Erine menghela nafasnya, kepalanya sekarang bersandar pada bahu Oline. Beberapa hari terus bersama membuatnya cukup akrab dengan si malaikat magang tersebut.
"Gue bosen banget, ini gue gak bisa ngapa-ngapain selain nungguin lo apa?" tanya Erine.
Oline tak langsung menjawab, menggaruk belakang kepalanya bingung. Ya habisnya, arwah seperti Erine memangnya mau melakukan apa?
"Gak tau, Erine. Mau jalan-jalan pake mobilku aja?" Oline menawarkan.
Erine sedikit mengernyit. Kadang ia masih terkejut kalau malaikat bisa memiliki mobil di dunia arwah. Bahkan manusia biasa tidak bisa melihatnya. Apa mobilnya arwah juga?
"Kok bisa sih lo punya mobil?" bukannya menjawab tawaran Oline, Erine malah bertanya.
"Ya fasilitas lah." jawab Oline singkat.
"Ohh, malaikat tuh dapet fasilitas juga ya. Mobilnya berarti arwah juga?"
Oline meringis mendengar pertanyaan aneh Erine, "Ya sebenernya enggak sih, tapi bingung jelasinnya. Jadi anggap aja begitu."
"Terus roti sama susu yang kemaren itu berarti arwah juga ya?" tanya Erine lagi.
Oline tersenyum kikuk, bingung menjawab pertanyaan gadis di sampingnya ini.
"Udahlah, kenapa kamu mikirin hal yang gak penting?"
Erine mendengus, tanggapan Oline sama sekali tidak membuatnya merasa puas. Tapi yang dikatakan malaikat itu ada benarnya juga. Gadis itu mengangkat kepalanya dari bahu Oline, menatap lurus kedepan.
"Kangen Lana." gumamnya.
Oline terkekeh, "Siap-siap besok deh."
Erine langsung menolehkan kepalanya, "Hah, siap-siap buat apa?"
"Aku udah bisa bantuin kamu besok." Oline menaik-turunkan alisnya, berhasil membuat Erine menatapnya dengan berbinar.
"Wow serius lo? Bagus lah, gue udah capek luntang-lantung kaya tuna wisma." Erine mengembuskan nafasnya lega.
Tapi di lain sisi, ia merasa sedikit sedih. Itu artinya dia akan benar-benar berpisah dengan Lana, dan yang lainnya. Jauh di dalam lubuk kecil di hatinya, ia masih ingin berada disini. Namun untuk apa juga? Toh eksistensinya tak sebegitu berguna.
"Kamu berguna, Erine. Gak usah mikir gitu." ucap Oline membuat Erine sedikit terkejut, mungkin Erine lupa kalau yang disampingnya ini adalah malaikat.
"Kocak, gak usah baca baca pikiran gue deh. Melanggar privasi tau gak?"
Oline lagi-lagi terkekeh dibuatnya.
"Udah lebih baik kamu tidur di mobil sana, besok kita harus ngelakuin sesuatu untuk bantu kamu."
Erine memutar bola matanya malas namun akhirnya mengiyakan.
Hingga akhirnya pagi pun tiba, ralat siang. Erine baru bangun pukul 11 lewat 30 menit. Oline sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Bisa-bisanya gadis itu tidur sangat lama.
Keduanya kini sudah berada di taman rumah sakit, lagi. Dari kejauhan Erine tersenyum sendu melihat Lana yang hanya menatap kosong kedepan.
"Jadi gimana cara lo bantuin gue?" tanya Erine.
Oline tak langsung menjawab, dagunya menunjuk ke-arah Lana.
"Kan penyebab kamu belum bisa ke atas itu karena Lana belum ikhlas. Ya aku bakal bantu kamu pamit sama dia lah." jelas Oline singkat.
Mata Erine membelo, "Lah, jadi nanti Lana jadi bisa liat gue gitu?" Oline mengangguk.
Si malaikat magang itu kemudian melangkahkan kakinya cepat, meninggalkan Erine yang masih membeo. Dunia arwah ini banyak kejutannya pikirnya. Namun gadis itu segera menggeleng agar tersadar dari lamunannya dan menyusul Oline.
"Hai Lana!" sapa Oline.
Lana menoleh, menatap Oline bingung. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya namun bisa-bisanya orang asing ini tau namanya.
"Maaf, kamu siapa ya?" tanya Lana.
"Kenalin namaku Oline." Oline tersenyum ramah.
Sedangkan Erine dibelakangnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Oline bisa menampakkan dirinya pada Lana? Gadis itu mencoba melambai di depan Lana, berharap sahabatnya itu melihatnya namun nihil. Hingga Erine akhirnya berdecak sendiri.
Oline menyadarinya namun tak menghiraukannya. Ia masih fokus pada Lana yang terus menatapnya bingung.
"Oke? Terus ada urusan apa ya?" tanya Lana to the point.
"Wow kamu gak suka basa basi ya?" cengir Oline.
Lana hanya menatapnya cuek tanpa menanggapi gadis itu. Jujur saja Lana tidak punya tenaga untuk menghadapi orang aneh saat ini.
"Jadi ada urusan apa?" tanya Lana lagi.
Oline menghembuskan nafasnya, "Mungkin sebelumnya kamu gak pernah liat aku, cuman kedatangan aku disini niatnya ngebantu Erine."
Mata Lana sedikit membesar mendengar nama itu. Lagi-lagi perasaan bersalah dan marah menggerogoti hatinya. Lana terdiam cukup lama setelahnya. Gadis itu tak sadar air mata telah mengalir di pipinya.
"Lana.." gumam Erine dengan nada sedih.
"Halo? Lana?" Oline melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lana.
Lana langsung tersadar dan dengan cepat menghapus air mata di pipinya.
"Maaf, kamu temennya Erine?" tanya Lana kemudian.
Oline tersenyum, ia mulai berjongkok di depan Lana.
"Ceritanya panjang, tapi anggap aja kaya gitu. Sekarang aku boleh minta tolong ke kamu?" tanya Oline lembut.
Lana menatap gadis itu ragu, meskipun gadis itu mengaku teman Erine, mau bagaimanapun Oline adalah orang asing baginya.
"Jangan takut, aku janji aku bukan orang jahat." ucap Oline meyakinkan.
"Aku cuman minta supaya kamu pegang tanganku, boleh?" lanjut Oline bertanya.
Lana tentu saja masih ragu. Kehadiran Oline benar-benar terasa aneh baginya. Namun entah mengapa sebagian kecil dari hatinya merasa Oline memang betul-betul orang yang baik.
"Erine butuh bantuan kamu, Lana."
Mendengar nama Erine kembali disebut membuat Lana sedikit tersentak. Gadis itu tidak tau, nama yang sejak tadi disebut itu sedang melihatnya sekarang.
Erine sedari tadi hanya diam memperhatikan. Perasaannya saat ini tercampur aduk dan sulit diutarakan.
Oline mengulurkan tangannya, memberi isyarat pada Lana untuk menjabatnya. Lana ragu, namun entah kenapa perlahan tangannya tergerak.
"Gapapa, Lana. Percaya sama aku." Oline kembali meyakinkan.
Hap!
Tangan Lana akhirnya sepenuhnya menjabat tangan Oline, membuat yang dijabat akhirnya tersenyum lembut. Selanjutnya ia segera meraih tangan Erine tanpa persetujuan sang empunya tangan. Namun Erine tak menolak, ia percaya sepenuhnya kepada malaikat kenalannya itu.
"Tolong pejamkan matamu ya Lana." pinta Oline.
Lana benar-benar tidak tau apa yang ingin Oline lakukan namun gadis itu menurutinya. Lana mulai memejamkan matanya, begitupun Oline segera setelah Lana lebih dulu melakukannya.
Perlahan-lahan, cahaya muncul dari tangan mereka, dan juga Erine. Gadis itu melotot melihat tubuhnya yang mulai bersinar.
Zip!
Cahaya-cahaya tersebut hilang. Oline mulai membuka matanya, melepas perlahan genggaman tangannya dengan Lana dan Erine.
"Sekarang kamu boleh buka mata." ujar Oline.
Lana membuka matanya perlahan, mengedip-ngedipkan matanya untuk mengatur cahaya yang yang masuk.
"Lana?"
Suara itu, Lana mengenalnya.
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana!
Short StoryApapun itu, asalkan untuk Alana, Erine akan melakukannya. Disclaimer : Semua yang ada disini cuman fiksi, bukan cerita perkapalan gxg jadi jangan berharap lebih, harap bijak dalam membaca. Sebenernya ini cerita iseng aja karena susah nyari wattpad l...