11 | Minggu Pagi

48 5 0
                                    

Anda :
Kenapa lo gak pernah ngomong soal Navy?

Qarelldanuarta Skaya Dewangga :
Emang belum?

Anda :
Ya.

Qarelldanuarta Skaya Dewangga :
Sorry.
Gue manusia biasa.
:)

Anda :
-_-

Qarelldanuarta Skaya Dewangga :
:)

Xarell mengumpat dalam hati. Ini jelas kembarannya sudah melakukan kesalahan. Ia melempar ponsel kesal ke bantal. Di sampingnya, ada Navy yang sibuk melihat-lihat album kenangan masa SMP kembarannya yang belum pernah Xarell sentuh. Tiba-tiba Navy menceletuk membuatnya gelagapan langsung.

"Lengket, Ell."

Tak tanggung-tanggung Xarell menyentuh jari telunjuk Navy. Jari Navy betulan lengket. Xarell beralih menatap halaman yang terbuka dan menemukan bagian yang buram. Xarell langsung mengambil alih album lalu mengusap bagian yang seperti terkena minuman manis dengan seprai. Hasilnya tak sepenuhnya bersih karena memang sudah membandel.

"Nih." Xarell tersenyum, mengembalikan album pada Navy dan berakhir memandangi sisi wajah teman masa kecilnya itu dalam diam.

Navy masih kalem seperti dulu. Dan mungkin masih anak kesayangan ayahnya. Banyak pertanyaan yang ingin Xarell lontarkan pada Navy. Sayangnya harus tertahan keras dalam hatinya.

***

Minggu pagi yang cerah. Qarell deg-degan di samping Mario yang tengah menyetir. Mario mengantarkan talentanya untuk berkumpul kembali dengan Cariwang setelah lama absen. Katanya ke rumah Friendly dan akan merekam video berdurasi panjang di sana.

Menit demi menit berlalu. Mobil hitam Mario berhenti di pekarangan rumah minimalis. Dua motor sport di samping mobil Mario pasti milik anak-anak Cariwang yang sudah datang. Mario menuntun serta merangkunya mendekati rumah.

"Kamu buka sendiri."

Mario melepaskannya sebelum mencapai pintu. Qarell berusaha menguasai dirinya agar lepas dari deg-degannya. Ia pasti bisa. Ia manarik napas panjang sebelum akhirnya menekan knop pintu.

"YAAAAA!!"

Seruan dari lebih dari satu orang dan hujan kertas kerlap-kerlip menyambut kedatangannya. Cowok ber-hoodie kuning menariknya untuk bergabung dengan yang lain. Tujuh orang termasuk dirinya sendiri kini kompak berlesehan di karpet halus.

"Rell, nggak apa kan langsung direkam?"

Qarell tentu tak kaget dengan ucapan Friendly. Dan nyatanya pun ada dua kamera yang sudah on dari ia membuka pintu. Satu dari dua kamera dijaga kameramen. Qarell menggelengkan kepalanya daripada ia bicara malah kaku. Orang-orang di sekitarnya ini orang baru. Bukan teman sekolahnya. Bukan teman setim basketnya. Bukan para remaja kompleks yang biasa main dengannya. Mereka semua teman seperjuangan kembarannya.

Akhirnya Cariwang komplit dengan tujuh anggotanya. Hasil rekaman hari ini untuk di-uploud Selasa. Friendly bak MC yang lebih banyak bicara. Gadis itu mengklarifikasi berita kecelakaan Xarell. Membenarkan berita itu dan membantah komentar dan kabar miring yang sempat bermunculan. Dari yang Xarell kecelakaan karena mabuk. Menabrak orang. Ugal-ugalan. Friendly dibantu cowok yang duduk di samping cewek itu serentak membantah.

"Parah banget sih kalian yang bilang gitu," ujar cowok yang Qarell tak tahu namanya.

"Jadi gak usah khawatir lagi dan takut Xarell ilang. Nihh, dia balik ama kita." Friendly melanjutkan. "Udah ya gays bahas itu. Kita mau masak-masak. Kita rayain Cariwang full member lagi."

Kamera terus merekam sampai para anggota Cariwang mulai beraktivitas di dapur. Qarell, satu-satunya anggota Cariwang yang tak ikut ke dapur. Mario menahan kedua bahunya dari sebelum yang lain beranjak ke dapur. Mungkin pemuda itu menjalankan pesan Lano sebelum mereka berangkat. "Jangan bikin dia capek-capek dulu."

Ucapan Lano sangat tegas. Mario pasti cari aman.

"Mau minum gak, Rell? Gue buatin di dapur," tawar Mario yang langsung membuat Qarell mendongak dan menolak cepat.

"Enggak usah, Kak."

"Oh, oke."

Mario menanggapi tenang lalu akhirnya bersila di samping talentnya. Kemudian Mario mengambil ponsel dari kantong celananya sampai kemudian melapor pelan. "Ommu nge-chat Kakak, Rell."

Mario tak membacakan pesan itu, tak tanggung-tanggung menunjukkan pesan Lano di depan mata talentanya langsung. Pulangin Xarell di bawah jam 12. Begitu isi pesan Lano.

"Ini jam berapa sih?" Mario memandang arlojinya untuk melihatnya sendiri. "Jam sembilan lebih." Garis cemas sedikit muncul di matanya. "Cukup nggak ya?"

Qarell menggeleng. Tentu saja ia juga tak tahu.

***

Fantastic YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang