3. Apa aku bisa pulang?

76 11 3
                                    

෴☬෴

2028;

Albert baru pulang dari kantornya sekitar pukul sepuluh malam. Situasi sedang tidak stabil akhir-akhir ini, perkiraannya ini akan terus menerus terjadi hingga pemilu usai. Situasi biasa di tahun menjelang pemilu, mesti dunia perpolitikan sedikit menghangat. Mobilnya sudah terparkir apik di garasi, ia menenteng tas berjalan memasuki rumah. Teramat capek badannya, mata kantuknya menelisik setiap penjuru rumah yang sudah terlihat sepi. Pasti betul anak, istrinya sudah berada dikamar. Satu persatu tangga ia pijak, hanya bunyi ketukan dari sepatunya saja yang terdengar, matanya sambil melihat kanan kiri sudut rumah. Rumah ini, rumah yang sepi namun terdapat kenangan luar biasa banyak. Rumah yang ia bangun dengan susah payah, dengan pundi-pundi uang yang ia kumpulkan.

Deringan nyaring ponsel dari dalam tas Albert memecah keheningan malam suram. Nomor Tidak Dikenal, tercantum dalam kolom ponsel pintarnya, tetap diangkatnya, bisa mungkin kliennya atau terjadi keadaan darurat di kantor. Suara dari laki laki terdengar berat keluar dari ponsel

"Suatu perjanjian tak bisa diputus begitu saja, konsekuensi masih tetap ada. Bagaimana jika anak, istrimu tahu bahwa anda bermain kotor selama ini?".

෴☬෴

1964;

Ayam berkokok lantang, burung-burung berkicau, pagi telah tiba. Ku buka jendela kamar melihat suasana luar, sejuk suasana pagi era ini. Aku melamun memandang luar jendela, orang-orang berlalu ramai dengan aktivitas masing-masing tak menghiraukan apa yang terjadi di kiri kanan mereka. Pintu kamar terbuka ku tengok ada Nimas di sana, hari minggu ia libur sekolahnya.

"Kenapa?", tanyaku.

"Cepatlah siap-siap, Mbak. Ayah lekas pulang, dibelikan kau pakaian, ayo bersiap ku bantu berdandan," jawab Nimas sambil menggeret tanganku ke bilik kamar mandi. Waktu berselang, Nimas mendandaniku sedemikian rupa hingga seperti putri keraton tubuhku. Balutan gaun putih bercorak bunga sepanjang lutut dengan bentuk balon pada lengan pendek, seperti midi dress jika dimasa depan.

𝖄𝖆𝖓𝖌 𝕷𝖆𝖒𝖆 𝕻𝖊𝖗𝖌𝖎 || Pierre Tendean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang