Bab 2 (Perjodohan)

0 0 0
                                    

Dua orang wanita sedang menikmati kopi di caffe akan tetapi Anindya hanya melamun saja membuat sahabt nya kebingungan

"Nin, tadi siang Haidar nanya lu dimana" Ujar Kirana merupakan sahabat Anindya selama kuliah dulu. Mereka sering diibaratkan oleh teman angkatan nya seperti kacang beserta kulitnya dimana ada Kirana selalu ada Anindya begitupun sebaliknya, Kirana belum tahu apa yang terjadi dalam hubungan Anindya dan Haidar

"Gw udah putus ran" Jawab Anindya di iringi dengan helaan nafas, Kirana mendengarkan jawaban Anindya sangat terkejut. Sejauh ini Kirana berasumsi hubungan mereka baik-baik saja tidak ada pertikaian

"loh? kenapa? kapan putusnya? siapa yang putusin" tanya Kirana yang bertubi-tubi hanya helaan nafas yang Anindya respon, Anindya mengingat kenangan dengan sang matan kekasih Haidar sehingga air mata keluar dari matanya tanpa ia sadari

Kirana melihat sahabat nya menangis dia membantu menenangkan Anindya

"Gw ga nyangka hubungan 5 tahun hancur begitu saja setelah gw tahu perselingkuhan Haidar" Ujar Anindya membuat Kirana paham alasan putus dan siapa yang putusin, Kirana sangat paham prinsip sahabatnya itu

"Sakit ran, gw tahu dian selingkuh saat ke mall mereka berpegangan tangan menuju bioskop saat itu gw langsung samperin dia dan respon dia kaget lalu minta maaf" Cerita Anindya sambil menghapus air matanya dan berusaha tegar dan melupakan kejadian yang dia alami

"gw dengar juga lu habis operasi tentara ya? " Tanya Kirana untuk mengalihkan topik pembahasan

"Iya, Dua minggu yang lalu" Jawab Anindya

"Wahh, bentuk luka tembakan gimana nin? peluru nya warna apa?" Pertanyaan Kirana membuat Anindya sedikit tertawa kecil, pertanyaan yang random menurut Anindya

"Ya seperti luka, ini akibat kuliah sering bolos" Ujar Anindya sambil mengejek Kirana

"Pasion gw bukan di kedokteran tapi orang tua gw mau kedokteran"

"gimana bisnis jualan skincare lu? gw lihat banyak review konten kreator skincare lu" Tanya Anindya balik

"Ya untung nya berjalan lancar, oiya gw udah ngirim lu beberapa skincare kayaknya wajah lu mulai mengalami penuaan"

"ini agak menghina ya, tapi makasih atas kiriman nya" Ujar Anindya mereka pun tertawa dan membahas kenangan selama mereka kuliah, saat berbincang ponsel Anindya berbunyi

Anindya menoleh kearah ponsel yang di meja melihat siapa yang menelepon nya malam hari

"ran gw angkat telepon dulu ya dari bokap gw" Izin Anindya ke Kirana

Kirana mempersilahkan Anindya mengangkat telepon dari ayah nya tersebut

"Halo pa?" Ucap Anindya ke papa nya

"Kamu bisa datang ke rumah?" Ujar papa nya membuat Anindya menghela nafasnya, Jarang sekali papa nya menyuruh dia datang kerumah kecuali acara besar

Sejak masuk kuliah Anindya hidup mandiri, semenjak ibu nya meninggal jarang sekali Anindya berkunjung ke rumah nya saat libur pun dia tidak pulang. Kirana sering menyebutnya anak durharka karena jarang sekali berbincang dengan orang tua nya

"Bisa, kapan pa?" jawab Anindya

"sekarang" membuat Anindya terkejut apa yang terjadi, apa papanya sakit atau papa nya pergi dinas jauh lagi, Banyak sekali asumsi yang ada di kepala Anindya

"Oke, aku kesana sekarang"

"iya, hati-hati nak" Ujar papanya dan mematikan panggilan telepon

"ran, gw pamit duluan bokap manggil nih" ujar Anindya berpamitan ke Kirana

"Iya nin, Hati-hati ya" Ucap Kirana, Anindya membalas dengan senyuman dan merapikan barang nya lalu pergi dari caffe

Semesta dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang