Bab 7 : Kandang buaya

15 1 0
                                    

Hak cipta dilindungi oleh Allah SWT

             ***********************

suasana kelas yang tadinya ramai tiba tiba hening karena kedatangan seorang guru. mereka langsung pasang badan siap dimeja masing masing.

"siapa ci?" tanyaku berbisik ke suci

"pak nurhasan, raja killer disekolah" balasnya berbisik juga

"tuh liat tuh, penggaris besi yang dipegang"

aku melirik kearah benda yang dimaksud suci "kenapa emangnya?"

"itu buat mukul anak anak kalo bikin ulah" katanya pelan

"segitunya?"

"jangan macem macem deh pokoknya, anteng aja mar biar slamet"

"SUCI!" yang diomongin ternyata sadar kalo lagi diomongin

"i..i...iya pak" jawab suci terbata bata.

"kalo mau ngobrol dirumah, jangan dikelas saya" jawabnya ketus

"ma...af pak"

lalu suci memberi kode padaku untuk diam. aku melirik kearah belakang, ada beberapa murid yang belum masuk kelas termasuk yoga.

"adi?"

suara pak nurkhasan yang tiba tiba, membuat adi terlonjak dari tempat duduknya.

"iya pak?"

"mana yang lain?"

"kurang tahu pak" jawabnya takut takut

PRAAKKK !.....
pak nurhasan memukul penggarisnya ke meja,

"kamu itu ketua kelas, kenapa bisa tidak tahu kemana teman temanmu? ketua itu pemimpin artinya harus tau bagaimana yang dipimpin"
kata pak nurhansan, yang suaranya menggelegar membuat adi ciut.

"siapkan PR minggu lalu, letakkan di atas meja"

pak nurhasan mulai memeriksa meja satu persatu, sesekali memukul tangan siswa yang kurang mengerjakan tugasnya. bukan belum ya, tapi belum selesai aja.
sadis sekali bukan? Dan kini pak nurhasan tiba dimejaku.

"punyamu mana?"

"saya anak baru pak"

"terus kenapa kalo anak baru?"

"saya gak tau kalo ada PR" kataku gugup

"emang kamu gak bisa nanya temen kamu? kamu gak punya HP buat nanya? emang kamu hidup dizaman manusia purba?" tanyanya ceplas ceplos

aku yang diintimadisi seperti itu hanya bisa diam, baru kali ini dimarahi guru berasa disamber gledek.

"setelah jam pelajaran selesai, ikut saya"

aku hanya mengangguk ciut.

"siapa nama kamu?"

"mara pak"

kataku tanpa lelucon "mara tapi gak pake H" bisa bisa dislepet ini mulut.

Suasana belajar rasanya seperti ujian nasional. Anak anak lain semua terlihat menjadi murid teladan, alias memperhatikan pelajaran dengan seksama tanpa bersuara. Aku jadi keringat dingin, kira kira hukuman apa yang sedang menanti ku nanti?

"Ci...."

Suci terlampau serius sampai aku panggilpun dia tak merespon, padahal kita satu bangku.

Al- Mar'atus sholihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang