Dari kejauhan tampak dua makhluk yang sedang mengobrol dengan sangat akrab, siapa yang menyangka bahwa mereka berdua sebenarnya bertentangan.
" gun, kau tau semalam aku melihat ada seseorang yang menyeramkan tinggal di apartemen yang sama dengan kita " celoteh jungoo di gendongan jonggun
" hm "
" bagimana yah jika dia tiba tiba membunuh ku. Aaaaa tidak tidak, aku harus menemukan cinta ku terlebih dahulu sebelum mati " ricuh jungoo dengan sedikit teriakan di telinga jonggun
" sialan jangan teriak di telinga ku "
Sungguh jonggun kesal, jungoo benar benar berisik, suara cemprengnya merusak telinga jonggun. Tapi ntah kenapa jonggun masih saja menggendong pemuda pirang itu.
" turun, kita sampai " titah jonggun saat sampai di pintu masuk
Jungoo turun dari gendongan jonggun, berjalan terlebih menuju kamarnya. Jonggun mengikuti junggo dari belakang. Sebenarnya kan mereka tetangga kamar, jadi jonggun tak mengikuti jungoo memang kamar mereka yang bersebelahan.
Jonggun menatap aneh para jungoo yang berdiri di depan pintu kamarnya, bukankah kamar jungoo di sebelah
" apa yang kau lakukan di depan pintu kamar ku? "
" aku akan mengunjungi kamar teman ku "
Jonggun terkejut, teman? Apa apaan si kuning aneh ini. Baru kenal semalam dan tadi saja dia menganggap ini pertemanan, sungguh konyol menurut jonggun. Namun jonggun tahu, jika ucapan jungoo tak di iya kan maka si kuning ini akan mengoceh sepanjang hari. Itu 10x lebih menyebalkan
" jangan membuat kamar ku berantakan "
Jonggun membuka pintu kamarnya, mempersilahkan jungoo masuk. Jungoo tercengang, dilarang membuat kamar ini berantakan, sedangkan yang jungoo liat ini tak mirip seperti kamar tapi ini mirip seperti kapal pecah atau reruntuhan kuno.
" kau melarang ku membuat kamar mu berantakan, sedangkan ini pemandangan apa? Ini sebuah kamar atau sebuah reruntuhan kuno? "
" ck, keluar saja kalau kau tak nyaman "
Jonggun menjawab dengan kegiatan meletakkan belanjaannya di kulkas. Jungoo mendekat, menatap nanar pada dapur yang sepertinya habis digunakan untuk berperang. Junggo mulai merapikannya sedikit demi sedikit, meletakkan benda benda pada tempatnya. Jonggun hanya menatap jungoo dalam diam.
" jangan melihat ku seperti itu "
" apa yang kau lakukan? "
Jungoo menoleh kesal, apa mata jonggun bermasalah? Atau mata buteknya itu sudah buram ?
" heh mata butek, tak bisakah kau melihat dengan baik atau mata mu sedang dalam masalah?
Jonggun kesal di panggil seperti itu, tak sopan
" maksudku kenapa kau melakukannya, kita baru kenal dan kau seharusnya tak perlu melakukan itu "
Meski jonggun kesal dia mencoba berbicara dengan lembut, dia tak ingin jika ada manusia yang mengetahui identitasnya karna dia kelepasan emosi.
" aku hanya prihatin pada apartemen ini, takut jika tiba tiba runtuh karna tak terawat " jawab jungoo dengan melanjutkan acara bersih bersihnya
Jonggun makin kesal mendengar penjelasan jungoo, sungguh mulut si pirang itu benar benar laknat. Tak mau hanyut dalam emosinya, jonggun mendekat ke arah jungoo. Membantu si kuning membersihkan dapurnya dan ruang ruangan lainnya.
Cukup lama mereka membersihkan kamar jonggun, sumpah menurut jungoo kamar ini seperti sebuah penemuan bersejarah yang baru saja di temukan ratusan tahun setelahnya, padahal jonggun baru tinggal sehari, bagaimana bisa sekacau itu.
Hari sudah menjelang sore, matahari sudah bergeser ke barat. Jungoo menatap matahari terbenam itu dengan senyum lembut yang dia tampilkan. Jonggun yang baru keluar dari kamar tidurnya melihat jungoo yang sedang menatap matahari terbenam dari balkon kamar apartemennya. Jungoo yang merasa ada seseorang di belakangnya, berbalik dan mendapati jonggun yang sedang berdiri menatapnya.
" aku ingin di sini lebih lama, tapi aku harus pergi malam ini. Sampai jumpa esok gun "
Jungoo berucap dan keluar dari kamar jonggun. Sungguh sebenarnya jungoo ingin bersama jonggun lebih lama. Jungoo nyaman dekat dengan jonggun, dia senang punya teman yang mendengarkan semua ceritanya, walaupun kadang jonggun tak menyahutinya, yang penting jonggun mendengarkan celotehnya.
Malam telah tiba, jungoo harus melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Jam menunjukkan pukul 11 malam, ritual itu akan di mulai sebentar lagi. Sebuah sayap putih berkilau terbentang di salah satu kamar apartemen. Jungoo akan bersiap untuk kembali ke hutan itu. Baru ingin membuka pintu balkonnya, netranya menatap sebuah bayangan hitam sedang melesat pergi. Sayap hitam yang menakutkan mengepak di udara, membelah angin malam yang dingin.
' jonggun? ' ucap nya lirih
Jungoo terkejut, dengan nafas yang terengah dan bibir yang bergetar. Jungoo mencoba menepis semua fakta bahwa yang dia liat barusan adalah jonggun. Tak mungkin, jonggun tak mungkin seorang iblis. Jungoo terjatuh di balkonnya, kakinya lemas saat menatap pintu balkon jonggun terbuka. Jonggun benar benar seorang iblis?
Huaaa maaf yah kalau chap ini ga nyambung atau ambigu, jujur di part ini aku bingung parah ama alurnya hiks ╥﹏╥
Tapi Jan lupa vote yah reader tercintah ᜊ
Happy reading luv
KAMU SEDANG MEMBACA
gungoo | heaven chasing hell [ END ]
FantasyPernahkah terlintas di benak seseorang bagaimana caranya seorang malaikat jatuh cinta pada sang iblis? Haruskah malaikat itu mematahkan sayap putihnya dan menggantikannya dengan warna hitam ? Bisakah sang malaikat mengejar takdir cintanya Ataukah...