Erine sedikit tertegun setelah mendengar penjelasan Oline. Jadi selama ini orang-orang mengabaikannya bukan karena marah, tapi karena mereka memang tidak bisa melihatnya.
"Terus kenapa gue masih disini?" tanya Erine.
"Mungkin ada beberapa hal yang belum kamu lakuin." jawab Oline.
Erine mengernyit, "Terus lo sebenernya siapa?"
"Aku? Anggap aja aku malaikat. Aku ditugaskan buat membimbing kamu sampai kamu berhasil pergi ke tempat yang seharusnya."
Erine hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Oline. Di depan sana ia melihat ayahnya yang masih setia duduk di samping makamnya. Erine menatapnya sendu.
"Gue pikir Papa gak bakalan sedih." ujar Erine sambil melihat ke arah Zeedan yang hampir 3 jam berada disana.
Oline mengikuti arah pandang Erine lalu mendecih kecil, "Manusia emang sering gitu, baru ngerasa orang itu berharga setelah mereka bener-bener pergi."
"Seenggaknya gue jadi tau kalo ternyata Papa masih sayang sama gue." ucap Erine sambil tersenyum.
"Jadi pengen idup lagi gue." lanjutnya.
"Yang bener aja Erine!" protes Oline.
Erine tertawa dibuatnya. Lalu mengatakan bahwa ia hanya bercanda. Oline hanya menggelengkan kepalanya heran. Unik memang arwah yang ada di depannya ini.
"Lagipula tujuan hidup gue cuman ngeliat Lana sembuh, dan itu udah tercapai. Gak ada yang pengen gue lakuin lagi di dunia." jelas Erine.
"Hidupmu cuman buat Alana ya?" tanya Oline.
Erine hanya tersenyum menanggapinya, ia bangkit dari duduknya. Membuat Oline menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Ngapain?" tanyanya.
"Mau peluk Papa buat yang pertama dan terakhir, walaupun Papa gak akan ngerasain pelukan gue." kata Erine lalu melangkahkan kakinya pergi.
Oline lagi-lagi dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah lakunya, bahkan setelah apa yang Zeedan lakukan padanya selama ini, Erine masih ingin memeluknya.
Erine menghentikan langkahnya setelah berhasil sampai di samping Zeedan. Menatap sang ayah penuh dengan senyuman, meskipun pria itu tak bisa melihatnya.
"Sekali lagi Papa minta maaf, Catherine. Di kehidupan selanjutnya tolong jadi putri kecil papa sekali lagi, Papa janji akan jadi ayah yang baik untuk kamu." tutur Zeedan dengan suara seraknya.
Erine semakin mengembangkan senyumannya, tangannya bergerak mendekap tubuh sang ayah dari samping. Menyandarkan kepalanya pada bahu Zeedan.
"Erine selalu maafin Papa, tunggu Erine di kehidupan selanjutnya ya, Pa!" ucapnya penuh antusias kemudian mulai melepas pelukannya.
Zeedan pun mulai bangkit dari duduknya dan bersiap pergi dari sana, "Nanti Papa kesini lagi ya sayang? Papa pulang dulu." pamit Zeedan seraya melangkahkan kakinya menjauh.
Oline menghampiri Erine yang masih menatap punggung Zeedan yang perlahan-lahan menghilang.
"Udah puas?" tanya Oline.
Erine mengangguk, "Udah, dari dulu gue selalu pengen peluk Papa, ternyata harus mati dulu baru kesampean." canda Erine membuat Oline memutar bola matanya malas.
"Sebenernya masih pengen meluk Mama juga sih, cuman gue gatau Mama dimana sekarang." curhat Erine tiba-tiba, Oline terdiam, sebenarnya kalau Erine bertanya pada Oline, tentu saja dia tau dimana ibu dari gadis itu berada, namun entahlah, Oline rasanya enggan memberi taunya.
"Eh jadi cara gue biar gak jadi arwah penasaran gini gimana brokoline?" tanya Erine memutus lamunannya.
"Bisa gak kamu gak usah ganti-ganti namaku?" sungut Oline membuat Erine terkekeh.
"Iya maaf, jadi apa yang harus gue lakuin, Oline?"
"Menurutmu apa yang bikin kamu masih belum bisa pergi, apa yang masih nahan kamu disini?" tanya Oline.
Erine terdiam sejenak, memikirkan apa hal yang kira-kira menahannya disini.
"Apa ya?" Erine bingung.
Oline menghela nafas panjang, "Lana belum ikhlas, Erine. Kamu belum pamit sama dia."
"Ahh.." Erine menggaruk tengkuknya canggung, benar juga. Erine tak pernah sekalipun pergi tanpa pamit pada Lana, semasa ia hidup tentunya.
"Tapi gimana caranya? Dia liat gue aja gak bisa?" Erine merunduk sedih.
Oline mengusak rambut gadis itu, "Itulah gunanya aku disini, Erine. Aku yang bakal bantuin kamu."
Erine kemudian mendongak, "Serius?"
Oline mengangguk, sejurus kemudian Erine memeluknya dengan semangat.
"Makasih malaikat cantik baik hati, sayang banget deh gue sama lo!" ucapnya sumringah.
"Tapi.." Oline memutus kesenangan gadis itu, Erine segera menarik dirinya dan menatap serius ke arahnya.
"Tapi apa?" tanya Erine.
"Tapi harus nunggu seminggu, hehehe. Aku malaikat magang, harus ngumpulin kekuatan sebelum bantu kamu, belum jago-jago banget." kata Oline sambil menunjukkan cengirannya.
Erine seketika menjatuhkan rahangnya tak percaya. Gadis itu benar-benar kehabisan kata kata. Malaikat magang katanya? Erine baru tau di dunia seperti ini ada yang namanya malaikat magang.
"Eh tapi tenang aja, aku janji kamu gak bakal kecewa. Tunggu aja 7 hari ya?" bujuk Oline yang mau tak mau diangguki oleh Erine.
Ya lagipula sekali lagi, tak ada siapapun yang bisa membantunya saat ini kecuali Oline.
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana!
Short StoryApapun itu, asalkan untuk Alana, Erine akan melakukannya. Disclaimer : Semua yang ada disini cuman fiksi, bukan cerita perkapalan gxg jadi jangan berharap lebih, harap bijak dalam membaca. Sebenernya ini cerita iseng aja karena susah nyari wattpad l...