Chapter 6. Sosok Hitam Besar Berbulu

133 84 152
                                    

"Sudah mendingan sih, Mal," jawab Pijar.

"Syukurlah kalau gitu." jawab Mala.

Singkat cerita, waktu telah berlalu begitu cepat, saat ini sudah waktunya Pijar pulang sekolah. Pijar pun dijemput oleh Janitra, akhirnya mereka berdua pun pulang.

Sesampainya di rumah, seperti biasa Pijar dan Janitra bergantian untuk mengantri mandi. Kali ini, Pijar lebih dulu yang mandi sore itu, sementara Janitra menunggu di teras belakang sembari menikmati udara sore yang menyegarkan.

"Huh, udaranya segar sekali," gumam Janitra sembari menghela napas panjang.

"Kau sedang apa, mas?" tanya Reyna yang tiba-tiba muncul dari arah dalam.

"Sedang menikmati udara segar," jawab Janitra dengan santainya.

"Tuh anakmu sudah selesai mandi, tadi katanya mau mandi?" tanya Reyna.

"Sudah selesai rupanya, ya sudah aku mandi dulu." jawab Janitra, kemudian beranjak ke kamar mandi.

Sedangkan Pijar yang sudah menyelesaikan mandinya, kini berada di ruang tamu sembari menonton televisi.

"Bagaimana sekolah mu, nak?" tanya Reyna yang tiba-tiba datang menghampirinya dan duduk di sebelah Pijar.

"Alhamdulillah lancar, bu. Tapi, hari ini tubuhku terasa aneh, bu. Hanya saja aku tidak tahu kenapa," jawab Pijar menceritakan semua yang dia rasakan saat itu.

"Aneh bagaimana maksudnya?" tanya Reyna.

"Tubuhku tiba-tiba saja terasa panas, tapi saat teman ku memegang kening ku, katanya tidak panas sama sekali." ucap Pijar.

"Panas?" gumam Reyna yang kebingungan dengan apa yang dimaksud Pijar.

"Tapi, tenang saja bu. Sekarang sudah lebih baik kok." Sahut Pijar lagi.

"Syukurlah kalau begitu." jawab Reyna.

Tanpa terasa malam hari pun tiba, Pijar telah masuk ke dalam kamarnya. sementara Janitra dan Reyna juga sudah berada di kamar mereka sendiri. Sekitar pukul 9 malam, Pijar melihat ke arah jendela yang hanya tertutup dengan hordeng putih transparan. Pijar melihat satu sosok hitam bertubuh besar berbulu, matanya merah menyala, semacam genderuwo. Saat netranya melihat hal itu, Pijar langsung merinding bukan main, bulu kuduknya berdiri, serta merasakan panas dingin.

"Makhluk apa itu?" batin Pijar, sembari menutup matanya dengan tangannya.

Pijar, ingin sekali berteriak, namun mulutnya terasa terkunci. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, dia hanya diam terpaku di atas kasurnya, dengan netra yang masih menatap ke arah sosok tersebut.

"Ku mohon jangan ganggu diriku," batin Pijar lagi.

Lucas yang saat itu berada di sana pun ikut menyaksikan pemandangan makhluk menyeramkan itu pun langsung pergi ke luar untuk menghampiri makhluk tersebut. sosok hantu anak kecil ini termasuk berani berhadapan dengan sosok makhluk hitam besar tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lucas.

"Aku hanya menjalankan tugas dari seseorang" jawab makluk besar tersebut. "Tugas apa yang kau maksud?" tanya Lucas lagi.

"Kau tidak perlu tahu, itu bukan urusanmu anak kecil," ucap makhluk tersebut dengan mata yang semakin memerah menyala.
"Tentu saja itu urusanku, karena dia adalah teman ku." jawab Lucas dengan penuh emosi.

Karena merasa terganggu dengan adanya sosok Lucas, sosok hitam besar itu pun langsung menghilang entah kemana. Dan bersamaan dengan menghilangnya sosok hitam itu, Pijar kembali bisa menggerakkan seluruh tubuhnya yang semula kaku. Lucas pun kembali ke sisi Pijar.

Astral Projection [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang