Keduanya kini sudah berada di taman kota. Lana juga sudah mendapatkan permen kapasnya. Mereka duduk di salah satu bangku taman sambil sesekali bercerita. Mengenang masa kecil mereka yang sering kali pergi ke taman ini.
"Lucu banget, inget gak? Lo nyungsep waktu naik ayunan yang itu HAHAHA!" Lana tertawa terbahak-bahak mengingat bagaimana Erine menangis karena terlalu cepat mengayunkan ayunannya sendiri.
Erine mendengus, namun apalah daya. Dia tidak akan pernah bisa marah pada seorang Aurhel Alana.
"Bawel deh, lo kan juga pernah lari karena ngira dikejar anjing. Padahal anjingnya diem doang." balas Erine meledek.
"IHH ERINE!! MALU GUE KALO YANG ITU!!" Lana yang heboh sendiri jelas membuat Erine terbahak, awalnya kesal namun akhirnya Lana ikut tertawa, kalau di ingat-ingat memang sangat memalukan.
"Gue nangis tapi abis itu lo ngajak gue beli tongkat sailormoon di mall, sayang deh." ungkap Lana sambil memeluk Erine.
"Iyalah, biar lo berenti nangis. Lo kalo nangis berisik soalnya." jawab Erine iseng.
"IHHH!!" Lana memukul lengan gadis itu sebal, sedangkan yang dipukul hanya tertawa-tawa.
Hening beberapa saat, keduanya seakan menikmati hangatnya pelukan mereka sambil menatap langit yang entah mengapa sedang lebih cerah dari biasanya.
"Lo bakal sama gue terus kan, rine?" ucap Lana tiba-tiba.
Erine menanggapinya terkekeh, "Iyalah. Kita kan udah kaya perangko." Erine mengacak pelan rambut Lana.
"Serius Erine, jangan kemana-mana ya? Tetep sama gue." Lana mengeratkan pelukannya.
Erine mengernyitkan dahinya bingung. Tumben sekali Lana seperti ini. Namun ia tak ingin ambil pusing, ia membalas pelukan Lana lebih erat.
"Iya, Alana bawel. Gue bakal sama lo terus, dimanapun lo berada, disitu juga gue ada." ucap Erine lembut.
Lana tersenyum, mendongakkan kepalanya menatap Erine. Menyodorkan jari kelingkingnya, "Janji?"
Erine tertawa melihatnya, "Janji!" kelingking keduanya terkait.
Lana menyandarkan kepalanya pada dada Erine. Begitupun Erine yang terus mengelus kepala Lana dengan lembut. Nyaman, Lana selalu nyaman kala Erine berada di dekatnya.
Bagi Lana, Erine itu obat utamanya. Kehadiran Erine lah yang selalu menguatkan tekadnya untuk sembuh. Ia hanya ingin selalu bersama dengan Erine, menghabiskan sebanyak-banyaknya waktu bersama gadis itu.
Senja mulai menampakkan warnanya, Erine melepas rangkulan mereka, "Pulang yuk? Udah sore, nanti dicariin Bunda lo." tutur Erine.
Lana cemberut, gadis itu masih ingin menghabiskan waktu lebih lama. Erine bangkit dari duduknya, mencubit pipi gadis itu.
"Pulang ya? Nanti gue nginep deh, bolos aja besok nanggung kan lusa libur."
Mendengar pernyataan Erine, Lana langsung sumringah. Ia ikut bangkit lalu dengan cepat mendekap gadis itu.
"Yess! Oke, ayo pulang!" kata Lana semangat.
Erine tersenyum, menggandeng tangan Lana lalu keduanya berjalan ke arah parkiran. Sampai disana Erine segera memakaikan Lana helm, tak lupa memakai helm untuk dirinya sendiri juga.
"Udah siap?" tanya Erine.
"SIAP!" ucap Lana semangat, namun gadis itu tiba-tiba merasakan tidak enak dan mulai memegang dadanya.
"Lan?" panggil Erine khawatir.
Lana mulai kehilangan keseimbangannya, menggunakan satu tangannya untuk bertumpu pada motor Erine.
"LANA?" panik Erine.
"Rine.. S-sakith.." rintih Lana.
Erine segera meraih bahu Lana, membalikkan badan gadis itu menghadapnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat darah mulai mengalir dari hidung Lana. Wajah gadis itu juga terlihat pucat pasi.
"Lan? Lo mimisan!" Erine panik, sepanik-paniknya.
Ia segera menyalakan mesin motornya, membantu Lana untuk naik ke jok penumpang, menyuruh gadis itu untuk berpegang erat padanya.
"Lan, pegangan yang kuat ya? Gue bakal bawa lo ke rumah sakit. Tahan ya?" ucap Erine lalu gadis itu segera melajukan motornya.
Erine menyetir dengan satu tangan, satu tangannya lagi ia gunakan untuk menopang tubuh Lana. Gadis itu dapat merasakan Lana meremas kuat jaket miliknya, sepertinya Lana benar-benar kesakitan. Erine menambah laju motornya. Berharap dapat segera sampai di rumah sakit terdekat.
Namun entah mengapa dewi fortuna sepertinya tidak berpihak pada Erine hari ini. Sebuah truk yang terlihat ugal-ugalan tiba-tiba muncul dari arah berlawanan dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
Erine kehilangan fokusnya, ia membanting setir motornya untuk menghindari truk tersebut namun hal itu membuat motornya hilang keseimbangan dan akhirnya tergelincir.
Membuat dia serta Lana pun terjatuh dan terguling keras karena sialnya jalan itu agak menurun, Erine sudah tak memikirkan motornya maupun dirinya, yang ia pikirkan hanyalah Lana.
Gadis itu dengan cepat menarik dan menangkap tubuh Lana. Mendekapnya dan melindunginya. Membiarkan tubuhnya menjadi tameng untuk gadis itu. Hingga akhirnya ia menabrak keras tembok pembatas jalan, bahkan helm yang digunakannya retak.
Erine masih mendapatkan setengah kesadarannya. Ia masih dapat melihat pengendara dan warga sekitar yang ramai menghampiri dirinya.
Ia masih setia mendekap Lana, berusaha memanggil gadis itu, "Lana.." lirihnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Lana sudah sepenuh tak sadarkan diri. Erine meringis, pelukannya perlahan melemas, pandangan Erine memburam dan menggelap. Ia hanya dapat mendengar suara-suara bising disekitar sampai suara itu benar-benar menghilang.
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana!
Short StoryApapun itu, asalkan untuk Alana, Erine akan melakukannya. Disclaimer : Semua yang ada disini cuman fiksi, bukan cerita perkapalan gxg jadi jangan berharap lebih, harap bijak dalam membaca. Sebenernya ini cerita iseng aja karena susah nyari wattpad l...