03. Cerita Gavin

11 3 0
                                    

Rindu menatap Nawang dan Gavin secara bergantian. Ia tak pernah menduga bahwa keponakan yang dimaksud Nawang adalah Gavin, lelaki yang baru dikenalnya tadi sore. Saat ini, mereka sedang duduk bertiga di ruang keluarga rumah Nawang.

"Kenapa kamu di sini, Gavin?" Nawang mulai membuka suara.

"Emangnya nggak boleh, Tan?" Gavin balas bertanya.

Nawang menghela napas, "Bukannya tadi kamu bilang malam ini tidur di rumah sendiri?"

Gavin tersenyum masam, "Biasa lah, Tan."

"Ribut lagi sama papa kamu?" tebak Nawang.

Gavin mengangkat kedua bahunya sebagai respon. Ia malas menjelaskan alasan sebenarnya adalah karena Gaura. Sebab, Nawang pasti akan mengomelinya nanti.

Sementara itu, Rindu hanya duduk diam mendengar obrolan Gavin dan Nawang. Ia juga tidak tahu harus merespon bagaimana.

"Kalau gitu, aku boleh tidur di sini, 'kan?"

Nawang menghela napas panjang, "Kalau kamu tidur di sini, Rindu mau tidur di mana?" ia melirik Rindu sekilas, lalu melanjutkan, "Kamar tamu berantakan banget, makanya tante suruh Rindu tidur di kamar kamu."

"Ya udah, Rindu tidur bareng aku aja, Tan," ujar Gavin yang otomatis membuat Nawang melempar bantal ke arahnya. Sementara Rindu hanya memelototinya.

"Sembarangan kamu!" omel Nawang.

Gavin cengar-cengir, kemudian mengambil bantal yang dilempar Nawang ke wajahnya. "Maksudnya, Rindu tidur di kasur, aku di sofa, Tan."

Nawang menggeleng, "Mana bisa gitu, Gavin."

"Aku nggak bakal ngapa-ngapain Rindu kok. Tante masa nggak percaya sama aku?"

"Aku yang nggak percaya sama kamu." Bukan Nawang yang menjawab, melainkan Rindu. Gadis itu memicingkan matanya menatap Gavin.

Gavin balas menatap Rindu, "Kok kamu nggak percaya sama aku? Memangnya tampang aku kelihatan kayak cowok nggak baik-baik?"

"Iya," jawab Rindu tanpa pikir panjang.

Nawang terkekeh mendengar jawaban Rindu. "Tuh, Rindunya aja nggak percaya sama kamu."

Gavin cemberut, "Kok gitu sih, Rin? Padahal jelas-jelas tampang aku ini tampang anak baik-baik. Mana berani aku macam-macam sama kamu."

"Ran Rin Ran Rin, kayak udah akrab aja kamu manggil aku gitu," balas Rindu sewot.

Gavin terkekeh, "Emang belum akrab sih, tapi bakalan akrab."

Rindu mengejek, "Masa sih?"

Gavin mengangguk mantap, "Iya lah. Bukan cuma akrab, aku juga bakal bikin kamu jatuh cinta sama aku. Lihat aja nanti," ujarnya percaya diri.

"Ish, kepedean banget!"

Menarik sudut bibirnya ke atas, Gavin kemudian menyugar rambutnya, "Jelas!"

Sementara Gavin dan Rindu terus berdebat, Nawang hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum tipis. Sudah lama ia tidak melihat Gavin banyak bicara seperti ini. Dan ia bisa menebak bahwa keponakannya itu sudah jatuh cinta terhadap Rindu.

"Udah, udah. Nggak perlu berdebat, sekarang kalian gimana tidurnya?" Nawang akhirnya menyudahi perdebatan antara Gavin dan Rindu.

Rindu menghela napas, "Gini aja, saya tidur di sofa ini aja, Bu." Ia memegang sofa tempatnya duduk saat ini.

Nawang kontan menggeleng, "Nggak bisa gitu, Rindu. Nggak nyaman tidur di sofa ini, kecuali sofa yang di dalam kamar Gavin, karena ukurannya sedikit lebih besar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melodi Hujan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang