu, tiba-tiba aku mendengar suara musik di dalam sana. Aku bingung apa ada orang di sana?. Kucoba putar kenop pintunya yang ternyata terkunci. Pintu ini memang sudah lama tidak terbuka, selalu saja tertutup. Aku pernah meminta kunci nya dari BI Sumi tapi bi Sumi tidak memegang kuncinya, katanya kuncinya di simpan oleh mama.

Kucoba mendekat kan telingaku di pintu, meyakinkan kalau memang suara musik itu berasal dari dalam sana. Benar, suara itu benar-benar dari dalam bahkan aku mendengar seseorang bernyanyi.

"Non ngapain?"

Suara seseorang mengagetkan ku, "astaga, bi sumi ngagetin aja Ya Tuhan" ucapku mengelus dada.

BI Sumi tertawa "haha non ngapain emang di situ?"

"Itu BI di dalam ada suara musik trus ada yang nyanyi juga, di dalam ada orang bi" ujarku memberi tau apa yang aku dengar.

"Gak mungkin non, ruangan ini udah di kunci lama sama nyonya dan gak ada yang di biarin masuk. Non salah dengar mungkin"

Aku mencoba meyakinkan BI Sumi "Gak bi aku gak salah denger. Coba bibi denger deh".

BI Sumi mendekat kan telinga nya.
"Gak ada tuh non" ucapnya sambil menggeleng.

Aku mencoba mendengarnya kembali. Dan suara itu benar sudah hilang. Benar-benar aneh, rasanya bulu kudukku berdiri.
"Jangan-jangan...." Aku menatap BI Sumi dengan tatapan ngeri.

"Ah non asya jangan nakut-nakutin bibi deh, bibi gak bakal takut" ujar BI Sumi tidak akan merasa takut. Lagi pula mana ada hantu pagi-pagi begini?.

"Iya deh bi, bi Sumi si paling pemberani. Udah lupain aja aku mau makan".

"Hahaha iya non"

Aku tidak menemukan siapa-siapa di meja makan, apa mama sudah berangkat kerja?. Hhhh harusnya aku tidak perlu heran lagi, ini sudah biasa.

Asya POV end


Mousikos [ON GOING!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang