Chapter 3. Gangguan di Sekolah

156 93 170
                                    

"Tidak bisa, mata batinnya sudah terbuka secara permanen, karena itu sudah sejak lahir dan merupakan kehendak dari yang maha kuasa, kita tidak bisa mengubahnya." ucap Ni Ijah menjelaskan.

"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi tadi pada Pijar, Ni?" lagi Janitra bertanya.

"Pijar sudah diincar sejak awal datang kemari, untuk membalaskan dendam dan rasa sakit sosok tersebut pada kamu, Janitra." ucapan Ni Ijah terjeda.

"Siapa yang melakukannya, Ni?" ucap Janitra, yang sudah dihantui rasa penasaran dalam benaknya.

"Apa kau ingat dengan cucuku, Vira, Janitra?" ucap Ni Ijah, yang malah balik bertanya.

"Tentu, saya ingat, Ni. Memangnya ada apa dengan dirinya? Apa ada hubungannya dengan kejadian ini, Ni?" lagi Janitra mengajukan pertanyaan.

"Kau benar, Janitra. Vira lah dalang dibalik peristiwa yang menimpa anakmu." jawab Ni Ijah dengan raut wajah yang sendu.

"Bagaimana bisa, Ni?" tanyanya lagi.

"Maafkan Nini, dia telah bersekutu dengan iblis, sehingga sukmanya digunakan oleh roh jahat yang memang diminta untuk membalaskan dendam, akibat rasa sakit hatinya padamu, Janitra." Jawab Ni Ijah yang mulai menitikkan air mata, karena merasa bersalah.

"Tidak apa-apa ni, ini semua bukan kesalahan, Nini. Jadi, Nini tidak perlu minta maaf. Lalu bagaimana keadaannya sekarang, Ni?" tanya Janitra, sementara yang lain hanya menyimak obrolan mereka saja tanpa menimpali apapun.

"Untuk saat ini Nini juga belum tahu keadaan raganya di rumah seperti apa, karena sukmanya telah menghilang entah kemana saat berada di alam gaib tadi." ujar Ni Ijah.

"Baiklah Ni, lebih baik sekarang Nini cek saja dulu kondisi Vira di rumah, dan terima kasih telah membantu Reyna untuk menolong Pijar, Ni." ucap Janitra.

"Iya, sama-sama. Kalau begitu, Nini pulang dulu ya semuanya." ucap Ni Ijah, dan langsung berpamitan.

"Iya, Ni. Hati-hati di jalan." Jawab mereka semua secara serentak.

"Syukurlah, semua sudah baik-baik saja." gumam Nek Emi, yang sempat khawatir dengan keadaan semalam.

Sementara di tempat Ni Ijah berada saat ini, yaitu di rumahnya. Dia sedang melihat kondisi raga cucunya, setelah sukmanya hilang di dalam alam gaib. Terlihat tubuh Vira yang terbujur kaku di atas tempat tidur, dia tidak sadarkan diri namun denyut nadinya masih ada, Ni Ijah merasa lega mengetahui cucunya masih hidup.

Keesokan harinya, Vira terbangun seperti orang kebingungan dan tidak waras. Raganya memang utuh, tapi jiwanya telah hilang. Vira menjadi gila akibat ulahnya sendiri. Itulah kenapa manusia tidak diperbolehkan untuk menggunakan ilmu hitam, ataupun bersekutu dengan iblis. Karena semua itu pasti akan ada balasannya, dan hal itu merupakan dosa besar, apalagi bagi umat muslim. Dan jangan pernah menyimpan dendam pada siapapun, apalagi sampai ingin membalas dengan cara yang keji seperti itu, karena semua itu bisa saja kembali pada dirimu sendiri.

Hari-hari selama Pijar berada di kampung tempat neneknya berada, yaitu di kota Ngawi telah usai. Kini, sudah waktunya mereka bertiga kembali ke Banyuwangi. Setelah kejadian malam itu, bersyukurnya sudah tidak ada lagi gangguan yang diterima oleh Pijar. Kini, dirinya bisa bernapas lega untuk sementara waktu. Namun, apakah hanya sampai disitu kisah menyeramkan yang dialami oleh Pijar? Tentu saja tidak, setelah ini Pijar masih akan lebih banyak lagi menghadapi hal-hal semacam ini kedepannya.

***

Kini, di tahun 2013 di mana Pijar telah menginjak usia 13 tahun dan sudah berada di bangku SMP. Saat itu dia sedang berada di sekolahan dan di ganggu oleh satu sosok anak perempuan yang usianya, tidak jauh berbeda dengan Pijar saat itu. Sosok anak perempuan itu berwajah pucat dengan luka sayatan di sekujur tubuhnya yang masih terus mengeluarkan darah, rambutnya di kepang dua, lingkaran matanya hitam dan tersenyum lebar ke arah Pijar yang sedang duduk di dalam kelas. Saat itu, Pijar merasa takut. Namun, Lucas memintanya untuk tetap tenang.

Astral Projection [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang