Sabtu, 4 Mei 2024
Dengan langkah yang gontai,
juga kurasakan nafasnya seiring
tertahan disela isaknya.
Pandanganku mulai redup,
seiring dengan tubuhku yang luruh
hingga tak kuasa untuk menahan akan beratnya tubuh.Keadaan lantas membuatku memilih
untuk lebih banyak diam,
sekalipun jiwa sedang meronta-ronta
ingin didengarkan.
Aku diam sebenarnya bukan
karena aku takut atau tidak berdaya,
melainkan itu semua hasil dari
pengendalian diri agar tidak tersulut emosi.Aku masih ingat betul
bagaimana aku dibicarakan.
Aku juga memahami dengan baik
bagaimana aku diperlakukan.
Lebih tangguh tidak goyah daripada terpancing dari sebuah amarah.Aku hanya bisa pasrah
kala sebuah kepalan tangan
melayang ke arahku,
berbagai umpatan serta
sumpah serapah selalu menyertai keberadaan diriku.Kala itu tidak banyak yang bisa
aku lakukan selain hanya diam.
Melainkan aku merasakan itu semua
dengan senyuman,
meski hingga pada akhirnya
aku kehilangan kesadaran.Aku percaya,
jika takdirku tidak sebaik
dengan mereka.
Juga terkadang aku berfikir,
jika aku memang tidak pantas untuk dicintai, melainkan hanya pantas untuk dibenci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Citraan
Poesía[ Bismillah, berani lo plagiat, gw tunggu hukumannya di akhirat! ] "Ketika kata-kata tak cukup untuk mengungkapkan perasaan, puisi hadir untuk memberikan suara pada hati yang terdalam." Imaji atau Imajinasi adalah susunan kata yang bisa memperjelas...