4

47 8 1
                                    

Happy reading.

Simulasi

Seorang laki-laki frustasi sambil melepas kain yang awalnya menutupi wajah, dijadikannya masker. Kini dia melangkah keluar dari laboratorium pribadi miliknya, dan langsung berpapasan dengan sang Ayah yang nampak bersiap pergi.

"Kau baru bangun?" tanya Aris. Matanya meneliti penampilan anaknya yang acak-acakan khas bangun tidur.

"Aku bahkan belum tidur," sahut Alvin dengan wajah yang terlihat menahan ngantuk. "Ayah mau pergi ke Medan Laga?"

"Iya. Hari ini akan ada simulasi kedua buat Remhan," jawab Aris tanpa menoleh. Sedari tadi dia sibuk mencari sesuatu.

Alvin mendatangi ayahnya yang sudah ingin pergi karena barang yang cari sedari tadi sudah didapatkan. "Apa Bella ada di Medan Laga? Akhir-akhir ini dia tidak kelihatan."

Mendengar pertanyaan anaknya Aris langsung berbalik. "Sebaiknya kau jangan temui Bella," perintahnya lalu pergi meninggalkan Alvin yang masih berdiri di depan pintu, terheran dengan apa yang ayahnya baru saja katakan

"Apa Bella sakit," gumam Alvin dengan perasaan khawatirnya.

❄️❄️❄️

Para prajurit paru saja mengumpulkan Remhan di sebuah lapangan, cukup lama hingga beberapa Dewan dan Kepala Prajurit datang menghampiri lalu berdiri di depan mereka.

"Maaf menunggu lama. Hari ini akan diadakan simulasi kedua. Pada simulasi kali ini kalian tidak akan melakukannya sendiri, karena semuanya akan melaksanakannya secara bersamaan, untuk itu beberapa Dewan yang hadir akan melihat keunggulan kalian," jelas Aris yang berdiri di antara dua Dewan.

Hanya terdapat dua Dewan saja yang ada di sana, yaitu Dewan Area Satu dan Dewan Area Dua. Mereka berdua yang menjadi perwakilan para Dewan untuk mengawasi di simulasi kali ini. Sedangkan Dewan lain menyelesaikan masalah terkait protes warga Petron yang mulai anarkis.

Seluruh peserta satu persatu berjalan mengikuti perintah Aris yang entah membawa mereka kemana. Lio tiba-tiba berjalan di samping Zavier. "Kurasa dewan bertubuh kecil terus menatapmu tadi."

Zavier tak merespon apa yang diucapkan Lio. Laki-laki berambut mullet itu sama sekali tidak peduli dengan apa pun, apa lagi jika Lio yang bicara, sungguh menyebalkan menurutnya.

Sejauh mata memandang ruangan kali ini cukup lebar dari pada sebelumnya dan sudah dipenuhi dengan salju putih yang tak tahu apakah itu asli atau tidak, tapi yang pasti itu sangat dingin.

Zavier mendengus kesal dengan hawa dingin yang dia rasakan sekarang, tapi membayangkan nantinya mereka akan dikirim keluar dari Petron dan berhadapan dengan lebih banyak salju membuat Zavier semakin kesal. Dua Dewan dan Kepala Prajurit hilang entah kemana, sedangkan pintu yang baru saja mereka semua lewati terkunci rapat, sehingga tidak ada lagi yang bisa kabur dari ruangan simulasi.

Para Remhan bagai tidak percaya dengan ruangan ini, mereka benar-benar tidak tahu bahwasanya Petron memiliki ruangan keren dengan salju. "Apa salju ini asli?" tanya seorang pria berambut panjang yang diikat rapi, sambil menatap ke arah kakinya yang hampir selutut tenggelam oleh salju.

"Ini hanya simulasi Bruno" jawab Ann dengan ekspresi wajah yang seperti mengatakan bahwa semua yang ada di ruangan itu adalah palsu.

Suara terdengar melalui sound system seperti sebelumnya. Suara itu adalah milik Aris yang sedang berada di atas sana mengawasi mereka dibalik kaca bening. "Simulasi kedua kalian akan melakukan sebuah misi. Jauh di depan kalian terdapat banyak jebakan yang bisa saja membuat kalian terluka, tapi jika kalian teliti terdapat juga berbagai alat yang nantinya sangat diperlukan. Kalian hanya perlu menekan tombol yang berada jauh di depan kalian, dengan catatan seluruh peserta harus sampai ke sana tanpa tertinggal satu pun, dengan itu simulasi kedua akan selesai," ucap Aris menjelaskan. Aris yang berbicara melalui mic tidak peduli apakah para remaja mengerti dengan penjelasannya atau tidak, karena menurutnya dia sudah menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami.

PetronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang