Chapter 7. Weton Tulang Wangi

102 65 101
                                    

Sementara sukma Pijar, saat ini berada di sebuah hutan yang tidak asing baginya, "Ini seperti, hutan di desa sebelah," batinnya.

Pijar pun melihat ada seorang kakek tua yang berdiri di depan sebuah gubuk yang di bagian luarnya terdapat berbagai macam sajen. Pijar pun bersembunyi di balik pohon besar yang agak jauh dari lokasi kakek tua itu, agar tidak ketahuan.

"Apa yang sedang dia lakukan?" tanyanya dalam hati.

"Sepertinya ada yang tidak beres, di tempat ini,"

"Apa yang harus aku lakukan di sini, kenapa seperti ada yang membawa ku kemari?"

Karena rasa penasarannya yang tinggi, Pijar masih terus memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh kakek tua yang berada di hadapannya itu.

Sementara dari rumah gubuk itu, kakek tua yang diketahui bernama Jagad itu, sedang menyiapkan sesaji untuk persembahan besok malam, yaitu di malam jum'at. Dirinya akan melakukan ritual persembahan untuk menambah kesaktian ilmu hitam yang dianutnya. Jagad tidak peduli dengan yang namanya dosa, hatinya sudah di tutupi oleh hawa napsu yang tinggi akan sebuah ilmu yang jelas-jelas sudah dilarang oleh Yang Maha Kuasa.

"Hahaha...," suara tawa kakek Jagad terdengar nyaring di telinga.

"Seharusnya, semua target ku akan merasakan hawa panas bercampur dengan dingin dari dalam tubuhnya," gumamnya dengan seringai yang tajam. Sayang sekali Pijar tidak dapat mendengar apa yang diucapkan oleh Jagad, karena jaraknya yang lumayan jauh.

Jagad, sedang menyembelih ayam cemani yaitu ayam yang berwarna hitam pekat untuk diambil darahnya, dan dagingnya pun di masak untuk di makan. Tak lupa juga dengan seekor kambing jantan hitam, yang nantinya akan di pakai bagian kepalanya untuk persembahan. Sementara bagian tubuhnya di hanyutkan ke sungai, yang berada tidak jauh dari gubuk tersebut.

Jagad tidak menyadari jika aksinya itu disaksikan oleh salah satu targetnya, yaitu siapa lagi kalau bukan Pijar Renjana, yang besok malam usianya sudah memasuki 17 tahun, lahir di hari kamis wage, yang merupakan weton tulang wangi. Weton yang di cari dan di incar oleh kakek tua tersebut.

Sementara Pijar yang merasa heran, "Untuk apa semua itu?" gumamnya. Pijar, masih belum mengerti apa yang akan dilakukan oleh kakek tua tersebut, dia hanya bisa memperhatikan saja dari kejauhan saat itu.

Dirasa sudah cukup, Pijar pun kembali pada tubuhnya. Padahal, Pijar merasa perjalanan gaib kali ini hanya memakan waktu sebentar, tapi tanpa terasa waktu di dunia nyata sudah menunjukkan pukul 2 siang. Yang artinya, Pijar melakukan astral projection cukup lama dari biasanya. Beruntung Pijar, sudah kembali ke dalam tubuhnya tepat sebelum Reyna datang, jadi Reyna tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

Namun, Lucas masih dibuat ketar-ketir oleh Pijar. "Pijar kau dari mana saja, hah?" tanya Lucas, saat melihat Pijar telah kembali pada tubuhnya.

"Tenang saja, Lucas. Aku baik-baik saja," jawab Pijar dengan santai.

"Bohong, pasti ada yang kau sembunyikan, kan?" cecarnya lagi.

"Baiklah, aku tadi pergi ke hutan di desa sebelah, dan kau tahu apa yang ku lihat?" ucap Pijar.

"Apa?" tanya Lucas.

"Aku melihat seorang kakek tua yang sedang melakukan hal yang mencurigakan," jawab Pijar.

"Hal mencurigakan bagaimana, maksudnya?" tanya Lucas yang penasaran. Akhirnya, Pijar pun menceritakan semua yang dia lihat tadi secara detail kepada Lucas.

Setelah mendengar penjelasan dari Pijar, Lucas pun terkejut dan mulai berpikir, "Apa ini firasat yang aku rasakan sejak tadi. Bagaimana kalau kakek tua itu mengincar Pijar, karena memiliki weton tulang wangi?" batinnya.

Astral Projection [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang