Penyesalan Atas Pertemuan

20 1 0
                                    

Salah satu hal yang aku sesali adalah membiarkan mu masuk ke dalam relung hati dengan sengaja.
~ Alika Ahaura

Notifikasi beruntun masuk mengganggu tidur Alika yang bertumpu dengan tangannya di atas meja menulis. Pandangan yang awalnya buram kini menjadi sedikit lebih terang ketika sang gadis mulai mengucek mata indahnya.

Himechan mengomentari pada Hiraet Chapter 01: sumpah, bagus banget kak mociiiii! Aku tunggu updatenya!

Juliet230 mengomentari pada Hiraet Chapter 01: nyessss banget. By the way, kak Moci biasanya anti nulis sad story, ini mulai keluar dari zona nyaman. Sukaaaaak💖

Welcometomyfuture mengomentari pada Hiraet Chapter 01: ditunggu chapter selanjutnya, kak. Kagum sama karya-karyanya, apapun genre akan ku libas kalau kamu yang nulis, mah

Jemari lentik Alika terus bergerak, menggulir layar, membaca komentar-komentar yang dikirim untuk karya terbarunya, berjudul Hiraet.

Hiraet: Chapter 01

Hiraet, artinya nostalgia. Kata ini sering digunakan di Wales memiliki arti yang sangat indah, yakni kerinduan atau nostalgia, kerinduan atas keinginan yang tulus, atau rasa penyesalan.

Cerita ini dipersembahkan untuk Alaska, sang pengisi hati yang masih enggan pergi.

Hai, Alaska. Bagaimana kabarmu di sana? Jauh hari telah berlalu, dan kita masih tidak bertemu semenjak hari itu.

Apakah kau masih ingat? Hari pertama kita bertemu?

Jika ingat, aku bersyukur mengetahui fakta bahwa tidak hanya aku yang masih rindu.

Akan tetapi, jika tidak, aku tidak marah, tidak juga kecewa, akan aku ingatkan kembali dimana hari yang menjadi saksi kita berdua dipertemukan semesta dengan perasaan yang kita ramu.

Semuanya dimulai semenjak hari itu....

***

Di usia hampir tujuh belas tahun ini, Alika punya mimpi ingin mandiri. Meminta kepada sang mama untuk pergi ke pasantren dan memulai lembaran baru dalam hidupnya. Dituruti, memang sih.

Namun, setelah semua tes dilakukan di pasantren yang akan dituju, dan kabarnya Alika diterima, kini gadis itu terbaring di sebuah kamar sembari berusaha menutup matanya.

Kacau. Memang manusia hanya bisa berencana, dan Tuhan yang akan menjadi penentu rencana itu diterima atau tidak.

Mama masuk ke dalam kamar, mendekati sang putri yang masih terbaring sembari membelakangi dirinya. "Nak, magh kamu terlalu parah. Kita pulang aja ke Jakarta lagi, ya?"

Alika menggeleng. "Ma, aku bisa kok ke pasantren. Ini sakitnya nggak seberapa."

"Tapi kata dokter magh kamu itu udah parah banget! Dengerin lah, sayang. Ayo kita pulang ke Jakarta dan kamu tetap sekolah di sana kayak biasa, ya?"

Gadis itu kemudian duduk, membalikkan badannya menghadap sang mama yang kini terlihat sangat gelisah. "Ma, Alika benar-benar kepengen hidup mandiri. Pengen nyoba pengalaman baru, jadi tolong ... kasih Alika kesempatan ini, Mama."

Banyak hal yang menjadi titik awal berubahnya sebuah kehidupan. Seperti hidup Alika yang awalnya biasa-biasa saja menjadi lebih banyak tawa ketika mulai menetap di kampung halaman sang mama.

Walaupun jauh dari kedua orang tua dan keluarganya, Alika masih merasakan kebahagiaan yang sulit untuk dijelaskan dengan sekedar kata-kata.

Memang rencana awal Alika adalah ke pasantren. Tetapi, karena maghnya sudah sangat parah, Mama khawatir, jadi menyuruh Alika tinggal di kampung bersama keluarga besarnya dan bersekolah di daerah sana juga. Jadi kalau anak itu kenapa-kenapa, masih ada sanak saudara yang akan mengurusi.

Meski Sia-sia, Senang Pernah Bersama [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang