12 | Takjub

44 8 0
                                    

"Videonya sampai masak kelar aja. Yang kalian makan-makan gak usah direkam."

Hanya empat dari lima anggota Cariwang---tanpa cowok ber-hoodie kuning yang entah ke mana ---yang menoleh begitu arahan Mario menggema di dapur. Satu cowok tampak cuek dan sibuk menggulir layar ponsel di samping kameramen yang baru mulai turut menatap Mario. Qarell refleks menunduk menyadari salah satu cewek tersenyum ke arahnya. Bukannya itu pacar si Shabil Shabil itu?

"Kenapa, Kak?" Friendly, satu-satunya orang yang menghampiri Mario dengan pertanyaan pelannya.

"Waktunya nggak cukup. Kakak harus pulangin Xarell sekarang."

Tanpa bertanya lebih lanjut, Friendly mengangguk. Muncul segaris sorot kecewa di matanya sebelum akhirnya gadis itu melempar senyum akrab. "Hati-hati kalau gitu." Gadis itu menatap Mario dan juga cowok di samping pemuda itu bergantian, tidak lupa melambaikan tangan akrab.

Qarell tersenyum canggung sebelum kemudian menyusul Mario yang beranjak lebih dulu.

"Sayang banget sebenarnya ..., tapi daripada Kakak diamuk Om kamu."

Dalam perjalanan, Mario mencurahkan sesalnya. Namun juga menerimanya. Dan tak lupa mencoba memahaminya. Selang 25 menit, pemuda itu berhasil mengembalikan talentanya ke tempat tinggalnya dengan selamat. Hanya talentanya saja yang turun dari mobil, sementara pemuda itu harus kembali ke rumah Friendly.

Oh, jadi gitu. Meski singkat, tetapi Qarell cukup menangkap banyak hal tadi.

Langkah Qarell seketika tertahan melihat dua mobil terpakir rapi. Bukan mobil yang sering Qarell lihat di garasi. Qarell langsung mengurungkan diri masuk rumah lewat pintu depan karena yakin itu mobil tamu. Masuk lewat pintu bekalang, Qarell langsung menuju kamar Xarell tanpa menolah kanan-kiri. Namun, sesuatu menarik perhatiannya sebelum memutar knop pintu kamar. Pintu kamar Lona terbuka, memperlihatkan gadis itu tengah sibuk dengan kegiatan yang mengingatkan Qarell dengan seorang. Gadis itu melukis pada kanvas putihnya. Secara kebetulan Lona melihat kehadirannya. Gadis itu menerbitkan senyum manisnya.

Tak ada alasan Qarell mencuekinya. Qarell menghampiri Lona setelah tersenyum tipis.

"Liyat Ka- gambar apa?"

Mungkin maksudnya "Lihat. Kakak gambar apa?" Qarell berusaha memahami perkataan Lona sembari menatap kanvas di depannya. "Kupu-kupu, ya?" Sangat jelas itu lukisan kupu-kupu.

"Iya, Rell."

"Bagus."

Qarell tak ragu memuji lukisan Lona. Mata Qarell menatap sekeliling, mendapati lukisan-lukisan yang terpampang. Qarell belum pernah memperhatikan dekat lukisan-lukisan yang terpajang di rumah. Qarell berpikir, kalau lukisan-lukisan yang terpampang di ruang tamu adalah karya Lona.

Nanti Qarell akan mengeceknya sendiri.

Dan omongannya terbukti sore harinya. Saat rumah sepi, Qarell menhampiri satu per satu lukisan yang terpajang di ruang tamu tertulis nama Lona.

Qarell sangat takjub dengan lukisan-lukisan dan bakat sepupunya itu.

***

Xarell bahkan melihat tanda itu dari ia masih dalam perawatan di rumah sakit. Namun, Xarell tak pernah peduli dan memperhatikannya lekat-lekat. Dan baru malam ini Xarell memperhatikannya saksama. Diara menyuruh putranya sekolah besok. Xarell ingin menghapus tanda itu, tetapi tak kunjung hilang walau dicuci dengan sabun berkali-kali.

Apa ini tato temporer kualitas bagus sampai susah hilang begini?

Siapa yang memasangkannya?

Xarell mengingat dengan jelas tanda itu tidak ada di tangan Qarell saat sebelum kecelakaan. Berbeda dari sebelumnya, Xarell jadi memikirkannya dan penasaran pada orang yang memasangkannya.

Tetapi ... dilihat-lihat bagus juga. Enam bintang berjejer rapi di bawah nadi.

Selain menduga tato temporer kualitas bagus, kini Xarell berpikir yang tak masuk akal. Mungkin tatonya emang jodoh dengannya, maka dari itu enggan hilang walaupun dihapus sampai habis satu balok sabun mandi. Xarell dibuat tersenyum oleh pemikirannya itu. Xarell tak ingin pusing malam ini. Besok ia akan menutupinya dengan plester agar tak jadi masalah di sekolah. Xarell melangkah keluar kamar mandi, tidak lupa hati-hati agar tak kesandung untuk ketiga kali.

Xarell tak punya aktivitas setelah itu. Makanya yang ia cari saat ini ialah Diara. Xarell menuju ruang tengah lalu menemukan Diara tertidur di karpet hijau rumputnya sementara sewadah besar stik bawang buatannya yang seharusnya segera masuk stoples jualan teronggok dingin. Mamanya tampak lelah. Wanita itu sangat bekerja keras membuat ini itu setiap harinya untuk jualannya.

Stik bawang tak boleh semakin dibiarkan lama. Detik itu Xarell mulai mengisi setiap stoples yang kosong dengan stik bawang sampai penuh. Xarell berhasil mengisi 15 stoples dari satu wadah stik bawang. Giliran bagian merekatkan selotip pada tutup stoples agar menolak udara masuk yang cukup memerlukan waktu lama. Lima belas menit berjalan, Xarell hanya mampu merekatkan empat tutup stoples.

Tahu-tahu Diara terbangun dari tidurnya dan terkesima dengan apa yang putranya lakukan. "Dari kapan kamu?" Sorot terkesima itu belum hilang saat Diara berganti posisi menjadi duduk.

Jangan canggung. Xarell mengisyaratkan dirinya sebelum menjawab. "Nggak lama kok, Ma."

Dan Xarell bisa.

"Oh ...." Diara sulit mengontrol ekspresinya. Namun pada akhirnya wanita itu menyamber satu stoples stik bawang yang belum berselotip dan berkata, "Makasih udah bantu Mama."

Xarell mengangguk manis. Tak acuh dengan gestur aneh sang mama.

Sisa-sisa stoples yang belum direkat selotip akhirnya dikerjakan bersama. Xarell enggan pergi sebelum semuanya beres.

***

Fantastic YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang