Bab 3 : Anak baru

32 1 0
                                    

       
Hak cipta dilindungi oleh Allah SWT

                                                                       **********************

Jeduuug !

"awwww....." teriakku bebarengan dengan mba dena

"kenapa sih pah? Ngerem mendadak?" keluhnya

Aku memijit mijit kepalaku yang rasanya juga pening,
sakiit....

"Astagfirullah" kata pak de panik, tanpa berkata sepatah katapun langsung keluar dari mobil.

" ada apa sih mba?"

" gak tau, yuk keluar"

Kompak kita langsung keluar.
Terlihat ramai orang-orang berkerumun di depan mobil, sepertinya terjadi kecelakaan. Dengan tergesa pak de menghampiri kami, wajahnya pucat.

"Kalian naik ojek aja ya, papa mau anter  kerumah sakit"

"Siapa yang ketabrak pa? Papa yang nabrak?"

"Bukan, nanti aja ceritanya dirumah"

Tanpa berkata lagi pak de langsung membuka pintu mobil, mempersilahkan agar korban itu segera dilarikan kerumah sakit.
Kejadian pagi ini tentu membuat jalanan macet, banyak mobil yang masih diam ditempat karena lajurnya dipenuhi motor yang ingin jalan terlebih dahulu. Aku dan mba dena berjalan sedikit kedepan mencari tukang ojek, karena tidak mungkin menunggu bus diwaktu seperti ini.

"Itu disana ada ojek" pekikku sambil menunjuk tiga orang yang sedang duduk di atas motornya.

"Duh kita tunggu ada bus aja ya mar"

"Pasti lama mba, ini jalanan macet banget. Kayaknya bakal lama deh kalo nungguin"

"Lepek tau naik ojek"

" yah Gak keren banget kalo hari pertama udah telat, nggak lepek kok mba kalo helmnya gak dipake"

Dengan setengah malas akhirnya mba dena mau naik ojek juga, dia juga mengikuti arahanku untuk tak memakai helm  walau wajahnya terlihat cemberut.

Cerita bahwa jakarta tempatnya macet bukan lagi berita burung. Ojek yang kami pesan sudah ugal ugalan saja masih kena macet. Sepuluh menit lagi sudah jam 7.

Gelisah...
pantatku panas ingin cepat cepat turun.
Akhirnya jam 7 lewat 20 menit aku sampai tapi mba dena masih di belakang. Kulihat pintu gerbang sudah ditutup.
Tak lama kemudian ojek mba dena sampai juga. Mba dena masih cemberut, seperti masih tak rela karena habis naik ojek. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah.....

Rambutnya mengembang.

aku ingin tertawa sekeras mungkin tapi aku tahan, sampai aku harus mencubit pahaku sendiri.

"apa? Mau ketawa?"
sergahnya, lalu dengan cepat memakai topi sekolah guna menutupi rambutnya yang ngembang.

"engga, masih kliatan cantik kok"
aku mengelus punggungnya, berkata tulus kalau memang dia masih terlihat cantik.

mba dena mendatangi pos satpam, memohon mohon untuk di izinkan masuk. Selain kecelakaan tadi aku juga dijadikan alasan, katanya anak baru jadi sempat salah alamat.

Setelah cukup lama membujuk akhirnya kami di izinkan masuk, mba dena langsung pergi ke toilet, ingin merapikan rambut katanya. Belum sempat bertanya dimana kantor kepala sekolah dia sudah lari terbirit birit.

tahukan apa yang sedang kurasakan?
pusing? Pusing sekali.
dengan sekolah seluas ini tidak ada satu manusiapun yang terlihat,bahkan tidak terlihat murid-murid yang seharusnya berada dilapangan untuk berolah raga.

Al- Mar'atus sholihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang